Attention!
Harap membacanya dengan tenang. Jangan terbawa emosi okayy.. 😊😊
*****
"Kau lupa sesuatu??"
Pria itu menoleh pada seseorang yang bertanya padanya saat ini, "apa?"
"Huh! Wanita itu mendengus sebal, "kau lupa lagi"
"Memangnya apa?, aku sungguh sangat sibuk akhir-akhir ini"
"Teruslah begitu, menjadikan pekerjaan mu sebagai alasan"
Pria itu menarik nafas panjang, lalu berjalan menghampiri wanita yang sedari tadi mengoceh padanya, "katakan ada apa?"
"Hari ini jadwal check kandungan, dan aku harap kau akan menemani ku, satu kali ini saja Jisung!, kau tahu, setiap aku memeriksakan kandungan ku tanpa adanya pendamping, mereka selalu menatap ku aneh"
"Huh!" Untuk ke dua kalinya Jisung menghela nafas, pasalnya dirinya memang sangat-sangat sibuk.
"Kenapa diam? Kau tak mau menemani ku? Ingat jisung-a, ini anak mu!" Tekan wanita itu, lalu berjalan keluar dari ruangan besar tempatnya dan Jisung berada tadi.
Pria itu masih berdiri di tempat sambil menatap berkas yang ada di tangannya dengan pandangan kosong, sungguh dirinya sangat bingung atas apa yang telah dia perbuat selama 5 bulan terakhir ini.
Tanpa berfikir panjang, Jisung pun akhirnya berjalan keluar meninggalkan ruangannya, hari ini ada jadwal rapat penting bersama Client nya dari Amsterdam, Mr. Brayn.
Sangat di sayangkan jika dia melewati kontrak kerja sama dengan beliau, pasalnya beliau adalah CEO perusahaan Game terbesar di negaranya, bagaimana bisa Jisung menolak untuk di ajak kerja sama, menghiraukan jadwal check up kandungan Yeorin, Jisung malah memilih untuk tetap menyambut kedatangan Mr. Brayn siang ini, menemani Yeorin priksa kan bisa setelah rapat dengan Clientnya, toh Jisung orang penting, sangat mudah baginya untuk membuat janji pertemuan dengan dokter kandungan.
Saat berjalan menuju ke ruang rapat, tiba-tiba saja Jisung mendengar bias suara yang amat sangat dia kenal memanggil-manggil namanya, kemudian pria itu menoleh ke arah sumber suara.
Deg..
Itu istrinya, istri yang selalu dia rindukan selama ini, menghiraukan panggilan itu,pria itu lebih memilih untuk cepat-cepat sampai ke tempat tujuannya,bukanya Jisung tak mau menemui istrinya, hanya saja_dirinya belum siap untuk menjelaskan semuanya kepada sang istri.
Hatinya sakit ketika melihat Chenle menangis sambil mengejarnya siang itu, "maafkan aku" lirihnya.