jalan-jalan (lagi)

1K 84 68
                                    

Ada yang rindu sama Afi?
Wah bagus.

Ini cerita padahal jalurnya kadang menyimpang, tapi masih ditunggu ya.

Chapter kali ini berisi kembali dengan si kembar. Siapa lagi kalau bukan

Sai: Sai

Shielda: dan Shielda

Jangan lupakan Kaizo 😉

Dan yang waktu itu bilang Gempa mati?

Iya Gempa mati//plak *ditampar Gempa*

Enggak kok hanya saja Gempa sudah ke alamnya

Hali: Afi~~ *aura negatif*

A-ah gak kok bercanda *lari*

Hali: awas kau Afi *ngejar Afi*

TTM: ayo kak Hali!!!

Gempa:*tepuk jidatnya*

TTM: Oh ya selamat menikmati~

Abaikan saja *masih lari*

Oke gak jelas dah Afi ni

~★~★~

Keesokan harinya.
Gempa mengerjap-ngerjap kan matanya.

Ia melihat sekeliling. Betapa terkejutnya ia saat tau ia berada di kamarnya.

"sejak kapan aku disini?" tanya Gempa sendirian.

Gempa melihat kesana kemari.
"Apa Ais dan Duri yang memindahkan ku?" gumam Gempa.

Gempa akhirnya memutuskan untuk keluar.

Ia melihat ruangan sekelilingnya.
Hanya sunyi yang ada.

"Hufht" ia menghela nafas, saat melihat kamar lainnya telah ditutup.

Yang berarti penghuni rumah ini telah pulang kembali.

Lalu siapa yang memindahkan gempa?

Bisa jadi Ais dan Duri yang memindahkan nya. Mengingat tubuh Gempa lebih kecil dari mereka berdua.

Atau mungkin bukan mereka? Lalu siapa jika bukan mereka? Apa Hali dan Taufan? Blaze, Solar? Ah tak mungkin.

Atau ayahnya? Lebih tak mungkin lagi. Ini adalah misteri yang belum terpecahkan dan akan terus menjadi misteri, hingga akhir hayatnya.

~★~★~

Gempa sekarang sedang memasak makanan.

Ia sedikit memainkan irama untuk mengusir jenuh yang ada.

"Akhirnya selesai" ucap Gempa seraya mengelap keringatnya.

Gempa berbalik dan melihat meja makan yang ada di sana.

Sekarang Gempa sedang melamunkan masa lalunya. Di saat ia masih bisa makan bersama saudara dan ayahnya.

Ia rindu ingin makan bersama lagi. Tapi apalah daya itu hanya harapan saja.

Andai yang m4ti bukan ibunya, apakah mereka (saudaranya) akan bersedih juga? Entahlah.

Gempa menggelengkan kepalanya cepat. Tak boleh ia menyalahkan takdir. Karena kematian berada di tangan Allah.

Segera ia pergi untuk membersihkan rumah.

hanya harapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang