🍁 17

314 54 3
                                    


Hai, aku kembali..  😊

Sampai disini masih ada yang belom follow? Yuk di follow dulu 😊 gratis kok.

Jangan lupa vote dan komen ya yorobun. Happy reading..  😉

Hmmm bahagia banget ye ini mereka berdua..  😘

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁


Kedua pupil bulat Sooya melirik tegang pada dua manusia yang kini tengah memancarkan sorot dingin penuh saing dari sepasang jelaga mereka. Teyung dan Yoona nyatanya tak berkutik sama sekali sejak beberapa menit yang lalu. Keduanya seolah tak ingin goyah pada pendirian yang sebelumnya mereka lontarkan di sesi perdebatan sebelumnya.

Sooya melirik keduanya secara bergantian. Diam-diam ia meremas jemarinya sendiri mencoba menyembunyikan rasa tak nyamannya. Di balik meja kafe nomor 12 itu kaki Sooya berusaha menyenggol kaki panjang Teyung yang duduk tepat di sampingnya. Seakan memberi komando untuk kekasihnya itu agar menyudahi sesi tatap-tatapannya dengan sang kakak.

Yoona itu cantik dan begitu elegan. Tapi saat tengah berseteru dengan Teyung seperti saat ini terlihat sangat menakutkan. Apa semua wanita ketika menginjak usia tiga puluhan lebih akan menjadi lebih garang? Pikiran Sooya jelas kemana-kemana terlebih Yoona itu jarang pula menyapanya seperti waktu dulu.

Akan tetapi jika boleh jujur Sooya begitu menyukai bawaan Yoona yang selalu mampu memikat namun tidak berlebih. Ia punya daya tarik tersendiri tanpa berbuat banyak pada penampilan maupun sikap yang dilebih-lebihkan. Semua tampak natural dan lihatlah, saat marah seperti ini Yoona bahkan tak menunjukkan sisi buruknya pada rupa cantik itu. Tapi sama saja, yang namanya sedang marah tetap saja menakutkan bagi Sooya. Tatap matanya benar-benar tajam mengarah pada Teyung.

"Berapa kali pun kau meminta, jawabanku tetap sama. Aku tidak akan menikah!"

Kalimat Yoona sukses membuat Sooya mengulum ludahnya sendiri begitu berat. Seberat rasa heran yang kini bertengger di kepalanya. Bagaimana bisa Yoona memiliki pikiran semacam itu. Sooya pikir semua wanita sudah pasti mempunyai impian tersendiri perihal pernikahan. Gaun pesta yang menjuntai, cincin berkilau yang memukau, tatanan rambut hingga polesan wajah yang begitu menawan. Tak ketinggalan dekorasi bak negeri dongeng atau yang benuansa bunga-bunga musim semi. Ya, setidaknya itulah yang Sooya pikirkan selama ini, terlepas dari siapa mempelai prianya.

Teyung menghembus napas kesal pada sang kakak. "Ayolah, kak! Kalau seperti ini terus aku juga tidak akan bisa menikah sampai kapanpun."

"Siapa bilang. Jika kau ingin menikah ya menikah saja. Tidak perlu menungguku lebih dulu," Yoona melipat tangannya bersamaan tubuh belakangnya yang bersandar pada sandaran kursi.

"Masalahnya ayah tidak akan mengijinkan hal itu terjadi. Lagi pula apa susahnya sih mencari kekasih lagi. Mau sampai kapan kakak terus sendiri seperti ini? Kakak itu cantik dan cerdas, tidak mungkin jika tidak ada yang mencoba mendekati."

Feeling Defence [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang