Apa salahnya jika ia menangisi suaminya?
•••
Umayma menegakkan tubuhnya, sebelum melangkah menuju ruang kerja Ilker.
Ia membuka kasar ruangan itu lalu melangkah mendekat ke arah meja kerja sang suami, hingga tatapannya tertuju pada botol obat yang isinya sudah berserakan di lantai keramik dibawahnya.
Ia mengangkat smartphone Ilker yang juga bernasib sama dengan botol obat itu.
Hal yang pertama yang ia lihat adalah foto pernikahannya, kata sandi smartphone itu pun adalah tanggal pernikahannya, setelah terbuka, Umayma kembali dikejutkan dengan wallpaper yang memperlihatkan dirinya dan Nora yang tertidur sedangkan Ilker tersenyum kaku.
Umayma mengusap air matanya yang tiba-tiba kembali mengalir, ia mencari nomor terakhir yang dihubungi oleh Ilker lalu menelponnya kembali.
"Ha-halo?"
"Dengan siapa?"
"Dokter? Sa-saya istri Ilker, saya boleh tau nggak Ilker di mana sekarang?" dengan suara bergetar Umayma memberanikan diri mengungkapkan pertanyaannya.
"Saya mohon," gumam Umayma, yang dibalas helaan kasar dari seberang telepon.
Samar-samar Umayma mendengar dokter itu berbicara dengan seseorang.
"Hallo?"
"Tuan Ilker sedang berada di markas, dia aman bersama kami. Anda tidak perlu khawatir,"
"Saya tu—"
"Saya mohon, saya mohon, saya mohon," Umayma terisak pelan sambil menjatuhkan bokongnya di kursi kebesaran sang suami.
"Saya mau ketemu suami saya,"
"Maaf Nyo—" Umayma sudah kehabisan akal, hingga ide terlintas dari kepalanya.
"Saya sekarang tidak meminta pendapat kamu. Sekarang saya sedang bicara sebagai istri Ilker, dimana ucapan saya adalah multak sebuah perintah yang harus kamu laksanakan,"
'Saya tidak pernah meminta pendapat kamu, saya adalah atasan kamu, dimana ucapan saya adalah mutlak perintah yang tidak bisa diganggu gugat,' kalimat yang beberapa kali Umayma dengar ketika Ilker menjauh untuk mengangkat telepon dari seseorang, tapi meskipun begitu, Umayma samar-samar mendengarnya karena suara Ilker yang memang setengah membentak.
"Mobil anda akan segera menjemput," ucap lelaki itu sebelum melanjutkan ucapannya.
"Mohon gunakan pakaian hitam, sebagai tanpa pengenal,"
Umayma mematikan sambungan teleponnya sebelum melangkah menuju walk in closet mencari gaun hitam.
Seingatnya ia tidak memiliki gaun berwarna hitam, tidak mungkin ia membeli gaun lagi di saat-saat darurat seperti ini, hingga tatapannya tertuju pada kotak hitam yang berada di ujung lemari, ia melirik ke arah huruf inisial 'U' yang ia yakini adalah Umayma.
Umayma mengambil kotak itu lalu membukanya, benar saja isi kotak itu adalah gaun hitam yang elegan, memiliki panjang di atas lutut, dan lengan 3/4, ia melangkah menuju ke ruang ganti, lalu menggunakan gaun hitam itu. Sungguh gaun ini tampak sangat pas di tubuhnya, Umayma jadi curiga pada butik yang dulu mendesain gaun pengantinnya, ia sangat yakin bahwa desainer pembuat gaun ini adalah desainer yang sama.
Dengan pelan Umayma melangkah menuju Nora yang masih tertidur, ia tidak tega membiarkan Nora sendiri di rumah ini dengan keadaan para pelayan yang seolah-olah tidak memiliki hati, pelayan di black house sangat berbeda dengan rumah utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freaky Family [END]
RomanceCover by Linda112 (Pinterest) Menikah dengan seseorang yang lebih tua 8 tahun dari dirinya, membuat Umayma sedikit merasa minder jika dibandingkan dengan banyaknya wanita matang dari segi umur yang mendekati sang suami, apalagi profesi sang suami ya...