VI · Apófasi

192 47 2
                                    

— Seminggu kemudian.

Papan pengumuman yang berdiri gagah di dekat pintu masuk SMA Uulhan itu kini dikelilingi siswa dengan raut wajah bermacam-macam.

Termasuk enam sekawan dari kelas 2-2 yang kini tengah memasang raut wajah datar. Sebagai satu-satunya kelas yang seluruh muridnya serempak mendapatkan pesan teror, mereka memiliki beban pikiran tersendiri ketika membaca satu persatu nama siswa dan siswi yang terbunuh dalam kasus keji ini.

"Sekolah kenapa sih? Masa setelah satu minggu kasus ini ga kelar-kelar, kita disuruh masuk terus?"

"Kasusnya juga udah sampe ke distrik sebelah tau. Jangan-jangan pihak sekolah sengaja nyuruh kita masuk buat mancing pembunuhnya."

"Oh yang empat mayat ditemuin di apartemen itu ya. Gila. Kejam banget. Kalo gitu bisa-bisa kita mati disini."

"Besok ngga usah masuk lah."

"Iya deh, banyak juga yang udah ga masuk."

"Hampir setengahnya malah."

Obrolan singkat itu membuat Jeno dan Hyunjin menoleh ke arah dua remaja lelaki yang tengah berjalan menjauh dari kerumunan, kemudian keduanya kembali menatapi papan pengumuman dengan tulisan hitam yang dicetak besar-besar.

Kami turut berduka cita atas kepergian para siswa dan siswi yang menjadi korban dari kasus pembunuhan berantai ini. Penghormatan terakhir kami berikan kepada :

Lee Chaeyoung
Lee Seoyeon
Lee Nakyung
Nancy Jewel Mcdonnie
Yoon Sanha
Liu Yangyang
Lee Daehwi
Han Mia
Heo Jiwon
Kim Lua

"Kelas yuk." suara Aria memecah keheningan di antara teman-temannya, namun hening itu kembali menyelimuti kala mereka mulai melangkah menuju kelas yang berada di lantai atas.

Drrt. Drrt. Tring. Triring.

"Hape siapa tuh?"

"Hape kita semua..." Jina menjawab pertanyaan Jisung yang berjalan di belakangnya dengan intonasi lemas, setelah berbelok di persimpangan koridor ia pun bergegas menggeser pintu kelas dan melangkah masuk.

"Ada sms lagi ya?"

"Iya."

"Ih bosen gue."

"Nih, karena gue baik, gue bacain."

Haechan menarik napas sejenak, "Kepada seluruh murid kelas 2-2 SMA Uulhan, selamat! Karena kalian mendapatkan kesempatan untuk bertemu langsung denganku, si Pembunuh Berantai!

Ayo bertemu, aku ingin melihat wajah-wajah manis kalian. Jika kalian menemuiku, aku akan berhenti membunuh orang-orang di kota ini. Hanya kalian yang bisa, ingat itu.

Kalau tidak mau, tak apa. Tapi aku akan terus membunuh. Dan akan semakin banyak korban yang berjatuhan, itu semua gara-gara kalian ya hihi.

📍Perpustakaan Vivlío

Temui aku saat malam."

"Udah tau kali."

"Ya siapa tau pada lupa."

Ya, sudah seminggu belakangan ini seluruh murid dari kelas 2-2 menerima beberapa pesan yang isinya sama saja setiap harinya. Dan pesan itu selalu hilang ketika mereka memiliki niat ingin melaporkannya kepada siapa pun, ponsel mereka akan langsung mati dan kembali hidup dengan keadaan pesan itu telah raib, seperti tak pernah terkirim.

Among Us | 00 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang