🍁 04

564 116 7
                                    

Vote dulu sayangg..

     Hanya ada dua pilihan saat ini bagi Sooya. Mati kedinginan di kamar mandi atau memanggil Teyung untuk mengambilkan handuknya. Ah sial memang.

     Dan pada akhirnya dia berteriak memanggil Teyung, "Teyung!"

     Sooya melihat dari celah pintu yang ia buka tipis, pribadi tinggi itu datang membuat jantung Sooya berdegup kencang. Ia hanya mampu berharap Teyung tidak menjahilinya saat ini.

     "Ada apa?"

     "Tolong ambilkan handukku, ya!"

     "Memangnya kenapa?" dengan konyolnya Teyung hendak membuka pintu kamar mandi.

     "Yakk!! Kau mau apa?" sontak Sooya menjerit panik. Dengan cepat ia menutup pintu. "Aku baru saja mandi dan handukku ketinggalan. Ambilkan cepat!"

     "Tapi ada syaratnya."

     "Syarat? Syarat apa? Jangan macam-macam, ya!"

     "Ya sudah, kalau tidak mau. Membeku saja kau di dalam."

     Ah, sialan benar Teyung ini. Kalau sudah begini Sooya bisa apa selain menyetujui. "Iya, iya. Apa syaratnya? cepat katakan!"

     "Kau jadi kekasihku."

     "Apa? Hei jangan sembarangan, ya! menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Aku tidak mau!"

     "Sudah terlambat. Aku sudah mengambilkan handukmu. Ini, cepat buka!" Dan entah bagaimana handuk Sooya sudah berada di tangan Teyung sekarang.

    "Kalau aku buka janji jangan mendorong pintu, ya!" Sooya waspada.

     "Iya, sayang," goda Teyung. Astaga, Sooya bahkan benar-benar gila karenanya.

     Sooya kembali membuka pintu secara tipis dan mengeluarkan jemarinya. Meraba-raba di atas udara. "Mana?"

     Teyung terkekeh tanpa suara melihat jemari lentik itu. Menggemaskan sekali. "Aku tunggu di meja makan. Cepatlah!"

     Situasi menjadi rumit sekarang. Sooya semakin terpojok. Tumitnya melangkah menuju meja makan setelah ia selesai berias. Menatap Teyung yang sudah lahap menyantap makanan di atas meja.

     "Lama sekali?" tanya Teyung tanpa mengalihkan fokusnya pada hidangan di depannya.

     "Apa kau sudah tidak makan tiga hari?"

     "Makanlah!" jawabanya pun selalu melenceng dari pertanyaan.

     Sooya menghela napas panjang melihat hidangan di meja nyaris habis. "Yak, kalau seperti ini aku makan apa?"

     Teyung mengelap mulutnya, lalu menyodorkan piring di hadapannya pada Sooya. "Ini, makanlah!"

     Tidak terima Sooya mendorong piringnya kasar kembali pada Teyung. "Tidak mau. Kau pikir aku apa diberi makanan sisa," gerutu Sooya.

     "Tidak mau ya sudah," demi apa, Teyung pun kembali menyantap makanan itu. Membuat Sooya semakin geram terlebih perutnya sudah keroncongan sedari tadi.

_
_
_

     Keluarga Teyung pun pada akhirnya tiba. Kini pria itu disibukkan dengan kegiatan menata rumahnya. Sooya pun demikian, swalayan tempatnya bekerja sudah selesai di renovasi. Memaksanya untuk segera kembali bekerja.

      Hampir sepekan mereka tidak bertemu. Seharusnya Sooya senang karena tidak ada Teyung yang usil yang selalu mengganggunya. Tapi entah kenapa rasanya ada sesuatu yang hilang.

Feeling Defence [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang