4.] Abang...

44 26 4
                                    

"Eh btw kemarin gimana? Pasti seru yaa? heumm aku gabisa ikut, " Ninda cemberut.

"Seru banget, apalagi ada si Ara beuhhh rame..asli no debat si! " Gendhis terkekeh.

"Geng gesrek masih ada to? " celetuk Yoga yang sedari tadi memperhatikan obrolan dua gadis di depannya.

"Yapp masih dan ga akan pernah bubar asekk, " sahut Gendhis.

"Denger denger Ara deket sama Mas Bayu? " tanya Ninda sambil menyeruput jus pesanannya.

"Bukan deket lagi..udah jadian malah, " singkat Gendhis.

"Ehemmm..Bayu mantanmu? masih aja dibahas! " Yoga berdehem melirik Ninda.

"Kan cuma nanya..gaada maksud lain kok sayangkuu..tenang aja, " Ninda tersenyum.

"Kalem mas, Ninda seutuhnya milikmu awokwkwk, " Gendhis tertawa. Manis, dilihat dari segi manapun Gendhis memang manis. Nampaknya sulit bagi siapapun untuk menemukan kekurangannya, yaa walaupun tidak ada manusia yang sempurna. Mungkin Gendhis hanya istimewa.

...

Disisi lain, Damar sedang kewalahan menghadapi tingkah adiknya.

"Aleenaaaaaaa!! kenapa kamar abang diberantakin??..astaga bocahhhh! " Damar berteriak mencari adik perempuannya.

"Hihi..i'm sorry abangg, " gadis kecil itu mengacungkan dua jarinya, peace.

"Nakal kamu yaa...sini! " Damar mengejar adiknya yang berlari keluar rumah.

"Ayoo abangg! kejar Aleena kalo bisaaa..wleeee.. " gadis itu terus berlari hingga keluar dari pekarangan rumahnya.

"Astagaaa bocillll!! " Damar kesal dibuatnya.

Gadis kecil itu mendadak berhenti, ia tak lagi berlari.

"Nahlo..capek kan? makanya gausah ngeyel! " Damar mencubit pipi menggemaskan milik gadis kecil itu.

"Abanggg..." rengeknya.

"Hm..apa? " singkat ya?em itulah Damar.

"Aleena haus..mau boba. Beliin ya bangg? " pinta gadis kecil itu.

"Boba, coklat, es krim terus apalagi? biar ompong sekalian giginya, " ujar Damar.

"Ishh..abang gatau selera cewe yaa? Oh iya abang kan ga punya pacar... " gadis itu mengejek kakaknya.

"Heh! bocil 5 tahun tau apa soal pacaran? " Damar menatap adiknya, tajam.

"Canda abangg...abisnya abang galak si jadi mana ada yang mau sama abang, ups! " gadis itu membungkam mulut dengan telapak tangannya.

"Diem atau gagal nge-boba? " Damar memberikan penawaran.

"Hihi...boba dongg bang " kata Aleena.

"Yaudah ayok..mau jalan apa gendong? " kata Damar yang disambut senyum manis adiknya.

"Jalan kaki aja tapi gandeng ya bang hihihi, " terpampang jelas gigi rompang gadis kecil itu.

Damar berjalan menggandeng adiknya, menuju tempat penjual boba yang tak jauh dari rumahnya.

...

"Pesen sendiri yaa..abang tunggu disini, nanti kalo udah bilang biar abang bayar. Oke? " Damar berjongkok menghadap gadis kecil yang berdiri didekatnya.

"Oke abang, " gadis itu berlalu, memesan boba favoritnya.

Damar? hemm seperti biasa, sibuk menatap layar ponselnya.

"Woii bro!! " seseorang menepuk pundak Damar. Siapa? Deny Amroni, tetangga sekaligus sahabat Damar sejak kecil.

"Bangkee lo! " Damar menendang kaki sahabatnya yang menjengkelkan itu.

"Ih kok ngamok? hahaha. Btw sejak kapan seorang Damar nongkrong disini? BOBA COYYY BOBAAAA HAHAHA " Deny tertawa puas.

"Ck!..lalat masuk sabi lahyaaa, " ujar Damar dengan muka datarnya.

Dan bla bla bla sampai akhirnya...

"Ehh ada si manis jembatan bambu..mau beli boba Neng? " Yaa Deny menyapa Gendhis yang baru saja turun dari motornya.
Celana levis+kaos maroon, rambut kuncir kuda dan kacamata. Simple.

"Eh Deny..iya nih mau beli boba, kamu sendiri ngapain? "
tanya Gendhis.

"Kebetulan aja lewat ehh liat si monkey lagi nongkrong disini, " ucap Deny sambil melirik ke arah Damar.

"Siapa? " Gendhis tak melihatnya secara jelas karena Damar sedang menunduk fokus pada ponselnya.

"Woii cukk! Ada cewe cakep nih, diem diem bae lu! " Deny melempar kerikil kecil ke arah Damar, yap tepat mengenai kaki sang empu.

"Bangs--...lo lagi? astagaaaa...sial banget gua hari ini, ketemu dua orang gajelas, " Damar membulatkan matanya.

"Lah! sewot ae lu bang, awas naksir gua penyet pala lu! " Deny mengepalkan tangannya, mengarah pada Damar.

"Dihh kenapa? cewe lo? mau aja sama kadal buntung gitu hahaha... " Damar tertawa puas

"Daripada sama monkey cap macan kaya lu!." Deny membalas.

"Fix, kalian sama aja. Cocok loh..kenapa ga hmmm aja, " ucap Gendhis ringan.

"Akang Damar...muwahhh, " ledek Deny sok manja.

"Gua masih waras kali, yakali..hiiii jijik asli... " Damar bergidik ngeri.

"Udah dapet bobanya...yeayyy! " teriak gadis kecil yang menghampiri Damar.

"What? kamu udah punya anak? aaaa gemoy banget sii dedeknya ututuuu, " ucap Gendhis gemas.

"Gila lo! adek gua nih...anak apaan doi aja kaga ada! " ucap Damar kesal.

"Kakak cantik namanya siapa? " Aleena menatap Gendhis.

"Aku Gendhisa Larasati...panggil aja Kak Sa. Gemoy namanya siapa kalo boleh tau? " Gendhis mendekati Aleena dan berjongkok didepannya.

"Aleena Putri Ardana kak..ini pacarnya abang yaa? " Aleena menengok ke arah abangnya.

"Hehh!sembarangan aja bocil kalo ngomong..dahlah pulang yokk, " ajak Damar, menggandeng adiknya.

"Bayar dulu abanggg... " kata Aleena.

"Oh iya lupa, tunggu disini dulu yaa..awas lo kalo sampe nyulik adek gua! " bentak Damar pada Gendhis.

"Gaboleh suudzon abangg..." ucap Aleena.

"Tuhh dengerin adek lu aja pinter...lah lu?tulul banget anjirr." celetuk Deny.

"Hussst! " Gendhis melototi Deny.

"Udah abang bayar, yok pulang ntar keburu dicariin mama, " ucap Damar.

"Kak..main ke rumah Aleena yukk..biar aku ada temennya. Dirumah sepi, Aleena bosen! " kini wajah imutnya berubah cemberut.

"Emm..lain kali yaa, udah sore nih Aleena pulang dulu. Mandi gihh udah bau ncutt nih hihi, besok baru deh main lagi, " ucap Gendhis sambil mengusap pipi Aleena.

"Oh iyaa..besok kan minggu, yeyyy! Abang sama Kak Sa mau nemenin Aleena jalan-jalan? " Aleena menatap keduanya penuh harap.

"Deal! besok mereka bakal nemenin kamu jalan-jalan! " celetuk Deny.

"GAK! " singkat Damar.
Aleena mencebikkan bibirnya, bahkan hampir menangis.

"Ehh..iya iya besok abang ajak kamu jalan..udah dong jangan mewek, ntar abang yang kena omel mama, " ucap Damar.

"Sama Kak Sa kan? " pinta Aleena.

"Iyaaaa " Damar meng-iyakan seenak jidat tanpa menunggu persetujuan Gendhis.

"Damarr? " Gendhis menaikkan satu alisnya, menunggu penjelasan.

"Nurut aja! " Damar melenggang pergi meninggalkan Gendhis yang masih melongo kebingungan.

Bagaimana kelanjutannya?
Akankah mereka mingguan bersama?

Vote dulu sabi lah ya♥

PAMIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang