_Happy Reading_
Hari ini, tepat seminggu setelah kejadian yang membuat Gendhis babak belur.
"Akhirnyaa...aku udah bisa gerak bebas yeyyy! " ucap Gendhis saat berjalan keluar dari rumahnya.
"Udah siap ngampus? " tanya Damar yang sudah menunggunya di depan rumah.
"Udah dong, yok berangkat! " ucapnya dengan penuh semangat.
"Jangan terlalu bahagia menanggapi sesuatu, nanti takutnya kamu kecewa sama endingnya. " ucap Damar.
"Sejak kapan Si Kaku ini jadi penasihat? " Gendhis melirik Damar.
"Paansi lo! cuma ngingetin, " singkatnya.
...
Universitas Islam Indonesia
"Aaaaa...Gendhissss! " teriak Mela yang berlari ke arahnya.
"Aaaa jangannn...jangan sentuh aku monyet, " Gendhis tertawa kecil.
"Ishhh kumat gesreknya deh, ehh bentar! ada yang beda, " Mela berjalan mengitari Gendhis.
"Hah? apanya? " Gendhis kebingungan melihat Mela yang berjalan mondar mandir.
"Rambut panjang lo? Oemji! lo potong rambut? " Mela membulatkan matanya.
"Hemm iya, kenapa si? masih tetep cantik kan ya? " Gendhis tersenyum manis.
"Ck, dahlah gua duluan " ucap Damar yang mulai muak melihat tingkah keduanya.
"Yeee sewot ae lu ngab, " ucap Mela.
"Udah ih biarin aja, temenin ke kelas Rania yuk, " ajaknya.
"Mau ngapain si Ndhiss? " tanya Mela yang berjalan mengikuti langkah kaki Gendhis.
"Tadi simbok nitip kue buat dia sama Kak Al, " ucapnya.
"Ck, yaudah ayok gue ikut, "
Mereka berdua berjalan menuju kelas Rania.
"Rania, " panggilnya.
"Apa? " sahut Rania, cuek.
"Ada titipan kue dari simbok nih, " Gendhis menyodorkan satu wadah bingkisan yang dipegangnya.
"Gausah sok baik sama gue! " Rania menghempas bingkisan itu hingga terlempar ke lantai.
"GUE GAK SUDI PUNYA SAUDARA TIRI KAYA LO! " bentaknya.
"Hehh! hargai pemberian orang dong! sumpah yaa tangan gue greget liat muka lo! " ucap Mela tak terima atas perlakuan Rania.
"Kenapa? lo gak terima? mau ribut sama gue? ayokk! " tantangnya.
"Ohh udah bisa kungfu lo sekarang? " ucap Mela.
"Mel.. udah yaa jangan diladenin, kita balik aja ke kelas yuk, " ajak Gendhis yang berusaha menahan rasa marahnya.
"Halahh paling lo pergi karena takut kan sama Rania? " ejek Eisya.
"Asal lo tau ya! kalo bukan karena bokap lo kaya, gue gak bakal mau nerima dia jadi bokap tiri gue! " Rania meninggikan suaranya.
"Satu lagi, jangan pernah caper sama my mom and my bro! " lanjutnya.
"Ran! aku udah berkali-kali bilang sama kamu, aku ngga pernah caper sama siapapun! " Gendhis meninggikan suaranya.
"Wuhh...jadi lo bisa emosi juga? Hahaha okeii mari kita lihat sejauh apa rasa emosi lo itu, " ucap Rania.
"Kamu boleh benci sama aku, tapi tolong hargai pemberian simbokku, " ucap Gendhis.
"Kue kaya gitu? lo minta gue buat ngehargain KUE BUATAN SIMBOK LO ITU? berapa sih harganya? " Rania makin semena-mena.
"Nih! gue hargain kue itu, cukup kan? " Rania menyodorkan uang ratusan ribu itu ke tangan Gendhis.
"Kenapa diem? masih kurang? ambil aja nih! ngga usah sok nolak! orang miskin ngga usah sok gengsi! " ucapan itu membuat kuping Gendhis panas, kemarahannya memuncak. Tangannya mengepal.
"Kenapa? mau mukul gue? pukul aja! ayokk! " Rania mendekatkan tubuhnya.
"Lo gak bakal berani kan marah sama gue? lo takut gue aduin sama bokap, iya kan? DASAR CUPU! " Rania mendorong tubuh Gendhis.
"Wahh parah lo! " Mela hendak menjambak rambut Rania, namun aksinya ditahan Gendhis.
"Jangan ikut campur Mel, ini urusanku sama Rania, " ucap Gendhis.
Mela mundur selangkah, ia paham kini sahabatnya sudah berada di puncak kemarahannya.
"Mampus lo Rania, lo bakal tau marahnya orang pendiem kaya apa, " ucap Mela dalam hatinya.
"Gue tau, lo mahasiswi yang gila aturan..lo gak akan berani ngelanggar aturan cuma karena emosi liat kue buatan SIMBOK lo itu gue lempar ke lantai! " ucap Rania, kejam.
"Hahahaa..simbok, DASAR KAMPUNGAN! "
Plakkk!
Satu tamparan mendarat di pipi Rania, Gendhis yang menamparnya. Kali ini ia benar-benar tak terima dengan perlakuan Gendhis.
"Susah payah gua sabar ngadepin sikap lo, susah payah gua nerima kata-kata kejam lo tentang gua dan ternyata makin di diemin makin nglunjak, oke mungkin gua bisa terima kalo yang lo maki itu gua. Tapi kalo lo udah bawa-bawa orang tua apalagi simbok...gua ga bisa terima, "
Rania menatap Gendhis tak percaya, begitupun dua dayangnya. Ini pertama kalinya mereka melihat Gendhis marah sampai semarah itu.
"Kenapa?! lo heran liat gua? Rania..Rania..lo salah tentang gua! jangan pikir gua cuma bisa diem nerima perlakuan kotor lo! Selembut apapun Gendhis tetep bisa bilang LO GUA! " Gendhis benar-benar marah.
"Kenapa lo diem? tadi lo bilang lo mau liat seberapa jauh emosi gua kan? "
Nihil, tak ada jawaban yang keluar dari mulut Rania, ia hanya diam membisu.
"Liat gua! " bentaknya.
"Sekarang denger baik-baik! uang ga bisa bayar ketulusan hati seseorang! cuma nerima aja apa susahnya sih haa?! Kalo emang lo ngga suka, lo bisa kasih ke orang lain bukannya dibuang! yang lo lakuin kali ini bener-bener keterlaluan! " ucap Gendhis dengan lantang.
"Oh ya satu lagi, kalo lo mau ngaduin gua ke bapak, aduin aja! GUA GA PEDULI! Nih uang lo! anggep aja sedekah. " Gendhis melayangkan lembaran uang itu ke udara, yang disambut sorak sorai mahasiswa di kelas itu.
Rania hanya berdiri mematung di depan kelas dengan tatapan kosongnya, ia tak menyangka jika Gendhis bisa membentaknya. Sungguh itu sebuah kejutan bagi Rania.
Pesan dari author :
"Jangan pernah memancing kemarahan seorang penyabar jika kamu tidak siap menerima kejutan darinya, asal kamu tau..setiap orang punya cara tersendiri untuk membungkam lawannya. "Duhh authornya gaje yaa?:(
Thanks udah mampir gaiss♥
Nantikan part selanjutnya yaa..
Jangan lupa vote, komen juga boleh kok asal positif:)
KAMU SEDANG MEMBACA
PAMIT [END]
Teen Fiction(Revisi) ~FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA~ Gendhisa Larasati namanya, senyum manis bak gula Jawa ciri khasnya. Ia adalah gadis dengan cover ceria yang sedang berusaha mengikhlaskan masa lalunya. Banyak dikelilingi orang-orang humoris membuatnya lupa den...