🍁07

449 90 11
                                    

Akhirnya bisa up juga..

Maaf jika typo bertebaran dimana-mana.

Votenya dulu yokkk..

Ini Teyungnya kenapa minta dihalalin bnget dah 😌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini Teyungnya kenapa minta dihalalin bnget dah 😌

..

Tak terasa tiga bulan sudah Teyung merasakan kebahagiaan luar biasa oleh karena cinta dari Sooya. Puncak musim hujan seolah menjadi saksi perjalanan kisah mereka. Teyung tidak pernah melewatkan waktu sedetik pun untuk tidak memberikan perhatian pada kekasihnya itu. Cukup untuk membuat gadisnya itu semakin yakin atas hubungan ini.

Tampak mendung mulai menggantung diatas sana. Nyaris dua puluh menit Sooya masih setia duduk di depan tempatnya bekerja. Tidak biasanya Teyung datang terlambat untuk menjemput.

Berulang kali Sooya menengok ke jalanan berharap sosok Teyung menunjukkan batang hidungnya. Tapi nampaknya ia harus menelan kekecewaan karena apa yang diharapkan tidak nenjadi realita.

Setelah panggilannya tak mendapat jawaban dari Teyung, Sooya memutuskan untuk bertolak menyambangi pria tersebut. Langkahnya tampak sedikit tergesa. Mungkin rasa jengkel mulai menyelimuti hatinya kendati Teyung tidak dapat dihubungi. Tak perlu waktu lama ia kini sudah berada di dalam bus kota dan membawanya ke sebuah pemberhentian tak jauh dari tempat Teyung bekerja.

Sooya menatap sebuah bangunan dengan sentuhan ala Jepang yang bernuansa menenangkan dihadapannya. Sebuah spanduk bertulis penerimaan siswa baru terpampang nyata di atas terasnya.

Sooya masih berdiri di halaman tempat kursus tersebut. Tempat dimana Teyung mengajar bahasa Jepang sejak tiga bulan terakhir ini. Sooya meratakan pandangannya ke sekitar dan tatapannya terhenti pada sebuah mobil sedan berwarna hitam milik Teyung. Perasaan Sooya lebih tenang dalam sekejap. Itu berarti kekasihnya memang belum selesai mengajar.

Baru saja Sooya hendak melangkah mencari tempat nyaman untuk menunggu. Butiran air dari atas langit terasa menjatuhi pucuk kepalanya. Sooya menatap ke atas, mengadahkan kedua telapak tangannya. Terasa semakin deras. Lantas ia berlari kecil menuju emperan di sudut bangunan Jepang itu.

Angin semilir memaksanya memeluk tubuh kecilnya seorang diri. Entah sampai kaan ia akan terus berada di sana. Teyung tidak mengatakan jika ada jam tambahan. Berulang kali Sooya melihat jam digital pada ponselnya. Ah, ini sudah hampir lima belas menit sejak saat ia berdiri di sana.

Hingga pada akhirnya pintu keluar tampak dipenuhi keramaian. Dimana para peserta kursus sudah mulai keluar. Pertanda memang jam pelajaran telah usai.

Sooya tampak merapikan rambutnya. Menyisir dengan jemari lentiknya. Kendati tidak terlampau rapi setidaknya ia tidak terlihat kusut di hadapan sang kekasih. Cukup lama hingga Sooya sedikit tertegun dengan pemandangan yang sebenarnya sedikit membuatnya dirundung rasa tidak nyaman.

Feeling Defence [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang