🍁 10

483 77 13
                                    

Jangan lupa vote dan komennya.

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Dulu saat masih bersama Jeon, Sooya begitu terbuka dengan hubungan mereka. Tidak ada sedikitpun yang ditutupi dari keluarga masing-masing.

"Ini ada pepero untukmu, ibu," Jeon menyodorkan bingkisan berisikan beberapa kemasan biskuit berbalut berbagai topping tersebut pada ibu Sooya. Senyum yang tersungging di bibirnya memang menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun itu untuk menyukai seorang Jeon. Terlebih sikap ramah dan perhatiannya pada ibu Sooya yang tak pernah gagal menarik hati calon mertuanya itu. Bahkan Jeon sudah memanggil wanita paruh baya itu dengan sebutan 'ibu'.

"Ah, Jeon. Sebenarnya tidak perlu setiap hari kau membawa bingkisan untuk ibu. Kau datang kemari saja ibu sudah sangat senang," ujar nyonya Han yang begitu menyayangi kekasih dari putrinya tersebut.

Selalu seperti itu. Terlalu banyak Jeon memberikan perhatian pada Sooya pun keluarganya. Begitu besar pula pria tersebut memupuk sebuah harapan dimana ia benar-benar akan mempersunting gadis cantik itu. Namun semua berujung pada penghianatan. Merobohkan segala kepercayaan. Bukan hanya pada Sooya tapi ada keluarga Sooya. Itu yang lebih menyakitkan bagi Sooya. Keluarganya yang turut kecewa atas kesalahan yang Jeon perbuat.

Itulah kenapa Sooya tak ingin terlalu jauh membawa Teyung masuk ke dalam kehidupannya.

Hingga Teyung merasa bahwa Sooya seolah memberi benteng besar dalam hubungan mereka. Sooya yang tak memberi sebuah teori yang jelas atas semua ini agaknya cukup membuat Teyung harus lebih bersabar lagi menghadapi gadisnya itu.

Sedangkan di sisi lain Jeon masih gencar mencari sebuah bukti untuk membela dirinya sendiri. Ia masih meyakinin bahwa dirinya dijebak oleh Lalisa. Ia tidak yakin apakan jagoan kecil yang setiap hari memanggilnya dengan sebutan appa itu benar-benar darah dagingnya.

***

Langit cerah pagi itu membawa semangat tersendiri bagi Sooya. Bukan, bukan karena itu. Mungkin lebih tepatnya karena sang ibu kembali menyuruhnya untuk mengantar makanan ke tempat Teyung setelah sekian lama ia berhenti menjadi pengantar makan pribadi kekasihnya itu.

Jika dulu ia sempat terus menolak, berbeda dengan kali ini yang antusiasnya menggebu-gebu. "Tidak apa-apa, bu! Biar aku saja yang mengantar!" teriaknya saat sang ibu mengatakan bahwa dia akan menyuruh Soobin saja kalau Sooya keberatan.

Soobin yang tengah menyantap sarapannya pun mencembikkan bibirnya sembari menatap Sooya sinis. "Bilang saja ingin curi-curi kesempatan ketemu kak Teyung," ucap Soobin lirih saat Sooya duduk di sampingnya.

Mata Sooya menatap adiknya itu tajam. Kode agar berhati-hati takut ibu tahu. Lalu ia melempar tatapannya pada sang ibu, berjaga-jaga apa ibu mendengarnya atau tidak.

Feeling Defence [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang