XIX · ParanoÏkós

136 19 3
                                    

"Lia?"

"AAAK!"

Yeji tersentak saat Lia berteriak histeris kala ia mendaratkan jemarinya di bahu gadis itu, "Lo kenapa?"

"Ih... gue kaget." jawabnya seraya mengerucutkan bibir berbalik menghadap Yeji.

"Lagian lo ngapain berdiri di sini kayak orang ngintip gitu?"

Lia membulat ketika pertanyaan Yeji berdengung di telinganya, ia mengingat-ingat kalimat yang dilontarkan teman-temannya yang tengah berjaga di depan, kalimat yang terdengar mencurigakan karena mereka tak ingin yang lainnya tahu.

Bagaimana ini, apakah Lia harus memberi tahu Yeji? Apakah Yeji akan percaya padanya?

Ia tahu betul Yeji bukan sosok yang mudah terhasut, gadis itu akan mencari kebenaran terlebih dahulu untuk membuktikannya.

Tapi apakah Lia harus diam saja ketika dialog-dialog itu terus terngiang di kepalanya?

"Itu, emh... gue tadi denger mereka ngobrol."

"Mereka?"

"Iya, yang jaga, kayaknya mereka di teras deh."

"Terus?"

"Tadi mereka bilang-"

"Kalian kenapa teriak-teriak?"

Lia berjengit terkejut mendengar suara Sunwoo di belakangnya, beruntung ia tak berteriak lagi.

"Ini si Lia, gue panggil doang eh kaget." jelas Yeji menjawab pertanyaan Sunwoo, membuat cowok itu mengangkat alis membulatkan mulut.

"Laper ga? Yang lain lagi pada masak mie, lo mau?"

"Boleh." jawab Yeji singkat, kemudian mengikuti jejak Sunwoo ke halaman depan kecil rumah Renjun seraya menarik lengan Lia untuk ikut bersamanya.

"Hai Yeji! Sini makan!" sapa Aria dengan nada ceria dengan mangkuk mie instan di tangannya, membuat Yeji mengangguk seraya tersenyum kecil.

Asap tipis yang membumbung mengisi udara mengalihkan atensi Yeji, gadis itu mengernyit melihat kaki-kaki meja kayu yang mereka bawa dari perpustakaan Vivlío dibakar untuk memasak mie instan, "Kok kayunya dibakarin sih? Itu kan senjata kita?"

"Ga semuanya kok, dikit doang ini." jawab santai Eric mendongak hanya untuk melihat sekilas ekspresi penuh tanya di wajah Yeji.

"Lo ga laper? Tuh makan." ucap Jeno menunjuk sebuah wadah penuh mie instan yang berada di atas meja di teras rumah Renjun.

Membuat Yeji mendekatinya, "Banyak banget, berapa bungkus ni anjir." ucapnya meraih sebuah mangkuk dan sendok.

"Ga tau, yang penting mateng aja." jawab asal Hyunjin yang masih sibuk memasukkan mie instan satu persatu ke dalam panci yang tengah dimasak. Satu wadah besar mie instan tentu saja tidak cukup untuk mengisi delapan belas perut yang saat ini mungkin sudah sangat lapar.

"Ini panci, baskom, mangkok, sendok dari mana?" tanya Yeji lagi seraya menyodorkan sebuah mangkuk dan sendok kepada Lia yang entah kenapa dari tadi bertingkah kaku dan diam saja.

"Dapur Renjun lah. Udah dicuci kok tenang aja."

"Cuci pake apa, emang ada air?" Yeji tak henti bertanya ketika mendengar ucapan Jisung. Jina yang sedang makan di samping Aria mengangkat sebotol air mineral, membuat Yeji terkejut lagi.

"Tapi itu kan air minum kita." ucapnya sedikit naik oktaf.

"Nanti juga bisa ke minimarket lagi, Ji. Di sana ada kan tuh? Tinggal nyolong." sahut Aria mengangkat jari telunjuk menunjuk asal merujuk pada minimarket yang terletak tidak jauh dari sekolah, berusaha menenangkan Yeji.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Among Us | 00 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang