22

12.5K 1.7K 118
                                    

Pagi ini Umayma sangat susah membuka matanya. Kepalanya terasa sakit begitu pun tubuhnya yang menghangat.

Sedangkan Ilker sibuk menggendong Nora yang jika dilepas sekali saja akan kembali menangis dengan keras.

"Sayang, kita ke dokter?" tanya Ilker sambil duduk di samping kasur Umayma. Umayma menggeleng pelan, ia hanya ingin tinggal di rumah untuk hari ini.

"Ilker—"ucapan Umayma berhenti saat kembali merasa mual.

Dengan langkah lemah gadis itu berjalan menuju toilet, Ilker langsung menyimpan Nora di ranjang lalu mengikuti sang istri.

"Kamu pucat banget," ucap Ilker sambil memijit pelan leher Umayma bagian belakang.

Umayma menghela nafasnya saat rasa mualnya berhenti, lalu memutar tubuhnya dan memeluk erat Ilker sambil terisak.

"Sakit," ucap Umayma sambil mengangkat matanya yang terpejam.

Ilker membalas pelukan sang istri sebelum membawa Umayma menuju ranjang, Ilker memijit pelan kepala Umayma yang kini berbaring dengan Nora yang tengkurap di atas tubuhnya.

Setelah melihat Umayma tertidur, Ilker membawa Nora ke dalam gendongannya agar Umayma bisa tidur dengan nyaman.

Ilker berjalan menuju balkon sebelum menghubungi dokter pribadi keluarganya, dan meminta sang dokter untuk datang ke rumah.

Ilker menatap Nora yang terdiam sambil menatapnya. Bayi ini memang memiliki kebiasaan aneh saat mendengar seseorang berbicara, ia akan diam dengan mata yang terbuka lebar.

"Apa?"

Setelah mendengar Ilker berbicara, Nora kembali menggerakkan tangannya ke sana kemari.

Ilker membawa Nora di arah ranjang lalu membaringkan bayi itu di samping Umayma.

Ilker mengamati kedua manusia di depannya, sebelum melangkah menuju dapur untuk meminta sarapan dan susu untuk Nora.

Setelah itu Ilker kembali masuk ke dalam kamar dengan troli makanan yang ia bawa.

Ilker mendekat ke arah Nora, lalu membantu Nora agar bisa meminum susunya, Ilker meneliti wajah cantik milik Nora, bahkan di usia dua bulan Nora sudah tampak menujukkan kecantikan alami bayi itu, dan yah jika dilihat sekilas bayi itu memang mirip dengan Umayma, hidung dan bibirnya. Jadi jika orang yang tidak tahu apa-apa akan mengatakan Umayma hamil sebelum menikah.

Bagi Ilker memiliki Nora sudah cukup, ia akan menjadikan Nora sebagai anak dan ahli waris satu-satunya. Nora akan menjadi seorang gadis kuat di mana tidak ada satu pun orang yang bisa menindasnya. Mungkin sikap itu yang akan diajarkan oleh Ilker untuk Nora.

Bayi itu harus menjadi seseorang kuat yang melebihi dirinya.

Hingga suara ketukan menyadarkan Ilker dari lamunannya. Ia melangkah menuju pintu dan ternyata sang pelaku adakan dokter pribadinya.

"Selamat pagi, Pak," Ilker hanya mengangguk sebagai balasan, lalu mengajak sang dokter untuk masuk dan memeriksa sang istri.

"Umayma? Bangun dulu, sayang. Ada dokter," membisik pelan sambil mengelus puncak kepala Umayma berharap gadis itu membuka matanya.

Umayma membuka matanya secara perlahan, "Ilker aku kan udah bilang nggak mau ke dokter,"

"Dokternya yang datang ke sini," Umayma mengalihkan pandangannya ke arah dokter paruh baya yang berdiri di belakang sang suami.

Umayma menghela nafasnya, ia tak akan bisa mengalahkan Ilker.

"Baik ada keluhan?" tanya sang dokter yang membuat Umayma menjelaskan keluhannya sesekali menatap ke arah Ilker yang juga mendengar keluhannya.

"Ah! Kalau gitu, kapan terakhir ibu menstruasi?"

Umayma tampak berfikir, menstruasi? Baru-baru ini ia mengeluarkan darah, tapi hanya sedikit dan hanya terjadi satu hari.

"Baik, sepertinya akan ada anggota baru untuk keluarga Atmaja, tapi saya juga belum tahu pasti benar atau tidaknya. Tapi sebaiknya ibu dan bapak periksa ke dokter kandungan,"

Umayma menggeleng tak percaya, "Gimana saya bisa hamil, Dok? Saya baru aja menstruasi, terus selama ini saya juga konsumsi obat pencegah kehamilan. RUTIN!" Enak saja memberikan harapan palsu pada Umayma. Ia tidak akan percaya. Bisa saja ini hanya tipuan untuk menerbangkan Umayma.

"Ibu sekarang ada yang pengen di makan, nggak?" dengan semangat Umayma menganggukkan kepalanya, sudah dua hari ini sangat ingin makan mie ayam namun belum kesampain.

"Mie ayam,"

"Tuh, Pak Ilker, istrinya pengen makan mie ayam, dibeliin," ucap sang dokter sambil tersenyum sebelum pamit untuk pulang, sebelum benar-benar pergi, Ilker disodorkan sebuah kartu nama entah milik siapa.

"Itu dokter kandungan terbaik, kalau mau konsultasi di sana aja, Pak," Ilker mengangguk sebagai balasan sebelum mengantongkan kartu nama itu.

Ia menatap ke arah Umayma yang seolah enggan membahas apa yang diucapkan sang dokter.

"Nggak usah nanya-nanya, toh dokter juga manusia, bisa aja prediksinya salah," ucap Umayma.

"Aku belum nanya apa-apa," ucap Ilker sambil mendekat ke arah Umayma. Ia duduk di pinggir ranjang sambil mengelus puncak kepala Umayma.

Ia tak ingin membuat sang istri kembali marah. Masalah kemarin saja belum selesai. Toh benar kata Umayma siapa tahu itu prediksi dokter saja yang salah.

Umayma menekuk wajahnya, ia benar-benar memikirkan ucapan dokter tadi. Ia yakin, ia tidak dalam keadaan hamil, ia hanya sakit karena kehujanan semalam. Ia terlalu bodoh padahal tahu, musuh bebuyutannya adalah hujan.

"Umayma?" panggil Ilker sambil mengelus punggung Umayma yang kini memunggunginya.

"Kamu berhenti aja minum pilnya, nggak papa," ucap Ilker yang membuat Umayma tersenyum sinis.

"Udah biasa, ini tuh efek samping dari minum pilnya, sakit kepala, sakit perut gitu-gitu kamu nggak usah khawatir,"

Umayma berbicara tanpa membalas tatapan Ilker, Umayma masih dalam posisi yang sama.

"Ilker kamu boleh keluar bentar, nggak? Aku pengen sendiri. Kita belum ada dalam keadaan baik-baik aja, aku nggak mau menambah masalah lagi," ucap Umayma yang membuat Ilker mengangguk. Yah! Masalah kemarin belum selesai, ia tak ingin menambah masalah yang baru lagi.

Ilker melangkah menuju ruang kerjanya, ia berharap Umayma menghentikan langkahnya, namun sayang Umayma benar-benar ingin dirinya pergi.

Setelah mendengar pintu kamar yang kembali tertutup membuat Umayma dengan cepat memperbaiki posisinya, sebelum berdiri dia menciumi wajah bayi kecilnya itu. Ia sudah memiliki Nora. Nora adalah anaknya. Tapi tidak menutup kemungkinan ia juga ingin memiliki bayi baru, bukan masalah darah, ia hanya tak ingin Nora merasa kesepian karena menjadi anak tunggul di keluarga Atmaja. Ia tak ingin Nora dituntut harus serba bisa, ia ingin anak-anaknya menjadi apa yang mereka inginkan.

Umayma berjalan menuju nakas, ia membuka laci bagian bawa, dan mengacak asal untuk mengambil benda yang ia taruh di bagian dalam. Ia menghela nafasnya setelah mendapatkan apa yang ia cari.

Dengan cepat Umayma berjalan menuju toilet, dan menatap ke arah beda persegi panjang di depannya.

Melakukan prosedur yang diperintahkan, hingga hasil yang ia dapatkan mampu membuat tubuh langsingnya jatuh dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.

•••

420 Vote
90+ Comment

Freaky Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang