"kenapa nggak cerita?"
Johnny menatap kekasihnya heran, berhenti sejenak dari kegiatan menyusun laporan pertanggungjawaban acara organisasinya minggu lalu, "soal apa?"
Jennie memainkan sendok mcflurrynya secara acak, "soal Jae yang ngelamar Rose"
"lha itu sekarang tau"
Jennie mendengus, seharusnya Johnny menceritakan hal ini kepadanya. Bukan posesif atau ingin ikut campur, hanya saja ia merasa sudah menjadi bagian dari keluarga Johnny setahun belakangan. Perilaku laki-laki bernama belakang Santoro ini membuat Jennie merasa istimewa dan ingin masuk lebih dalam lagi.
"kemaren mau cerita, tapi lupa mulu. Toh kalo beneran jadi juga kamu diundang", lanjut Johnny tak ingin membuat kekasihnya berpikir macam-macam.
Jennie menimang-nimang, pejantan ini ada benarnya juga, "Jae berani banget, padahal tau sendiri Ayah sayang banget sama Rose. Kamu gimana pas pertama tau adik kamu dilamar orang?"
Johnny tampak berpikir, ia bahkan tidak pernah ambil pusing soal urusan Jaehyun dengan Rose, "ngga gimana-gimana, apa yang harus digimanain?", lalu selanjutnya terkekeh menyadari bahwa kalimat yang dilontarkan tidak efektif.
"ya seengganya kaget, ngga rela, atau apalah. Kan Rose anak gadis satu-satunya dikeluarga kamu", jelas Jennie masih semangat membahas kehidupan orang lain. Kadang Jennie bersyukur karena Johnny buka tipe laki-laki yang cuek, sehingga nyaman-nyaman saja untuk diajak bergosip.
"sejauh ini biasa aja, yang ngelamar rumahnya juga cuma lima langkah dari rumah", tanggap Johnny.
Jennie memasukkan sesendok mcflurry ke mulutnya, "bener juga, tadi yang kamu pesen cola atau kopi?", sambil melirik se-cup minuman di samping laptop Johnny.
Johnny tak menjawab, langsung kembali fokus pada pekerjaannya yang tadi tertunda. Ia tak mau mendapat omelan dari Jennie kalau ketahuan meminum kopi, ini masih pagi kawan-kawan.
Jennie yang melihat reaksi Johnny langsung medesis, "dasar"
***
Jaehyun memainkan pulpennya resah. Saat ini ia tengah terduduk di depan meja dosen yang menghubunginya kapan itu, saat kejadian menabrak Kuncoro. Laporan penelitian Jaehyun sedang diteliti, tampak si dosen memberikan beberapa coretan di atas kertas laporannya. Hal itu tentu membuat Jaehyun semakin panik, sudah praktek dua kali, ia tak mau jika harus menyusun ulang laporan juga.
"ini—", ucap Pak Dosen menggantung membuat Jaehyun menegakkan duduknya.
"kenapa Pak? ada yang perlu direvisi?", tanya Jaehyun tegang.
Si Dosen menggeleng pelan, "ini pidananya masih kurang tepat, tapi ditulis kaya gini sebenernya juga nggak papa sih"
Seketika jeratan kawat di paru-paru Jaehyun terlepas, ia bisa bernapas lega saat Pak Suho—nama dosen Jaehyun—menandai laporannya dengan nilai A. Ia merasa harus berterimakasih pada otak jenius turunan keluarganya, kecuali otak Jeno.
Pak Suho memasukkan kertas laporan Jaehyun ke dalam laci, "ini buat arsip saya, masih ada soft filenya kan?"
Jaehyun mengangguk semangat, "ada Pak, tenang"
Suho menyunggingkan senyum, senang memiliki mahasiswa seperti Jaehyun, "soal tawaran bapak gimana Jae?", tanya Suho mengenai pembahasannya dengan Jaehyun saat kemarin mereka bertemu, ingat bukan di hari Kuncoro celaka Jaehyun diminta untuk menemui Pak Suho?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarik ulur ; jaerosé
Fanfiction❝Ini kapan kawinnya? lama lama gue melar lo tarik ulur mulu❞- Jaehyun cc. august 2021 -ˏ͛⑅ #42 in Jaerose 290921