Belva merupakan seorang anak dari pengusaha kaya raya yang dipaksa untuk berkerja agar bisa seperti kakaknya. Sang ayah yang ingin membantunya dilarang keras oleh sang ibu karena ia ingin anaknya sukses dengan hasilnya sendiri,tanpa bantuan orang tu...
Hello im kambek👋🏻 Bagi yang baca cerita aku ini,apa kabar? Hehehe:D
Eh,iya. Walaupun ini cerita ga jelas aku mau minta pendapat kalian yang baca😁 . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BELVA sudah berada dirumah sekitar dua puluh menit yang lalu. Ia baru selesai ritual mandinya, dan sekarang jam menunjukkan pukul tujuh malam. Tapi Belva ingin segera tidur lalu mimpi indah. Saat ingin menajamkan matanya suara notifikasi membuat matanya terbuka kembali. Dengan perasaan kesal ia membuka handphone nya. Disana terdapat nomer yang tak dikenal.
+62878xxxx | Belva?
Belva
Sapa ya? Tukang paket?| Tapi maaf mas saya gak pesen barang|
+62878xxxx |Oh,saya cuma mau mengingatkan besok |kamu mulai kerja. Sekian
"Hah?!" Pekik Belva kaget.
Tunggu kerja? Jangan jangan ini nomer Arthur? Nomer calon bosnya!! Omg. Dia sangat maluuu.
"Oke,Belva cantik,Belva imut tenang,huh" kata Belva sambil menarik nafasnya dan menghembuskannya. Setelah itu ia melirik kembali handpone yang masih ada digenggamannya.
"Gak usah aja deh,udah keburu malu" kata Belva lalu menenggelamkan kepala dibantal.
***
SEDANGKAN disisi lain Arthur sedang menatap ponselnya, ia sedang menunggu balasan dari calon asistennya itu.
"Kenapa dia gak bales bales?" Katanya bingung.
"Dan kenapa gue nunggu balesan dari dia?"
Ah jika dipikirkan lagi membuat Arthur bingung dan linglung. Lebih baik ia tidur dan mimpi indah.
Arthur berjalan menuju kasurnya untuk tidur. Sebelum tidur ia mematikan lampu kamarnya dan menyisakan lampu tidurnya yang berada dinakas samping tempat tidurnya.
***
MATAHARI sudah terbit dari ufuk timur, sedangkan Belva masih bergelung dengan selimutnya yang tebal.
"BELVA BANGUN!" Teriakan nyaring itu terdengar dari lantai bawah,jika ditanya itu siapa? Pastinya suara itu milik Maura,mama Belva.
Maura yang tidak mendengar sahutan dari Belva pun kesal,lalu ia naik kelantai dua untuk membangunkan putri tidur itu.
BRAK
Dobrakan itu mengema diseluruh ruang kamar Belva, tapi lihat,si pemilik kamar malah tidak terganggu sama sekali.
Maura yang melihat itu hanya mengehela nafas dan menggelengkan kepalanya. Lalu ia berjalan mendekati Belva dan menarik selimut Belva dengan kasar. Belva yang tergulung pun kaget dan jatuh dari atas tempat tidur.
Bruk
"Argh" Teriak Belva kesakitan.
"Mama apaan sih,sakit tau" ucap Belva sambil bangun dari jatuhnya lalu mengusap usap sikutnya yang menghantam lantai.
"Apaan apaan,kamu tau ini itu udah pagi, dan kamu masih tidur aja? Anak perawan tuh harus bangun pagi pagi terus bantu ibunya beresin rumah bukan malah masih ngebo. Nanti kalo enggak ada yang mau sama kamu gimana? Mau jadi perawan tua kamu?" Ucap Maura dengan marah sambil berkacak pinggang.
Belva yang sudah bosan mendengar kalimat yang diucapkan ibunya pun hanya mengusap usapkan kupingnya yang panas. Bagaimana tidak bosan? Setiap hari dia mendengar kalimat panjang itu.
"Mama marah marah mulu nanti cepet tua, terus papa berpaling dari mama gimana?"
"Heh malah ngedoain yang enggak enggak,udah sana mandi, katanya hari ini udah mulai berangkat kerja" kata Maura sewot.
"Emang sekarang udah jam berapa?"
"Jam delapan"
"Ohh jam del-...WHAT GUE TELAT" Teriak Belva kaget.