ingatan

845 81 35
                                    

Malam semakin larut, tapi ia tak kunjung tertidur. Bintang dan bulan bersinar terang. Menemani renungan nya malam ini.

Merenungkan semua yang telah ia gapai, dan yang telah ia lalui. Teringat masa kelamnya, yang begitu sulit.

Ia lalui sendirian, tanpa senderan untuk meletakkan kepalanya. Perubahan dalam hidupnya terasa sekali.

Dulu ia sendiri, hanya menceritakan pada sebuah buku. Tanpa mau berbicara dengan siapapun. Karena ia tak memiliki teman yang sebaya dengannya.

Tapi sekarang, ia memiliki saudara yang sangat memperhatikan, dan menyayanginya. Memiliki keluarga yang menyenangkan.

Ia kira ini akhir ceritanya. Akhir yang bahagia, ternyata ujiannya masih berlanjut.

Apakah ia akan kembali kesana? Kembali kerumahnya untuk menyelesaikan masalahnya.

Atau tetap disini menunggu mereka menerimanya? Kemungkinan kecil itu terjadi, dan kemungkinan besar itu tidak akan terjadi.

Rasanya sakit saat harus mengingat kenangan buruknya. Setelah kehilangan sang ibu hidupnya berubah.

Tidak ada lagi cinta kasih dari mereka. Tidak ada lagi belas kasih mereka. Sungguh sakit rasanya.

"Ibu~~ Gem rindukan ibu, bila Gem boleh jumpa ibu? Gem rasa diorang kan benci Gem lagi. Gem nak ibu Kat sini" meminta, hanya meminta untuk bersandar di bahu sang ibu.

Ia membuka buku coklat miliknya. Buku yang menjadi tempatnya menulis kisah nya sendiri.

Terkadang bukunya menjadi tempat untuk berimajinasi, membuat kehidupan yang indah.

"Huh.... Gem rindu Korang... Korang rindu gemgem tak?" Sudah lama ia tidak memanggil nama kecilnya....

Air mata mulai bertakung di pelupuk matanya. Tak kuasa mengingat yang lalu....

~★~★~

"Kau ni!!" Manik safir nya menatap benci.

"K-kenape?" Tanya seorang anak di depannya.

"Kau tanya kenape?! Kau ni boleh buat kerja tak?" Tanya nya lantang. Taufan geram dengan anak di depannya ini.

Anak itu menganggukkan kepalanya. Menundukkan kepala takut menatap Taufan.

"Lepastu kenape rumah ni bersepah?!" Taufan menunjuk sekeliling mereka yang sangat kacau.

Baru saja ia meninggalkan rumah selama satu jam. Tapi saat ia pulang, pemandangan rumah yang berantakan menjadi suguhan.

"T-tadi Gem dah bersihkan t-tapi..." Ucapannya terpotong saat hendak menjelaskan.

'plak'

Taufan menampar anak itu, dirinya sangatlah geram dengannya.

"Kau nak cakap adik-adik aku yang buat, hah!!" Taufan membentak anak itu.

"Kau ni memang tak guna!! Bersihkan balek!!" Taufan pergi dari hadapan anak itu. Muak rasanya harus melihat anak itu.

Air mata mulai bertakung di pelupuk matanya. Anak itu bangkit, mulai membersihkan rumah lagi.

Tetesan air mata turun membasahi lantai. Tak peduli dengan apa yang sekarang sedang ia kerjakan.

"Kenape? Ini bukan salah gemgem" gumamnya. Rasa sesal terasa didada nya.

Di balik pintu kamar Blaze terlihat sang pemilik kamar dan ke tiga adiknya. Sedang tertawa kecil. Senang akan hasil kerja mereka.

Mereka berempat lah yang membuat rumah kembali berantakan. Sebelum kedua kakak sulung mereka pulang.

hanya harapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang