0.21

205 22 5
                                    

KETUKAN pintu terdengar nyaring, tapi pemilik kamar seperti tidak terusik sama sekali. Elly yang mengetuk pintu pun lantas berteriak memanggil.

"Nona bangun, ini sudah pagi!" Teriak Elly.

Belva yang tertidur di dalam tidak menyaut. Itu menandakan jika Belva belum bangun.

Tok

Tok

Tok

"Nona, waktunya bangun!"

Arthur yang berada di sebelah kamar Belva pun terusik. Dirinya lantas bangun dari tempat tidurnya lalu berjalan keluar kamar.

"Elly, ada apa?"

"Maaf tuan, saya hanya ingin membangun kan Non Belva." Ucap Elly sambil menunduk.

Arthur mengalihkan perhatiannya kearah pintu kayu yang tertutup.

"Kamu kembali ke dapur aja, biar saya yang membangunkannya." Elly pun membungkukan badannya lalu pamit pergi.

Setelah Elly pergi, Arthur membuka pintu kamar. Ternyata tidak dikunci. Saat Arthur masuk, pemandangan yang pertama ia lihat adalah Belva yang tertidur pulas. Pakaian yang kemarin Belva gunakan juga masih melekat padanya. Dipikir-pikir pasti Belva belum mandi kemarin. Arthur menghela nafas pelas, kenapa asistennya ini jorok sekali,pikir Arthur.

Dengan langkah lebarnya. Arthur berjalan menuju kasur. Lalu menarik selimut yang melilit Belva. Dengan sekali tarikan selimut itu terlepas dari tubuh Belva, dan tanpa di duga Belva malah terjatuh dari kasurnya saat selimut itu terlepas.

'Akhh...'

Arthur membelalakan matanya.

"Aduh.." ucap Belva yang sudah sadar dari tidurnya.

"Maaf Belva, saya gak bermaksud buat kamu jatuh. Kamu tidak apa apa?" Ucap Arthur.

Belva mendelik kaget. Kok bisa bos nya ini ada di kamarnya?!

"Eh bapak kok bisa di kamar saya?!"

"Loh terserah saya, saya kan bos kamu. Lagian ini masion punya saya." Ucap Arthur.

Belva terdiam, mau menyangkal tapi bosnya benar.

"Iya pak maaf. Jadi bapak kenapa di kamar saya?"

"Kamu gak liat jam?" Belva mengkerutkan keningnya, lalu matanya tertuju pada jam dinding yang ada di kamarnya.

"Asataga!!"

***

Arthur terduduk sendiri di meja makan. Tak lama kemudia Belva datang dengan terburu-buru.

"Maaf pak, saya telat." Ucap Belva sambil menundukan badannya.

"Jika dihitung hitung, kamu sudah telat berapa kali ya?" Ucap Arthur.

Badan Belva menegang. Apakah ini akhir dari pekerjaannya? Padahal pekerjaan yang dirinya jalani belum ada sebulan.

"Maaf pak." Lagi lagi Belva hanya bisa menundukan kepalanya.

"Yaudahlah, mau mecat kamu juga saya yang rugi. Jadi saya mohon untuk kedepannya jangan ulangi lagi." Belva dengan semangat menganggukan kepalanya.

"Dan ini tugas-tugas kamu selama menjadi asisten saya." Ucap Arthur sambil menyerahkan selembar kertas. Dengan cepat Belva mengambilnya.

Saat kertas itu sudah Belva baca, tiba-tiba rasa kesal kepada bosnya muncul.

- Membuatkan saya kopi di pagi dan malam hari.

- Menyiapkan saya pakaian setiap hari.

- Menyiapkan saya sarapan setiap hari.

- Selalu patuh dengan perintah saya.

Dari semua tugas yang tertulis di kertas. Hanya ke empat tugas itu yang membuat Belva kesal.

"Pak untuk poin yang ke empat ini apa gak bisa di ganti?"

"Kenapa? Kamu gak keterima?" Sahut Arthur.

"Bukan gak keterima pak, tapi tugas yang bapak cantumin itu bukan tugas asisten, itu lebih tepat ke tugas seorang istri pak." Cerca Belva.

"Ya terus apa masalahnya? Itung-itung kamu belajar jadi istri saya." Ucap Arthur.

Seketika Belva membulatkan matanya.

***

Buat kalian yg nungguin MA up makasih bngt yaaa💕💕

Nanti kalo 20 vote aku double up!!

yeyy!!!🌈🌈🌈




My AktorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang