Satu minggu waktu yang cukup untuk Jennie dan Taeyong berhoneymoon. Kini saatnya untuk mereka berdua kembali pada rutinitasnya yaitu bekerja.Jennie dan Taeyong berada pada perusahaan yang berbeda. Taeyong berada pada perusahaan interior sedangkan Jennie berada pada Fashion.
Taeyong menjadi sosok CEO yang populer setelah berhasil menjadikan perusahannya nomor 1 yang berpengaruh di Korea, dan bahkan kini perlahan menuju luar negeri.
Sedangkan untuk Jennie tak usah diragukan lagi, brand fashionnya sudah cukup dikenal dikalangan Korea bahkan ke manca negara.
"Aku nanti pulang malam. Ada meeting membahas acara fashion week di Paris" ucap Jennie pada Taeyong.
Kini mereka sedang berada didalam mobil menuju kantor milik Jennie. Taeyong memaksa untuk mengantarkan Jennie walaupun Jennie sebenarnya memiliki supur pribadi.
Taeyong berusaha menjadi suami yang baik untuk Jennie dengan mengantarnya ke kantor. Arah kantor Jennie dan Taeyong juga sejalan, jadi sudah sewajarnya Taeyong sekalian mengantarkan Jennie.
"Akan ku jemput saat pulang" ucap Taeyong diatas kemudinya. Sedangkan Jennie menatap sang suami heran. Dulu ketika masih berpacaran Taeyong tak seover seperti ini, bahkan Taeyong sering meninggalkan Jennie saat mereka sama-sama sudah selesai bekerja.
Taeyong dulu adalah tipe manusia yang bodo amat, atau mungkin bisa dikatakan tak peduli. Sering sekali Taeyong membiarkan Jennie untuk pulang sendirian walau tengah mengendarai mobil sendiri. Sekarang lihatlah bagaimana sifatnya bisa berubah 90 derajat dari sebelumnya, tentu membuat Jennie heran.
"Aku bisa pulang sendiri, kau tak perlu repot-repot. Aku sudah terbiasa tak kau jemput" ucap Jennie sedikit melirik sang suami.
"Yak aiist. Apa kau lupa, sekarang aku sudah menjadi suami Lee Jennie" ucap Taeyong melirik tajam pada istrinya. Sedangkan yang dilirik hanya fokus ke jalan.
"Jangan kau ubah namaku" ucap Jennie yang tiba-tiba ketus pada suaminya.
"Yak, kau itu istriku. Sudah sepantasnya kau mengikuti margaku" Taeyong mendesis kesal. Istrinya benar-benar selalu mengujinya. Tapi Taeyong tetap mencintai Jennie selamanya. Ingat selamanya.
"Seharusnya aku mencari suami dengan marga Kim seperti Jisoo unnie, agar namaku tak berubah" Taeyong yang mendengar hanya menganga tak percaya. Ini mereka sudah menikah kenapa Jennie seperti tertekan.
"Yak kau ini. Lantas kenapa kau menikah denganku?" Taeyong berucap kesal tanpa menoleh ke Jennie. Istrinya pagi-pagi sudah menguras kesabarannya.
"Karena saat itu hanya kau yang mengajakku menikah. Mungkin jika ada orang lain yang mengajakku menikah akan ku pertimbagkan lagi ajakanmu"
Ciiiiit
"Yak. Apa kau ingin aku mati" ucap Jennie terkejut lantaran Taeyong memberhentikan mobilnya secara tiba-tiba.
Taeyong tentu kesal mendengar ucapan istrinya itu yang sangat tak beraturan. Apakah Jennie benar-benar serius mengatakan itu. Jika iya lihat saja Taeyong pasti akan menghukummu Jennie.
"Ya aku ingin kau mati bersamamu, supaya kita abadi di sana" ucap Taeyong mendapat tatapan tajam dari Jennie. Ruapanya sang suami sudah terbawa emosi dengan ucapannya. Padahal sedari tadi Jennie hanya bercanda.
"Apa kau marah Lee Taeyong" ucap Jennie menggoda Taeyong. Sedangkan yang digoda ahanya menatap Jennie bingung.
Jennie terkekeh menatap Taeyong yang kebingungan. Kenapa mudah sekali memancing emosi suaminya seperti ini. Bahkan sedari tadi yang dikatakan Jennie hanya bercnadaan, tapi rupanya suaminya menanggapinya dengan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOLLOW THE FLOW
FanficThe most important thing in the world is family and love.