Vote dulu sayang..
Sinar hangat mentari begitu setia mengiringi Sooya menyusuri gang per gang jalanan di sebuah komplek dekat tempat tinggalnya. Kakinya terus berusaha sekuat tenaga mengayuh tunggangan mini tersebut. Dengan berbalut alas micky mouse bertekstur lembut hadiah dari Sooga sang kakak Sooya tampak menyeka sedikit demi sedikit peluh yang membanjiri tepi wajah cantiknya.
Bukan main betapa senangnya gadis bersurai hitam panjang itu mendapati sebuah bingkisan di atas tempat tidurnya kemarin lusa. Memang, ini moment yang sangat langka, pasalnya Sooga itu seperti kulkas berjalan. Hemat bicara, hemat tenaga dan hemat perhatian. Jarang sekali memberikan hadiah semacam ini. Sebagaimana Sooga tipe pria yang menjaga gengsinya, dia bilang itu sandal dia temukan di jalan. Suatu kenyataan yang jauh dari kebenaran. Setidaknya itulah yang Sooya pikirkan.
Peluh yang mengalir dibalik bajunya serta hembus napas yang mulai berat begitu terasa tatkala jalanan mulai menanjak. Namun seolah terbayarkan kala rodanya berputar cepat melalui bidang yang menurun. Hembus angin yang menerpa tubuhnya serta menyibak rambut panjangnya ke belakang hingga paras cantik itu sepenuhnya terpampang nyata. Dan disaat suasana seperti ini alunan lagu sudah pasti akan keluar dari bibir mungilnya. Membawa kebahagiaan tersendiri di hati kecilnya. Meski sejujurnya hati kecil itu masih menyisakan goresan luka yang mendalam sejak beberapa tahun silam.
Roda yang mulai menipis permukaannya itu berhenti di halaman sebuah rumah bercat putih dengan air mancur mini menyambut sebelum pintu masuk. Memarkirkan sepeda berwarna biru itu dan mengambil sebuah kotak makan yang sedari tadi ia semayamkan di keranjang depan. Sooya melangkah dengan pasti seperti hari-hari sebelumnya.
"Teyung-ah!" teriaknya dari depan pintu utama tanpa mengetuk. "Tey!" sekali lagi suara itu melengking naik satu oktaf lebih tinggi.
Sedangkan pribadi yang masih membuntal tubuhnya dengan selimut bermotif lumba-lumba itu tampak terusik saat suara melengking Sooya selalu saja menusuk gendang telinganya, membuyarkan mimpi-mimpinya serta menenggelamkan rasa nyaman diantara empuknya ranjang tidur yang selalu ia puja. Bukannya keluar Teyung justru menaikkan selimutnya hingga ujung kepala.
"Argghh, gadis itu lagi," racau pria tampan itu sambil terus berusaha menutup kedua rungunya.
Tapi bukan Sooya namanya kalau menyerah begitu saja sebelum sang pemilik rumah menunjukkan batang hidungnya.
"Teyung-ah!! Kalau kau tidak keluar akan aku dobrak pintunya!" ancam Sooya.
Bagai sebuah jurus yang jitu, ucapan Sooya barusan benar-benar membuat pria gagah itu membuka selimutnya kasar. Padahal ia tahu anak gadis bibi Han itu tidak bersungguh-sungguh akan mendobrak pintunya. Yang benar saja tubuh mungil seperti itu mampu menghancurkan engsel pintu yang jelas-jelas lebih kokoh daripada sendi-sendinya.
Masih berbalut singlet putihnya lengkap dengan celana boxer yang kusut, entah sudah berapa lama Teyung tidak mencucinya. Dia bilang sih, biasa anak lelaki, jorok sedikit tidak akan jadi masalah. Ya, mungkin saja itu ada benarnya bagi sebagian orang, tapi masalahnya Teyung ini joroknya melampaui batas negara hingg alam semesta. Tidak terukur.
Dengan mata sembab dan bibirnya yang tak berhenti bergumam kesal ia melangkah sampai depan pintu utama. Membukanya kasar.
"Ada apa?" mulutnya terbuka lebar tangannya mengacak rambut yang sudah acak sedang tangan satunya bersemayam di balik celana bagian belakangnya. Menggaruk-garuk bokongnya dan entah kenapa rasa gatal itu seolah menjalar ke bagian tubuh lainnya. Alhasil Teyung tak berhenti menggaruk-garuk tubuhnya.
"Aish, apa tidak bisa sesekali keluar dengan wajah yang segar dan wangi. Tidak kusut seperti itu," protes Sooya.
"Apa tidak bisa sesekali keluar dengan wajah segar dan wangi," menirukan kata-kata Sooya sambil mencembik lalu memutar bola matanya. "Apa tidak bisa kau tidak berteriak di depan rumahku setiap pagi?" lanjutnya terlihat lebih menantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling Defence [End]✔
RomanceSisi unik Teyung nyatanya mampu membius Sooya yang begitu rapat menutup pintu hatinya, hingga keduanya kini berada dalam sebuah romansa yang indah. Namun saat Jeon kembali hadir, luka lama Sooya seolah kembali menguar. Sebuah pertahanan rasa dari S...