🍁08

495 93 20
                                    

Waw, up lagi gpp ya guys..  Semoga gak bosen bacanya.. 😁

Author tidak ada acara edit tulisan jadi harap maklum jika bnyak typo dan kata maupun kalimat yang sedikit kurang tepat penempatan maupun tatanan bahasany.

Pokoknya nulis — up gitu ajalah..  😅😅

Happy reading.. Moga syuka

Yuk di vote dulu saiang.. 😘

Hujan masih mengguyur cukup deras hingga saat Saena mengucap terima kasih pada Teyung setelah pria tersebut mengantarnya hingga teras rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan masih mengguyur cukup deras hingga saat Saena mengucap terima kasih pada Teyung setelah pria tersebut mengantarnya hingga teras rumah.

Dan saat Teyung kembali menuju mobilnya, dimana sang kekasih masih setia berada di sana. Masih setia pula dengan amarahnya yang belum mereda.

Baiklah, hanya tinggal mereka berdua saat ini di dalam mobil. Teyung harus memulai dengan hati-hati jika tidak ingin kekasihnya berubah menjadi singa bertanduk.

Perlahan namun pasti Teyung kembali melajukan mobilnya. Telunjuknya mengusap berulang kali bawah bibirnya. Mengira-ngira ucapan apa yang tepat untuk memulai sebuah percakapan tanpa membuat Sooya terganggu.

"Em, sayang!" berhati-hati sekali Teyung memanggil. Matanya melirik tipis memastikan ekspresi apa yang Sooya tunjukkan. Jelas bukan ekspresi menyenangkan seperti yang Teyung inginkan. "Kita cari makan dulu, ya?! Kau ingin makan apa?" Teyung tampak masih tetap berusaha menghangatkan suasana.

Bukannya mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tadi. Teyung justru dikejutkan oleh pertanyaan menohok yang Sooya lontarkan. "Jadi sudah berapa kali kau jalan dengan Saena tanpa sepengetahuanku?"

Teyung mengernyitkan keningnya. "A-apa? Apa maksudmu?"

"Saena bilang kalian sering keluar bersama. Dan jelas itu tanpa sepengetahuanku. Apa itu artinya kau bermain di belakangku?"

"Astaga! Sooya apa yang kau bicarakan? Aku sama sekali tidak pernah jalan dengan wanita manapun termasuk Saena," sangkal Teyung.

Sooya tidak percaya begitu saja. Hatinya sudah terlanjur kesal. "Sudahlah, Tey! Hentikan mobilnya! Aku mau turun disini saja!"

"Hei-hei! Apa-apaan kau ini. Ini masih hujan. Kau mau hujan-hujanan?!"

"Aku tidak peduli! Hentikan sekarang! Atau aku akan teriak minta tolong biar kau dikira penculik!" ancam Sooya sembari membuka kaca mobil. "Tolong! Tol—mphh."

Dengan cepat Teyung membungkap mulut Sooya dengan sebelah tangannya. "Hei, kau sudah gila, ya?! Iya-iya, ini aku akan berhenti. Tapi kau diam!" Dengan begitu Teyung menepikan mobilnya.

Dengan cepat Sooya membuka pintu mobil. Namun dengan cepat pula Teyung menariknya kembali hingga pintu itu kembali tertutup.

"Biarkan aku pergi!"

Feeling Defence [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang