Tarik ulur pt. 04

510 86 3
                                    

"Papa mana sih?!"

"sabar, lagi ngisi token listrik"

"Jen jangan klimis-klimis, ntar dikira lo yang mau ngelamar!"

"itu sepatu punya gue cok!"

"Bang! baju gue basah kan ah!"

"HEH BABI!"

krik

"k-kasar n-nih si Mama, y-ya ngga Jen?"

"k-kasar banget dih, d-di depan anak masa gitu"

Jaehyun dan Jeno saling menyenggol siku, melihat Jessica takut-takut yang tengah duduk di sofa ruang tamu sambil memijit pelipis pelan. Sudah pusing karena keinginan Jaehyun, ditambah minggu pagi yang seharusnya cerah menjadi runyam karena dua kakak beradik yang akhlaknya perlu diperbaharui.

"duduk kalian", titah Jessica menunjuk sofa panjang di depannya.

Jaehyun dan Jeno mengangguk patuh, duduk diam seperti sedang disidak guru BK. Ditambah mereka menggunakan batik, seolah mendukung suasana saat ini.

Sedang si kepala keluarga menunjukkan diri sambil membawa kertas berisi token listrik, "ayo berangkat"

Tak ada yang menjawab, Jessica sibuk merapikan dress batik yang ia pakai. Jaehyun dan Jeno menunduk sesekali menatap Papa mereka dengan tatapan meminta pertolongan. Donghae menaruh kertas yang ia bawa di dalam saku, lalu mendudukkan diri di samping Jessica. Dirinya cukup percaya diri dengan batik coklat muda dan celana kantor, berwibawa.

"diem-diem bae?", Donghae memecah keheningan, menatap istri dan kedua anaknya secara bergantian.

"ayo", lanjutnya lagi.

"Jae? Mama mau kroscek dulu, kita mau minta anak orang loh ini", Jessica masih ragu-ragu akan keputusan Jaehyun menimang Rose. Bukan, bukan karena Rose, tapi karena Jessica masih tak tahu apa yang membuat anaknya begitu ingin menikah. Jessica takut kalau keinginan Jaehyun adalah lalu-lalang semata.

Jaehyun perlahan menatap kedua orangtuanya, "percaya sama Jaehyun"

Jessica tersenyum tipis, anak sulungnya sudah dewasa. Mengingat putra yang dulu sering mengompolinya sudah bisa menaruh hati pada perempuan selain Mamanya sendiri, agak menyakitkan namun juga mengharukan di waktu yang bersamaan. Ah, tapi bagaimanapun Jessica tetap takut.

"apapun keputusannya nanti, kamu harus bisa terima"

Jaehyun mengiyakan perkataan sang Mama. Seolah kembali pada kenyataan bahwa segala sesuatu tidak bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Donghae berdiri, lalu menarik tangan istrinya untuk ikut bangkit juga, "udah ah, keburu siang"

***

"ketok"

Jaehyun menatap Mamanya heran, "ngapain diketok? biasanya juga tinggal masuk", baru saja hendak menyentuh gagang pintu, tangan Jaehyun sudah lebih dulu ditabok oleh Jeno.

"pinter dikit kek, kesini mau ngelamar, bukan main gaple", ujar Jeno kesal, tapi Jaehyun membenarkan. Walaupun tanpa persiapan apa-apa, niatnya datang kesini adalah untuk meminta Rose, sebagai pendamping hidupnya.

Tarik ulur ; jaeroséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang