Hari ke 2 setelah chenle siuman dari masa kritisnya, dirinya belum di perbolehkan pulang oleh dokter, karna tekanan darahnya belum stabil, oleh karna itu chenle harus mendapat perawatan secara khusus untuk memulihkan tubuhnya, terlebih dirinya kini sedang dalam masa menyusui, maka dari itu tubuhnya harus benar-benar sehat.
"Jieeeee"
"Kenapa sayang??"
"Aku boleh minta sesuatu??"
"Apa??"
Kini posisi chenle sedang duduk di atas tempat tidur pasien yang dia tempati, sambil menyusui sang buah hati.
"Sebenernya ini ide dari onnie jisoun sih"
"Apa itu sayang?"
"Eumm.. tapi kalau kamu keberatan , aku ngk maksa kok"
"Aku sama sekali ngk merasa keberatan sayang, katakan apa permintaan mu?"
"Sini"
Jisung pun mendekat ke arah chenle, lalu chenle membisikan sesuatu pada telinga jisung.
"Okee.. kapan kita akan melakukannya??"
"Serius?? Kamu ngk keberatan??"
"Aku ngk keberatan sama sekali sayang.."
"Jika setelah aku menyusui ini, apa kamu siap?"
"Baiklah.. ayo lakukan"
*
2 jam kemudian,
"Sayang kalo udah ngk kuat bilang ya.."
"Tenang aja sayang.. "
"Sudah siap tuan park??"
"Siap dok"
"Silahkan berbaring tuan"
Jisung pun mengikuti intruksi suster tadi dan segera berbaring di atas brankar tempat chenle berbaring, setelah jisung berbaring suster itu meminta izin kepada jisung untuk menyingkap pakaiannya ke atas, jisung pun mengerti dan segera melalukan apa yang di intruksikan oleh suster tersebut, lalu suster itu memasangkan sebuah alat ke atas perut jisung,
Mesin simulasi kontraksi, alat ini di ciptakan untuk para suami, agar mereka dapat merasakan bagaimana rasanya sakit pada saat kontraksi melahirkan, dengan tingkatan level sakit yang berbeda-beda
Setelah semuanya siap, dan alat simulasi itu sudah terpasang rapi di atas perut jisung, dokter pun mulai menyalakan mesin simulasi tersebut,
Level 1
Jisung masih merasa biasa saja, karna rasanya seperti semut berjalan katanya, kemudian dokter menaikkan ke level selanjutnya,
Level 2
Masih sama, cuman rasanya kini agak sedikit naik, seperti kesemutan
"Sakit yank?" Tanya chenle dengan wajah yang khawatir, sebenarnya dirinya tak terlalu setuju dengan ide kakak iparnya itu, tetapi dia juga penasaran bagaimana expresi suaminya nanti.
"Enggak kok. Tenang aja"
Level 3
Jisung mulai merasakan perutnya agak keram sekarang, tapi dia masih bisa mengatasinya
Level 4,
Rasa keram itu semakin terasa, jisung pun mulai kesakitan,
Level 5
"Aaaaarrrkkhhh"
Jisung mulai teriak, perutnya terasa di tarik ke bawah, tapi dia masih bisa untuk melanjutkan ke level selanjutnya