Menduga-duga

26 8 2
                                    


Pukul enam sore, Han sampai di Rumah Sakit. Wajahnya sumringah menunggu turunnya sang pujaan hati. Tapi setengah jam berlalu, Rey tak kunjung turun. Nomornya juga tidak aktif. Han mulai resah menunggu.  Bukan karena semut merah, tapi karena perutnya sudah lapar. Ia ingin mengajak Rey makan malam. Walaupun sekedar makan pinggir jalan.

Tiba-tiba seorang suster lewat. Wajahnya tidak asing. Orang yang selalu menjadi sumber informasi mengenai Rey.

"Suster!" Teriak Han sambil mendekatinya. Suster itu kemudian berbalik.

"Eh Mas ganteng, Ada apa?"

"Ye.. masih lebih muda saya kali, masa di panggil Mas.

"Ahh kan biar gampang aja."

"Iya deh, Reyna mana?"

"Udah balik, malah dari satu jam yang lalu."

"Hah?! Serius?"

"Iya serius."

"Sama siapa?"

"Sama Dokter Bagas."

"Dokter yang selalu ngintilin Rey?

"Ngintilin?"

"Iya maksudnya yang sering bareng Dokter Reyna."

"Oh iya betul, yang muka nya Blasteran itu."

"Makasih Sus."

"Sama-sama."

Han terdiam. Terpaku sesaat. Yang di tunggu ternyata tak ada di sana. Sudah pergi, dengan saingannya pula. 

"Akhhh! Bego!" Han mengutuk dirinya sendiri. Kalah cepat dengan Bagas. Kemudian menendang motor matic miliknya. Jatuh, langsung lecet. Beberapa orang yang melihat berbisik tentangnya sambil tersenyum. Mungkin mereka berpikir kalau dia sudah gila.

"Apa lihat-lihat?!" Han membentak beberapa orang yang melihat aneh ke arahnya.

Han kini beralih pada sepeda motor yang jatuh beserta helm Ltd putih.

"Butut banget ya sampe di tendang dikit doang langsung mogok." Gerutu Han sambil mendorongnya menuju bengkel. Beruntung jaraknya tidak jauh.

"Bang... Mogok nih."

******

Rey merogoh tas kecil berwarna Coklat muda. Kemudian, Yess dapat! Kata Rey saat tangannya meraih ponsel. Wajahnya bersemangat ingin menelpon Han. Rey berusaha menekan tombol power, tapi ternyata lowbat. Pagi tadi tidak di charger.

"Yahh...Kok Lowbat sih?."
Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.

"Hai!" Kata Bagas sambil tersenyum.

"Oh hai? Mas Bagas, ada apa?" Rey sedikit terkejut dan celingak-celinguk. Jaga-jaga kalau tiba-tiba ada Siska.

"Pulang yuk. Tadi mama kamu nyuruh kita pulangnya bareng terus langsung ke Pesta Mbak Chaca."

"Ya ampun!!" Rey terkejut. Ia bahkan lupa kalau hari ini harus pulang dengan Bagas. Mana belum sempat ngabarin Han lagi. Dia juga tidak ingat nomornya.

"Kenapa?" Tanya Bagas saat melihat reaksi Reyna.

"Gapapa Mas."

To Rey (The Letter Of Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang