32

10.3K 1.4K 166
                                    

"Baik Tuan Ilker! Saatnya menjelaskan,"

•••

Ilker sedang berdiri di depan sang istri yang kini duduk di kursi kerja yang berada di ruangannya.

Umayma menatap penuh selidik ke arah Ilker yang masih setia terdiam dengan sesekali meremas tangannya.

"Ngapain diam?"

"Kamu kenapa bisa berdarah?"

Ilker menggeleng, bukan dia yang terluka, tapi ia yang telah melukai seseorang. Bukan, bukan hanya melukai, melainkan membunuh orang itu.

Ilker memilih diam sebelum mendengar suara isakan tangis dari depan, ia benar-benar tidak menyangka istrinya akan menangis lirih seperti ini.

"Aku berusaha lindungin kamu, jaga kamu biar nggak luka, kamu malah bertengkar sama orang,"

"Kamu bertengkar karena sih?" Ilker melangkah mendekati Umayma dan mengelus sayang punggung bergetar sang istri.

"Bukan, bukan karena itu, sayang,"

Umayma mengangkat wajahnya, "Kamu berkelahi gara-gara apa? Gara-gara perempuan? IYA?! Selingkuhan kamu?! Tega kamu selingkuh dari aku?!" teriak Umayma sambil mendorong Ilker menjauh dari dirinya.

Belum sempat Ilker mendekat, lelaki itu kembali mendengar teriakan keras dari Umayma.

"JANGAN SENTUH AKU?!" Ilker mengangkat tangannya di udara sambil mengangguk. Ia takut pita suara sang istri terlepas karena terlalu sering berteriak.

"Oke! Kamu jangan teriak lagi, aku bakal jelasin,"

"Pertama, aku nggak berkelahi. Kedua, aku juga nggak terluka dan berdarah, ini darah orang lain. Ketiga, kamu benar, ini semua karena seorang perempuan,"

Belum sempat Umayma kembali berteriak, Ilker lebih dulu memeluk erat tubuh mungil itu sambil mencium seluruh wajah umayma yang masih dihiasi dengan air mata.

"Perempuannya kamu. Kamu ingat kejadian di restoran? Iya, aku bunuh salah satu pelakunya,"

"Bohong! Bukannya pelakunya udah mati hari itu,"

"Temannya, sayang,"

"Kenapa nggak bilang dulu?"

Ilker menatap manik sang istri yang memerah setelah menangis, "Bilang apa, hmm?"

"Bilang kalau kamu mau bunuh orang, aku pengen liat,"

Ilker terkekeh pelan sebelum tersenyum manis. "Sayang? Bidadari ngga pantes ngomong gitu,"

Jangan tanyakan mengenai pipi mulus milik Umayma. Tentu saja semakin memerah mendengar gombalan manis dari sang suami.

Umayma berdiri dari duduknya bermaksud untuk menghampiri sang suami, namun belum ada tiga langkah mendekati lelaki itu, kepalanya terasa berputar dengan pandangan gelap.

Ia masih mendengar teriakan Ilker dengan jelas, namun tubuhnya benar-benar lemas dan tak sanggup berbicara sekedar meminta tolong.

Ilker mengangkat tubuh sang istri menuju kamar utama sambil menatap khawatir wajah cantik milik Umayma yang kian memucat, bahkan semburan merah alami di pipinya ikut menghilang.

Setelah sampai di kamar, dengan perlahan Ilker menurunkan tubuh Umayma dan menyelimuti sang istri.

Ilker mengelus puncak kepala Umayma, sebelum melangkah menjauh untuk menghubungi sang dokter.

Ilker menimang-nimang Nora yang terbangun dan seketika rewel dan terus menangis.

Sudah setengah jam berlalu, Nora belum juga menghentikan acara menangisnya, yang membuat Ilker menyerah dan menyerahkan Nora pada pelayan di rumahnya untuk ditenangkan, sedangkan ia kembali melangkah menuju Umayma.

Freaky Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang