14.] Phobia Makhluk Halus

22 14 0
                                    

"Hai.. " Damar tersenyum saat membuka topeng badut doraemon yang dipakainya.

"D-Damar... " Gendhis masih menganga tak percaya, seorang Damar yang kaku kini menjadi badut lucu hanya untuk membuatnya tertawa? benarkah?.

"Iya gua tau, lo pasti mau bilang bagusan pake kostum kan daripada aslinya? nih gua pake lagi, " Damar hendak memakainya lagi, namun aksinya tertahan oleh tangan Gendhis.

"Jangan! aku lebih suka yang aslinya kok " ucap Gendhis, membuat Damar menatap mata indah Gendhis, itu bukan mata tajam yang biasanya.

"A-itu..emm maksud aku walaupun aslinya kaku tapi tetep perhatian kok, kalo sama aku sih... gatau kalo sama cewe lain, " lanjutnya.

"Ck, bentar gua mau balikin kostumnya dulu..gerah njirr, " Damar melepas kostum badutnya dan berjalan mendekati sang pemilik kostum yang tengah duduk di sebrang sana.

...

Rumah Gendhis
16:00 WIB

"Mampir dulu yuk! " ajak Gendhis ketika turun dari motor Damar.

"Emang boleh? " Damar menaikkan satu alis tebalnya.

"Boleh, simbok ngga ke rumah makan hari ini..makanya aku disuruh pulang langsung ke rumah. " sahut Gendhis.

"Oke, sekalian kenalan sama nyokap lo, " ucap Damar sambil melepas helm full facenya.

Tok! tok! tok!
"Assalamu'alaikum... " ucap keduanya memberi salam.

Ceklek!
"Wa'alaikumsalam, ehh nduk kamu udah pulang..ini? " Mbok Endah melirik Damar.

"Damar tante.. " ucap Damar sambil mencium tangan Mbok Endah.

"Oalah, temen kuliahnya Gendhis? " ucap Mbok Endah.

"Iya tante, "

"Yowes ayo mampir dulu cah bagus.. " Mbok Endah mempersilahkan keduanya.

"Mau minum apa? kopi? teh?, " Gendhis menawarkan minuman kepada Damar.

"Kopi aja, " sahutnya.

"Oke bentar, aku buatin dulu "

10 menit kemudian...
Gendhis datang membawa secangkir kopi dengan dua toples cemilan. Eits jangan lupakan penampilannya, celana pendek dengan kaos oblong warna hitam polos.

"Maaf yaa lama, tadi sekalian ganti baju soalnya. " Gendhis menyodorkan secangkir kopi with dua toples cemilan yang ia bawa dari dapur.

"Hmm gapapa, thanks " ucap Damar, matanya terfokus pada penampilan Gendhis.

"Sederhana tapi cetar membahana, ck! mata gua ternoda. " batinnya.

"Diminum kopinya, cemilannya juga jangan dianggurin. " ucap Gendhis, ia menyandarkan tubuhnya di sofa, posisi keduanya jadi berhadapan.

"Ehemm..btw penampilan lo di kampus sam di luar kampus beda jauh yaa.. " ucap Damar.

"Bedanya? " Gendhis masih fokus pada ponselnya.

"Yaa di kampus lo biasa aja si, tapi kalo di luar lo... " Damar menggantung ucapannya.

"Seksi, " lanjutnya.

"Ya jelas beda lah, di kampus kan ada aturannya..lagian mau tampil kaya apapun, Gendhis tetep manis kan? " Gendhis meringis manis.

"Ck, pede lo! " sahut Damar.

"Diminum tuh kopinya, keburu dingin. Ntar namanya bukan kopi nasgithel lagi deh, " ucap Gendhis.

"Nas-gi-.. apa? " Damar mengernyitkan dahinya.

"Ihh kamu orang Jawa kan? masa ngga tau si? " Gendhis mencebikkan bibirnya.

"Gua emang lahir di Jogja, tapi gua pindah ke Tangerang pas kelas 5 SD sampe lulus SMP, nah pas SMA gua pindah lagi ke Jogja. " jelasnya.

"Ohh gitu, "

"Nasgithel? atau apalah itu, artinya apa? " Damar menunggu jawaban.

"Nasgithel itu singkatan dari panas legi kenthel hahaha, " Gendhis tertawa melihat ekspresi konyol Damar saat mendengar penjelasannya.

"Tawa lo! " ketusnya.

"Sa ae resekkk! " balas Gendhis.

"Greget gua liat lo! " Damar mengacak-acak rambut Gendhis yang tergerai itu.

"Ihhh! demen banget bikin emosi sih! " Gendhis mendengus kesal.

"Wleee, " Damar menjulurkan lidahnya.

"Meongg.. " itu suara Michi, kucing Persia berbulu orange kecokelatan yang sedang melenggak-lenggok berjalan mendekati kaki Gendhis.

"ASTAGAAA! DEMI APAPUN, JAUHIN MAKHLUK HALUS ITU DARI GUAAA! " teriak Damar penuh ketakutan.

"Ehh kenapa? Damar takut sama kucing? Michi ngga nakal kok, iya kan Chi? " Gendhis menggendong kucing kesayangannya itu. Baginya berbicara dengan kucing adalah hal biasa, terkadang Michi justru menjadi teman curhat Gendhis. Bahkan Gendhis memperlakukan Michi seperti anaknya sendiri.

"Gila lo! jauhin makhluk berbulu itu da-aaa haacimmm..hacimmm.. " Belum usai kalimat yang ingin dikatakannya, Damar sudah terlebih dahulu bersin-bersin.

"Lahh Damar alergi bulu kucing? sorry..Gendhis ngga tau, bentar yaa.. " Gendhis menjauhkan Michi dari Damar.

"Baek-baek disini yaa, Gendhis tau Damar ganteng...tapi Michi ngga boleh centil deket-deket sama dia, okei? " ucap Gendhis yang hanya dibalas ngeongan Michi.

Oke back to Damar...

"Sorry yaa..maaf bangettt Damarrr, " Gendhis menatap Damar penuh memelas.

"Hemm..yaudah gua balik yaa, " Damar memasukkan ponsel kedalam tasnya.

"Damar marah ya? " tanya Gendhis polos.

"Gak, "

"Terus? kenapa pulang sekarang? " timpalnya.

"Lah lo mau gua pulang kapan? apa perlu gua nginep sekalian? hem?! " Damar mendongakan dagu Gendhis dengan tangannya.

"Ihh ngga gitu juga! auk ah, " Gendhis menggembungkan pipi chubby-nya.

"Kek ikan buntal tau ga si lo? hahaha.. " Damar beranjak dari sofa.

"Nyokap lo mana? gua mau pamitan nih, " ucapnya.

"Bentar tak panggilin dulu, " ucap Gendhis, yang kemudian beranjak dari tempat duduknya.

1 2 3 4 5 6 7 8... 8 detik kemudian...
Mbok Endah datang dengan senyum khasnya, Gendhis menyusul dibelakangnya.

"Tante.. Damar pamit mau pulang, udah sore nih...maaf jadi ngrepotin, " ucap Damar.

"Walah sama sekali ndak ngrepotin kok, makasih yaa udah ngantar jemput Gendhis, " ucap Mbok Endah.

"Iya tante...Damar pamit, assalamu'alaikum... " ucapnya sembari mencium tangan Mbok Endah, dan melewati Gendhis.

"Oh iya, besok lagi panggil Mbok saja yaa jangan tante...anggep aja ini simbokmu juga, " Mbok Endah tersenyum manis, semanis Gendhis.

"Iya siapp tan-- ehh Mbok maksudnya, " Damar terkekeh pelan.

Gasskeun baca part selanjutnya gaiss♥
Jangan lupa follow me hihi
Tinggalkan jejak berupa vote+komen yaa

PAMIT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang