sebenarnya....

859 80 13
                                    

"oh jadi seperti itu" ucap Fang setelah mendengar cerita Gempa.

"Jadi mereka ni, kawan kau Gem?" Tanya Gopal masih tak percaya.

Gempa mengangguk, ia tau pasti teman-temannya kebingungan. Karena kedua temannya ini, memiliki tinggi layaknya orang dewasa.

Kedua temannya (Sai dan Shielda) terkekeh geli melihat teman Gempa.

"Hehe Korang tak percaya?" Tanya Sai sambil tersenyum.

Tidak ada jawaban, mungkin mereka bingung harus menjawab apa.

"Hmm ku lihat kamu sudah memiliki banyak teman" ucap Shielda sembari meneguk minumannya.

Gempa mengangguk cepat, tidak mungkin ia berbohong.

"Bagaimana kalau kita bermain hari ini. Ajak teman-teman mu juga" saran Shielda sambil tersenyum.

Gempa menyunggingkan senyumnya, ia menoleh kearah temannya.

"jom" ajaknya, mereka (temannya) bersorak ria.

Mereka semua berjalan menjauhi kedai yang mereka singgahi tadi.

Tok Aba memandang ketiga-tiga cucunya senang.

Pilihan Allah pastilah yang terbaik, dan tiada yang boleh mengganti nya.

Rahasia Allah sungguh indah. Menjadikan kehidupan kita berubah.

"Hmm, Gem nampaknya kau dah ada banyak kawan. Atok mahukan kamu sentiasa macam ni" gumam Tok Aba sambil tersenyum.

"Saya akan jaga senyum Gempa" ujar Kaizo yang berada di samping Tok Aba.

"Ya, Atok pun tak nak tengok Gempa menangis lagi" ucap Tok Aba.

Mereka berdua kembali melanjutkan pekerjaan mereka.

Melupakan apa yang terjadi sebelum ini.

~★~★~

Masih menunggu jawaban dari 'dia' orang yang sekarang telah menganggu kehidupannya..

Menghabiskan waktu sembari menggerutu di kamar.

Menyembunyikan rasa amarah ditambah sedih di lubuk hatinya.

"Apa yang dia mau sebenarnya!" Ia melempar buku yang ia baca ke sembarang arah.

Berjalan menuju jendela kamar yang terbuka, menatap langit biru dengan tatapan kosong.

"Huh~" menghela nafas lesu. Berusaha tenangkan dirinya sendiri.

"Hmmm, tapi siapa yang ku rindukan sebenarnya?" Ia bertanya pada diri sendiri.

Mengingat perasaan yang ia rasa kemarin.

Ia melihat kearah halaman rumahnya. Terlihat ketiga adiknya sedang bermain bersama dengan ceria...

"Kak Hali!!" Salah seorang adiknya berteriak memanggil namanya sambil melambaikan kedua tangannya.

Hali memandang sekilas, paling tidak ia masih memiliki adik yang menceriakan nya.

Kembali duduk di kursi meja belajarnya, melanjutkan membaca buku novel miliknya.

"Apa kak Hali menyapamu kembali Duri?" Tanya si manik oranye pada si manik emerald.

Dia Duri menggeleng "tak. Kak Hali tak jawab" ucap Duri.

Si manik oranye menepuk-nepuk pundak sang adik "sabarlah adikku" ujarnya sambil cengengesan.

"Bukankah kak Hali selalu seperti itu" ucap si manik safir, sembari memainkan bolanya.

hanya harapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang