rasa sepi di hati

505 53 8
                                    

Seorang remaja bermanik biru langit termenung memandang ke arah taman. Tatapannya kosong seperti mencari kenangan yang lama. Sebuah foto kecil yang ia genggam erat, tak mau melepasnya.

"Taufan?Kau sendirian di sini?" Tanya remaja lain, teman dari remaja bermanik biru langit.

Remaja yang dipanggil Taufan itu menoleh"Ya begitulah..." Jawabnya kemudian kembali diam.

"Rafi.... Kapan terakhir kaki aku bilang 'aku bahagia' ?" Tanya Taufan sembari menatap langit biru berhias awan putih yang menggulung.

remaja yang dipanggil Rafi itu diam sebentar kemudian menjawab "sebelum kau bercerita tentang kepergian" 'dia', kau selalu bilang aku "sangat bahagia di sini" jawab Rafi sembari memperbaiki posisi topinya.

Taufan termenung kembali, sorot matanya hanya menangkap gambaran kosong, kesepian mungkin kata yang tepat untuknya saat ini.

"Kring!!!" bel masuk berbunyi, menandakan seluruh siswa harus kembali mengikuti kegiatan belajar.

1-2 dari mereka masih asyik bermain sementara yangng lain sudah berhambur menuju kelas masing-masing.

Begitu juga Taufan dan Rafi, kebetulan kelas mereka berbeda dan cukup dekat dari tempat mereka sekarang.

Jadi keduanya memutuskan untuk berlari bersama menuju kelas yang tak terlampau jauh itu.

                      Kelas VII B

kelas yang berisi siswa-siswa bertalenta, amat berbakat dengan bidang masing-masing.

Bahkan kelas ini dijuluki ‘biang ribut’ karena para siswanya yang memang selalu ribut.

seperti saat ini, meski bel masuk telah berbunyi tapi siswa kelas VII B tetap ribut disebabkan guru yang mengajar belum tiba.

Taufan memilih duduk di kursinya, biasanya dia lah yang paling ribut di kelas, namun kali ini ia diam tanpa bersuara.

Suara langkah kaki terdengar mendekat diikuti suara batuk yang khas, satu kelas terdiam dan kembali duduk dengan rapi.

Tak lama seorang guru berperawakan tinggi nan kekar memasuki kelas diikuti remaja tak kenal tepat di belakangnya.

"Baiklah anak-anak, kalian hari ini kedatangan teman baru" ucap sang guru, kemudian melirik kearah remaja itu, memberi kode agar si remaja memperkenalkan diri.

Remaja itu maju satu langkah, memandang seisi kelas dengan gugup.

"Hai semua, nama saya Kris salam kenal. Semoga kita bisa berteman baik" ucapnya

Sang guru tersenyum mantap "duduklah, nak" pintanya. Kris mengangguk dan mulai duduk di kursi kosong tepat di samping Taufan.

Tak ada yang memulai percakapan, keduanya sibuk memperhatikan guru di depan. Bahkan sampai bel istirahat berbunyi, mereka sama sekali tak bertukar suara.

Taufan berjalan menuju kantin diikuti Kris yang membawa kotak bekalnya.

Kris memutuskan untuk menikmati bekalnya, dan duduk menjauhi siswa lain.

Sementara Taufan pergi membeli makanan disalah satu kedai.

Ia terhimpit para siswa yang berebut antrian, dengan berbagai usaha ia menyelinap untuk membeli makanan.

Saat tuntas membayar dan kembali menyelinap keluar.

Taufan mendengar suara gebrakan meja dari ujung, segera ia mendekati sumber suara.

Alangkah terkejutnya ia saat melihat sekelompok anak nakal berkerumun.

Kevin, Roy dan Dani-sekelompok anak nakal yang suka mengusik para siswa

hanya harapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang