Dilema

30 8 10
                                    

Hai semuanya😍 selamat membaca update hari ini ya. Semoga kalian suka🤗

"Happy Birtday Pi." Kata Rey sambil mencium pipi ayahnya itu.

"Iya makasih sayang... Mana nih kado nya?"

"Itu, udah Rey taruh." Rey menunjuk kotak ukuran sedang yang di balut dengan kertas berwarna biru langit dengan motif Glitter.

"Bukan itu maksud Papi." Kata Pak Rahman berbisik.

"Terus apa?"

"Kamu nikah, itu kado paling indah buat Papi."

******

"Saya sudah cek laporan kesehatan Airin, Alhamdulillah sudah berangsur membaik. Mungkin besok sudah boleh pulang." Kata Rey kepada Ibu seorang pasien. Suaranya lembut, Rey memang terkenal gadis yang ramah.

"Iya Dok, terimakasih sudah kontrol Airin terus. Perhatian juga sama dia. Saya dan suami agak sibuk, sampai susah kalau sering bolak-balik kantor dan rumah sakit."

"Tapi lain kali, Ibu harus lebih care lagi sama dia. Kasihan di umur segitu kalau sampai kurang kasih sayang dan perhatian."

"Baik Dok."

Rey kemudian beralih memperhatikan sobat kecil itu. Asik dengan boneka Barbie yang ia belikan. Bocah tujuh tahun yang aktif, cantik dan juga periang. Rey jadi teringat dirinya semasa kecil.

"Bu dokter gak di ajak main nih?" Rey bermaksud menyindir anak itu.

"Boneka nya cuma satu, Airin gak bisa lah ngajakin Bu Dokter main boneka juga." Kata nya polos

"Iya gak papa, yang penting Airin cepat sembuh. Supaya bisa sekolah lagi. Ketemu teman-teman. Atau nanti kita main terus jalan-jalan, gimana?"

"Mau!!" Anak itu begitu excited.

"Tos dulu."

"Tosss."

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Ternyata Itu Siska.

"Rey... Makan yuk. Udah mau istirahat."

"Oke bentar lagi ya."

"Eh iya Gue mau cerita." Siska ngebet menarik tangan Rey.

"Cerita apa?"

"Soal my crush." Siska berteriak kecil sambil kegirangan.

"Mas Bagas?"

"Shutt, jangan kuat-kuat."

"Yaudah bentar... Sus?" Rey kemudian beralih pas suster yang masih sibuk memberi obat pada Airin.

"Saya tinggal dulu bisa ya? Mungkin sebentar lagi baby sitter Airin datang."

"Baik Dok."

Rey dan Siska berjalan beriringan. Kemudian memesan makan siang.

"Sekarang ceritain." Kata Rey memaksa.

"Tapi sebelumnya gue mau nanya."

"Boleh."

"Lo suka gak sama Mas Bagas?"

"Sejujurnya enggak."

"Tapi?"

"Ya enggak ada tapinya. Gitu aja."

"Tapi kok kalian kayanya dekat?"

"Orangtua kita selalu berusaha jodohin. Aku sama Mas Bagas enggak pernah anggap serius."

"Waduh... Orangtua udah setuju gitu mah susah. Dan gue malah takut dia serius ke Lo." Kata Siska serba salah.

Rey terdiam sesaat. Tidak tau harus bilang apa.

"Apa gue coba deketin aja kali ya?"

"Bisa aja. Cuma Mas Bagas orangnya agak cuek. Jadi deketinnya harus sabar."

"Lo punya cara gak?"

Rey menggeleng. Ia mulai melahap makanannya.

"Lo kok gitu sih? Gak pengen apa temennya seneng?"

"Aku bukan gak mau bantuin. Cuma takut aja apa yang aku bilang enggak cocok di kamu."

"Huft." Siska membuang nafas panjang. 

Rey merasa tidak enak. Ia kemudian memutar otak mencari solusi.

"Oh ya, besok Mas Bagas ulangtahun. Kamu bisa tuh cariin dia kado."

"Hah serius Lo?"

"Iya serius."

"Tapi kasih kado apa?"

"Kasih dia Buku. Dia suka baca."

"Buku apa?"

"Yang berbau medis."

"Contohnya?" Siska lagi-lagi bertanya dengan bersemangat.

"Aduh aku juga gak punya referensi soal itu."

"Oke deh nanti aku searching aja." Siska tersenyum simpul. Sedang Rey menjadi heran di buatnya.

*****

Rey baru selesai bersih-bersih. Ia rebahkan tubuhnya di kasur super empuk. Kamarnya begitu luas dan menarik. Di hias sebagaimana ia suka.
Tiba-tiba Ponsel Rey berdering. Dari Bagas ternyata.

"Halo, Rey lagi sibuk gak?"

"Enggak nih. Lagi rebahan aja, kenapa?"

"Cuma mau ngobrol aja sih."

"Oh gitu."

Tiba-tiba muncul rasa tidak enak. Kalo Siska tau, di pasti cemburu.

"Rey?"

"Iya Mas?"

"Kok diam aja?"

"Emangnya tadi Mas ngomong apa?"

"Tuh kan gak nyimak."

"Maaf, tadi aku sedikit ngelamun."

"Tadi Mas nanya, besok malam kamu ada acara gak?"

"Oh, memangnya ada apa Mas?"

"Mau ngajak Candle Light Dinner. Rey bisa?"

******

Good Night Readers setia 😍 tunggu terus ya kelanjutannya

To Rey (The Letter Of Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang