"Seoyeon! Bangun! Bangun Yeon...." tangis pilu keluar dari belah bibir seorang gadis yang tengah duduk bersimpuh di samping tubuh sahabatnya, yang terbujur kaku di dalam sebuah kantung. Ia meraung-raung memeluk jasad Seoyeon dengan air mata yang tak berhenti mengalir membasahi pipi, menolak mentah-mentah kenyataan pahit bahwa dirinya kehilangan sahabat, lagi.
"Nakyung... udah ya..."
"Lepas!" gadis yang dipanggil Nakyung itu menepis telapak tangan yang datang mengusap bahunya, menatap lamat-lamat orang di belakangnya dengan raut sedih bercampur marah.
"Ini semua tuh gara-gara lo, Nancy! Kalo aja lo ngga nyuruh Seoyeon ngambil bola, ngga akan kayak gini jadinya!"
"I-iya... salah gue.."
"Iya kan?! Harusnya lo aja yang ngambil bola! Harusnya lo yang mati!"
"Nakyung!" Jina menyebut nama Nakyung dengan satu sentakan, sungguh kalimat yang tidak baik untuk diucapkan, karena banyak yang bilang, ucapan itu doa.
"Nakyung, jangan gitu. Gue tau lo sedih, kita semua tau. Tapi jangan ngomong kayak gitu.." Aria ikut bersimpuh di sampingnya, mengusap pelan bahu gadis itu, berusaha menenangkan si anak kelas sebelah.
"Gue kehilangan dua sahabat gue Ri.. di hari yang sama! Lo ngga akan ngerti rasanya..."
"Iya gue ngga ngerti, tapi di sekitar lo masih banyak orang yang peduli sama lo. Sekali pun ngga ngerti, kita bakal nemenin lo ngelewatin ini semua."
Aura mencekam perlahan menghilang dari gudang, tergantikan dengan suasana duka yang begitu mendalam. Dengan tenggelamnya Nakyung dalam pelukan Aria, para polisi menutup kantung jenazah Seoyeon dan mengangkatnya ke atas tandu, membawanya ke dalam mobil jenazah.
"Han Jisung, Hwang Hyunjin, Lee Jeno, Lee Jina, Nancy Jewel McDonnie, Lee Nakyung. Ikut saya." satu kalimat dengan sederet nama siswa dan siswi itu merasuki gendang telinga setiap insan yang ada di sana.
Nakyung bangkit dari lantai, bersama anak-anak yang disebut namanya ia melangkah mengikuti jejak bapak detektif yang tadi pagi baru saja bertandang ke sekolah mereka.
Menyisakan beberapa guru yang melangkah di belakang, dan dua orang murid yang tidak disebut namanya.
"Terus kita gimana?" tanya Aria seraya menepuk-nepuk permukaan roknya yang baru saja bertemu sapa dengan lantai gudang.
"Terserah, mau pulang apa nungguin?" Sunwoo menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya dengan bertanya balik,
"Nungguin aja kali, ya?"
"Ya udah."
BRUK.
"Eh Nakyung?!"
***
"Makasih banyak ya Nak, udah anterin Nakyung ke rumah sakit."
"Iya Tante, sama-sama. Nakyung.. sedih banget."
"Iya. Nakyung tuh sering bawa Chaeyoung sama Seoyeon main ke rumah, mereka anak baik, sopan. Tante jadi ngga nyangka kalo mereka dapet kejadian kayak gini, orang tua mereka pasti sedih banget."
"Nakyung anak yang terbuka ya, Tante."
"Iya, dia kalo ada apa-apa selalu cerita sama Tante."
Aria membulatkan mulut seraya mengangguk, "Tapi maaf Tante, saya mau tanya. Nakyung belakangan ini ada cerita kalo dia punya masalah pertemanan ngga?"
![](https://img.wattpad.com/cover/241983906-288-k540366.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Among Us | 00 Line
Hayran Kurgu❛❛Bertahanlah, kalian akan dapat sambutan meriah. ...Anggaplah mereka sebagai tantangan dalam permainan ini.❜❜ ©polcrfcx, 2021, revised edition