"The Dead Town? Buku apa nih?"
"Coba buka."
Sret.
Srak.
"Eh? Ada kertasnya?"
Hyunjin mengambil secarik kertas yang terjatuh dari dalam buku kemudian membukanya, "Ini petunjuk? Nih baca nih."
Teman-teman di sekitarnya sontak mendekat,
"Selamat, pintu utama akan dibuka.
Bertahanlah, kalian akan dapat sambutan meriah, hihi. Strip, your impostor?""Haha, hihi, dari kemaren ketawa mulu. Gila emang."
"Impostor apaan sih, emangnya game."
"Pintu utama? Maksudnya pintu depan?"
"Dibuka?! Berarti kita bener-bener bakal keluar kan?!"
"Tuh kan! Ini pasti prank escape room! Katanya bakal ada sambutan meriah, pasti ini dari tadi ada kamera tersembunyi!"
"Em, masa sih? Terus kalo ini prank escape room, kenapa ada pembunuhan beneran..?"
Pertanyaan Kim membuat semua terdiam, memikirkan jawaban untuk meyakinkan diri bahwa mereka benar-benar akan keluar dari sana.
"Mungkin pembunuhan itu emang bener adanya, terus pihak yang nyelenggarain ini cuman manfaatin situasi yang lagi panas aja. Biar acaranya laku." ucap Renjun memberikan jawaban yang masuk akal, membuat seluruh temannya mengiyakan.
"Hm, dasar, mencari kesempatan dalam kesempitan." bisik Eric dengan pelan, agar tidak terdengar kamera tersembunyi dan dirinya gagal tayang di televisi.
"Terus, tembok yang di pintu belakang?" lagi, satu pertanyaan lagi membuat mereka ragu.
"Properti doang kali, bisa dibongkar-pasang."
"Oh iya, tadi kita ga nyoba dorong sama sekali ya?"
"Kalo gitu, kita tinggal nunggu pintu depan dibuka doang kan?"
Klak.
Bunyi kunci pintu yang terbuka menjadi jawaban segar dari pertanyaan Seungmin yang baru saja mengudara.
"Pintunya dibuka!"
Tanpa pikir panjang, mereka langsung berlari menghampiri pintu depan perpustakaan yang berdiri menjulang setinggi tiga meter tersebut.
Pintu itu tersusun dari dua buah pintu kayu yang gagah, dengan knop berwarna keemasan menyesuaikan konsep Yunani Kuno yang diusung oleh perpustakaan Vivlío.
Bisa bayangkan bagaimana keadaan saat sepasang pintu itu mereka buka? Pasti akan ada beberapa confetti yang diluncurkan, kamera-kamera dengan lampu pencahayaan yang menyorot mereka, serta seseorang dengan setelan rapih yang menyodorkan mikrofon seraya bertanya 'bagaimana perasaannya?'.
Senyum cerah terukir di wajah masing-masing insan yang berdiri di sana, menghadapi fakta bahwa mereka akhirnya akan keluar dari perpustakaan besar tersebut.
"Kita buka?"
"Ya orang udah dibukain, dibuka lah." jawab Shotaro mendengar pertanyaan Shuhua yang sudah siap menggenggam kedua knop pintu.
Dan jawaban itu meyakinkan Shuhua untuk mendorong knop pintu ke bawah kemudian menariknya perlahan,
"Eh guys.." panggil Jina pelan, namun fokus sebagian besar teman-temannya terpusat pada pikiran bahwa mereka akan keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Among Us | 00 Line
Fanfiction❛❛Bertahanlah, kalian akan dapat sambutan meriah. ...Anggaplah mereka sebagai tantangan dalam permainan ini.❜❜ ©polcrfcx, 2021, revised edition