3| Worry

547 69 4
                                    

"Bagaimana? Kau suka makanannya?" Ucap Seokjin menatap Jisoo yang tengah menyantap makanannya.

Kini Jisoo dam Seokjin tengah berada di restoran yang baru saja buka. Awalnya Seokjin ragu membawa Jisoo ke restoran itu lantaran takut tidak cocok dengan selera Jisoo. Tapi Seokjin akhirnya memilih untuk tetap ke restoran itu, Seokjin berfikir mereka tak akan tahu sebelum mencoba.

"Not bad" ucap Jisoo selepas kunyahannya berakhir.

"Apa kau sering melewatkan jam makan siangmu sayang?" Tanya Seokjin menatap Jisoo serius. Seokjin ingin tahu apa jam makan istrinya itu teratur, lantaran Seokjin mengetahui bagaimana sibuknya Jisoo yang melebihi dirinya.

"Tidak sering, tapi pernah" ucap Jisoo menatap Seokjin sekilas kemudian kembali berkutat dengan makanannnya.

Jisoo berkata jujur pada Seokjin kali ini, memang beberapa hari ini Jisoo jarang untuk makan siang lantaran pekerjaannya yang masih menumpuk. Jisoo tahu itu tak baik untuk kondisinya, tapi semua pekerjaan itu harus cepat terselesaikan. Alhasil Jisoo mengabaikan kesehatannya.

"Kau harus memperhatikan kesehatanmu sayang. Aku tak mau kau jatuh sakit" ucap Seokjin menatap sendu instrinya itu. Bahkan sekarang wajah Jisoo terlihat sedikit pucat, itu semakin membuatnya khawatir.

"Tak usah berlebihan. Kau tenang saja aku akan baik-baik saja" ucap Jisoo membuyarkan tatapan sendu dari Seokjin. Istrinya ini memang benar-benar tak bisa diajak romantis sedikit saja.

"Tak bisakah kau menjawabnya dengan lembut. Aiist kau menghancurkan suasana yang telah ku buat" ucap Seokjin menggerutu kesal.  Padahal baru saja dia telah berhasil membuat suasana sedikit tenang, tapi seperkian detik hancur begitu saja.

"Makanya jangan berlebihan. Normal-normal saja" ucap Jisoo mengabiakn tatapan kesal suaminya itu.

"Kau ini tak bisa sekali saja diajak romantis" Seokjin masih kesal dengan Jisoo. Ikapan istirnya ini aan manis kepadanya. Ayolah Seokjin ingin seperti pasangan lainnya yang selalu bermesraan.

"Yak aku bukan ABG, jadi jangan kau iri seperti bangku sebelah" ucap Jisoo melirik bangku sebelah. Dimana disana seorang anak muda tengah bermesraan dengan bergandengan tangan. Memang terlihat romantis tapi terlalu kekanakan, menurut Jisoo.

"Ara-ara"

Mereka berdua kembali melanjutkan makannya, sampai semua pesanan mereka habis tanpa sisa. Tapi saat hendak berdiri tiba-tiba ponselnya bunyi dan tertera nama Jennie disana, tanpa berlama Jisoo langsung mengangkatnya.

"Anyeong, wae Jennie-ya?" ucap Jisoo menjawab panggilan itu.

"Unnie, cepat ke kampus Lisa dan juga Chaeng. Lisa hilang Unnie"  ucap Jennie di seberang sana.

"Yak! Apa maksudmu Jennie-ya?" Tanya Jisoo yang masih terkejut dengan perkataan Jennie. Sedangkan Seokjin hanya melihat Jisoo dengan wajah bingungnya.

"Nanti akan ku jelaskan. Palli ke kampus unnie"

"Nde aku akan kesana sekarang" ucap Jisoo mengakhiri panggilan itu.

"Wae?" Tanya Seokjin kebingungan pada Jisoo. Seokjin dapat melihat jelas wajah khawatir Jisoo.

"Akan kujelaskan dimobil. Sekarang kita harus ke kampus Lisa. Palli, dan jangan banyak tanya"

******

"Lisa-ya kau dimana, angkat telfonnya Lisa" ucap Rosè mendengus kesal. Kini Rosè yengah mengitari gedung kampusnya untuk mencari Lisa.

FOLLOW THE FLOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang