[20]. Biarkan Dia Tidur

478 121 4
                                    

~Fight

Perkelahian yang bagus itu seperti seperti sebuah permainan kecil, tetapi dimainkan dengan serius || Bruce Lee [1940-1973]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perkelahian yang bagus itu seperti seperti sebuah permainan kecil, tetapi dimainkan dengan serius || Bruce Lee [1940-1973]

Karena urusan ini hanyalah memanggil orang-orang bersangkutan di dalam latar belakang dan rumusan masalah, maka ruang tamu Pak RT cukup menerima variabel-variabel pendukung dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi itu. Jika saja menjalani mata kuliah metodologi penelitian semudah ini, maka Marhan akan membuat proposal penelitian dengan judul "UPAYA MENINGKATKAN KEBERANIAN BERSOSIALISASI KEPADA PAK RT GUNA MENGURANGI TRAGEDI SALAH PAHAM DENGAN JALAN NINJA COBAIN KUY!"

Sejatinya, Lukman bilang begitu pada Hendri yang nyaris menolak ikut ke rumah Pak RT. "Cobain kuy, Hen!" Ada lima kali kalimat itu bersua, namun tubuh Hendri tidak siap dihujam berjuta panah meski banyak prajurit kuat turut menemaninya. Lukman memang tidak bisa menjadi salah satunya, akan tetapi dia berharap kegiatan mereka lancar dan bisa mendapatkan kabar kemenangan yang mengharukan dari aksi menunggu di pelataran rumah Marhan sekarang.

"Lo udah sembuh?" Selain Marhan dan Lukman saja, ada si Surai Lembayung yang ikut juga. Sedari tadi kerjanya cuma memainkan ponsel dan jadi tukang dengar tebakan dua lelaki yang mengkhawatirkan sahabatnya. "Hoy." Kembali Marhan memanggilnya.

"Menurut lo aja gimana?" jawab Hoya ogah-ogahan.

"Ya itu lo enggak pengap apa pake masker mulu, ini minum. Gue Udah bikinin teh es juga bener-bener, enggak ada racun, atau lo lagi kepengen minum yang lain?" Marhan akhirnya duduk lebih dekat di sebelah gadis tersebut, sementara membiarkan Lukman merajalela guling-guling di keramik hijau yang dingin. "Kayak rame amat dah ponsel lo," kata Marhan lagi.

Hoya tidak berdalih, seakan juga tidak peka kalau keberadaan Marhan benar-benar ada di sebelahnya. Kecuali ketika gelas plastik warna biru tahu-tahu melayang di depan wajahnya, bahkan cairan di dalamnya sedikit terciprat ke bawah. "Gue belum pengen minum." Dia menerima gelas itu lalu meletakkannya ke sisi kiri supaya tidak dalam jangkauan Marhan lagi.

"Lo berdua lagi berantem atau apaan?" Lukman bertanya dalam awang kesadarannya yang sudah tinggal lima persen ke bawah. "Hoaammpphh, dingin amat suasanannya. Anget-anget ngapa," katanya seraya merubah posisi jadi tengkurap.

"Jangan tengkurap gitu," tegur Marhan.

"Bentar doang," sahutnya.

"Gak aman buat jantung lo." Marhan bergerak menggulingkan tubuh Lukman jadi telentang. "Man! Gila lo beratnya udah kayak babon aja," keluhnya.

"Kayak pernah ngangkat babon aja lo." Lukman sekarang terduduk dengan kedua matanya yang tertutup rapat. "Lo berdua beneran pacaran?" Kemudian dia tanya begitu, sambil pelan-pelan berbaring lagi tapi dalam posisi terlentang.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Lukman sampai beberapa menit berlalu, lagian Marhan tidak yakin kalau jawabannya akan masuk telinga kanan dan menyalurkan ke otaknya. Yang ada dalam kondisi kantuk Lukman begini, telinga kirinya akan membuka gerbang selebar mungkin sehingga omongannya bisa saja dilupakan ketika dia bangun nanti.

ZELOFOBIA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang