Rey berpikir sejenak. Ia sepertinya harus menolak.“Emm... Gimana ya Mas, besok Malam Rey ada urusan.”
“Penting banget ya?”
“Lumayan.”
“Yaudah deh gapapa. Lain kali aja.”
“Gimana kalau Mas pergi sama Siska?”
“Mas itu ngajak kamu, bukan Siska.” Nada bicara Bagas berubah datar, dan sedikit kecewa. Rey bisa merasakan itu.
“Maaf Mas, Rey enggak maksud gitu."
“Gapapa. Yaudah Mas tutup ya, takut ganggu.”
“Enggak kok Mas, Mas... Halo? Yah Uda di matiin.”
Rey melihat bahwa panggilannya sudah berakhir. Ia merasa bersalah. Ini bukan kali pertama Rey menolak ajakannya. Bahkan dengan alasan yang sama pula. Bagas sang idola gadis-gadis. Laki-laki dingin dan cuek. Kutu buku yang candu pada senyum Rey.
******
Pagi-pagi sekali Bi Asih menaruh sebuah bingkisan di kamar Rey. Isinya Jam tangan Guess Collection berbahan kulit. Tapi ini milik laki-laki. Kenapa diberikan pada Rey? Ia kemudian pergi ke kamar Mami. Menanyakan soal Jam tangan di kamar nya.
“Mami... Ini punya siapa?” Rey menunjukkan paperbag tadi.
“Oh, itu untuk Bagas.”
“Kok ada di kamar Rey ?”
“Supaya kamu yang kasih ke dia. Kan hari ini dia ulangtahun.”
“Mami tau Mas Bagas Ulangtahun?”
“Mami bukan Cuma tau, tapi inget. Jaraknya Cuma empat hari kan dari ulangtahun Papi.”
Rey menekan wajahnya. Ia jadi semakin sulit. Sudah bilang pada Siska kalau dia tidak suka. Tapi kalau sampe kasih jam tangan begini, di sebut apa?
Rey pergi dengan terburu-buru. Sengaja lebih cepat agar tidak bertemu Siska. Sesampainya di rumah sakit, Rey membawa paperbag itu. Ia kemudian bergegas ke atas. Ia yakin sekali Bagas sudah ada di sana.
“Mas.” Rey memanggilnya saat melihat Bagas berjalan di koridor lantai tiga.
Bagas membalikkan tubuh. Ia lihat kembali senyum gadis itu merekah. Lesung pipinya tampak meski tidak begitu jelas.
“Rey? Ada apa?”
Rey kemudian berjalan mendekat. Pelan-pelan dan sedikit gugup. Bukan perasaan berdebar. Tapi ia masih tidak enak mengingat hal kemarin malam.
"Happy Birthday Mas. Maaf ya soal tadi malam." Tangannya mendekatkan bingkisan itu pada Bagas yang masih termangu. Ia terdiam sesaat, memandang Rey dengan wajah penuh tanda tanya. Ada rasa senang, tapi juga bingung. Sebenarnya Rey peduli atau tidak?
“Kamu inget?”
Rey hanya mengangguk. Bagas kemudian menerima bingkisan itu. Wajahnya kini lebih sumringah.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Rey (The Letter Of Love)
RomanceReyna Diandra Malik, Dokter cantik dan ramah. Putri seorang pemilik korporasi sekaligus konglomerat Ibukota. Jatuh cinta pada Reyhan Tirta Mudi, lelaki tampan yang sedang berkutat dengan masalah keluarga. Cinta mereka berhadapan dengan penolakan hin...