VIII · Chorís Diéxodo

152 43 7
                                    

Cklek.

"Eh? Beneran bisa kebuka pintunya." Eric mendorong pintu di hadapannya perlahan, memastikan tak ada sesuatu berbahaya yang menunggunya di dalam.

"Ih berasa lagi maling deh gue." Haechan menoleh berkali-kali mengamati sekitar,

"Kalo kita ketauan masuk begini bakal ditangkep ga?"

"Sepi gini, siapa juga yang mau kesini malem-malem." jawab Seungmin mendengar pertanyaan Gowon.

"Lagian si psikopat itu pasti udah ngerencanain semua ini. Pintu belakang ga dikunci juga pasti rencana dia."

"Berarti kita ngikutin rencana dia dong." Shotaro menyahuti ucapan Sunwoo di depannya,

"Kalo dipikir-pikir lagi, kita dateng kesini kok ga pake rencana ya?" lanjutnya membuat kekhawatiran membuncah kembali di antara mereka.

"Iya juga, apa kita balik aja?"

"Terus kita nyimak orang-orang disekitar kita pada mati gitu?"

"Udah ayo masuk dulu, diskusinya entar aja."

Cklek.

"Eh ngapain ditutup pintunya, gelap banget anjir!" Han Jisung yang sedari tadi diam mengikuti alur, angkat bicara ketika orang terakhir yang masuk menutup pintu rapat-rapat memblokir akses cahaya masuk sehingga mereka dikelilingi kegelapan sekarang.

"Cari lampu aja, saklarnya dimana sih?"

"Gatau bukan gue yang punya perpus."

"Tck." mendengar jawaban Haechan terhadap ucapannya, Chaeyeon mendecak kecil. Cowok itu sangat sulit diajak untuk serius.

"Cari dong!"

"Ga keliatan!"

"Diraba-raba aja temboknya!"

"Kalo pas lagi ngeraba-raba yang ke pegang malah setan gimana?"

"Sialan, ga usah nakut-nakutin dong!" Seungmin yang sedang berusaha meraba dinding langsung menarik tangannya kembali ketika mendengar ucapan Haechan.

"Kalian bodoh ya? Kan kita punya hape." ucap Aria yang masih menggenggam ponsel setelah tadi dirinya bertugas sebagai pembaca peta digital.

"Oh iya lupa!"

Berkas cahaya muncul dari semua ponsel, membuat Sunwoo mendecak, "Ya jangan pada nyalain semua dong, nanti baterenya abis barengan."

Mendengar ucapan lelaki Kim tersebut, semua remaja di sana sedikit ricuh menentukan ponsel siapa yang akan dipakai terlebih dahulu.

"Kok kita kayaknya jadi bodoh ya." ucap Jeno setelah mematikan lampu kilat pada ponselnya, memasukkan kembali benda tersebut ke saku jaket.

Sekarang seperempat dari mereka mempertahankan senter di ponsel mereka tetap menyala, cukup untuk menerangi keadaan sekitar.

"Kita? Lo aja kali." sahut Jaemin mendengar ucapan Jeno dengan ekspresi menyebalkan yang dibuat-buat.

"Jen, Jen. Banyak gituan ga sih di sini?"

"Lo ngapain nanya begituan sih?!"

"Lah gue nanya ke Jeno bukan ke lo." Eric menjulurkan lidahnya ke Aria yang menentang pertanyaannya,

"Shut up guys-"

Kratak.

Suara samar itu memotong ucapan Felix,

"Apaan itu?"

"Sst.."

"Ga tau, pokoknya jangan pada mencar dulu."

Among Us | 00 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang