XIV · Leoforeío

104 27 0
                                    

"Eh sebentar." potong Hyunjin menghentikan langkahnya, membuat teman-temannya ikut berhenti.

"Kita mau jalan kaki ke sekolah gitu? Kan jauh?!" lanjutnya.

Semua sontak membulatkan mulut mendengar fakta yang baru saja diutarakan oleh Hyunjin.

"Terus, mau naik bus lagi?"

"Di sini emang ada bus...? Bisa-bisa busnya jalan sendiri terus kita dibawa ke jurang."

"Ah masa ga ada supir bus sih di sini? Setan yang nyetir tapi baik gapapa deh, gue bawa uang nih."

"Ga usah ngaco deh lo."

"Tapi itu di depan ada mobil tuh?"

"Duh plis deh ya, kita ini lagi ada di dunia terbengkalai. Liat aja tadi toserba gelap gulita, kulkasnya mati. Gue sih yakin tu mobil ga bisa dijalanin."

"Iya, lagian itu mobil kecil, masa iya muat bawa kita semua?" ucap Jeno menyambung ucapan adik kembarnya, memindahkan sebuah kantung plastik berisi penuh makanan dari tangan kanan ke tangan kirinya.

"Udah lah jalan aja, siapa tau ntar ada keajaiban tiba-tiba kita udah nyampe di sekolah gitu."

"Sangat, sangat, sangat tidak mungkin kawan."

"Eh tapi, kalo kita mau jalan sampe sana, emang inget jalannya? Ini kan kita di distrik seberang."

"Oh iya.. Lah kita ga bisa kemana-mana dong?!"

"Udah mana ga ada sinyal..."

"Di halte ada peta kan? Kita ke halte aja!" ucapan Jisung membuat semua menoleh,

"Itu peta halte bus dodol." dan Hyunjin di sampingnya merotasi bola mata seraya melipat lengan.

"Eh tapi bisa juga loh, seenggaknya kita tau harus jalan ke arah mana, dari pada ngegembel di sini ga kemana-mana."

Sunwoo menjentikkan jari mendengar ucapan Aria, "Kita ikutin arah peta halte busnya. Kita kan lagi di kota sebrang, pasti ada papan penunjuk arah ke distrik kita di jalan nanti."

"Tapi dari sini ke halte juga jauh."

"Kebanyakan ngeluh lo." sahut Jeno mendengar ucapan Hyunjin seraya meletakkan kantung makanannya di aspal dan berkacak pinggang, setelah beberapa kali memindahkannya dari tangan kanan ke tangan kiri dan sebaliknya.

"Kita lewat gang kecil aja."

"Lewat.. belakang perpustakaan?"

"Iya, pasti ada tembusan ke halte kan." ucap Jisung berbalik arah menuju gang kecil yang sebelumnya mereka lewati untuk sampai ke pintu belakang perpustakaan.

"Ih gila! Waktu kita berangkat aja di situ banyak yang nungguin. Apalagi pas kita lagi di dunia mereka coba?"

"Setannya jahat ga?" tanya Yeji santai mendengar pendapat Jina.

"...ngga sih, diem doang, tapi tetep aja setan."

"Gapapa udah, kita trobos aja sambil baca doa."

"Ngomongnya gitu, ntar kalo udah sampe sana juga gandeng-gandeng orang."

"Hehe, yang penting tuh niatnya."

"Udah lah ayo jalan, sekalian liat pintu belakang perpus beneran berubah jadi tembok atau ngga."

Tap.

Tap.

Tap.

"Menurut kalian, berubah jadi tembok? Atau ngga?" mengingat-ingat ucapan Sunwoo sebelum mereka mulai memasuki jalan sempit tersebut, Aria bertanya kepada teman-temannya.

Among Us | 00 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang