~Answer
Bukan Tuhan yang harus kau cari, tetapi jawaban, mengapa kau bodoh mencari yang sudah ada bersamamu || Qidi Baiq
✿
Ketika segala sesuatu yang ada di dapur sudah berada dalam kendali tangan Misha, maka sesuatu itu akan menjadi mahakarya yang akan diperebutkan oleh Konco Embrio. Tiga di antaranya sedang memperhatikan pergerakan gadis itu untuk memberi mereka makan, hanya di dalam kamar berdesain rustic dengan paduan keabu-abuan, mereka memaksa Misha untuk melaksanakan proses makan-makan di lantai dekat kasur tempat Hendri masih terbaring.
Kata Lukman, siapa tahu saat mencium bau-bau makanan yang dimasak gadisnya, nafsu makan Hendri akan mendorongnya bangun dan bersedia bincang-bincang sama mereka. Soalnya ini sudah jam delapan malam, dan sejak pagi tadi, Hendri enggan bangun kecuali untuk beribadah. Selain daripada itu, dia pasti kembali menyatu dengan tempat tidur Marhan dan lanjut berdiam diri sampai tertidur lagi.
"Enak! Tak pernah gagal kalo soal masak, mantap pokoknya." Lukman sudah memuji tiap suapan ayam gorengnya yang kini menjadi bagian kedua untuk dibantas. "Iya, 'kan? Apalagi osengan kacangnya, ini sih ...."
"Udah ih makan aja," sela Misha.
Ketiga pria di dekatnya senyap dan tidak melakukan dalih sedikit pun. Lagian mereka lupa buat briefing dulu sama gadis itu. Kalau tahu Misha tidak sepeka putri malu begini, pasti Lukman akan menjadi anak jalanan yang gabut dan menyentuhnya sampai ke ujung-ujung.
"Kok pada diam?" Tapi ketika suasana mendadak berubah, Misha sadar mereka ingin menjelaskan sesuatu padanya.
Lukman segera menunjuk ke arah pembaringan Hendri dan memaknai pergerakkan tangannya dengan : ini supaya dia mau makan juga, hingga gadis itu agak tercengang dan mengangguk-angguk. "Aku gorengin tempe juga, kalau Hendri gak bangun, kalian habiskan. Soalnya kalo dingin kurang enak," katanya.
Telihat sedikit pergerakkan dari kaki kanan pria yang terbalut selimut warna hitam bergaris-garis pitih, semua menilisik ke situ, tapi sepertinya dia hanya merubah posisi saja. "Gue ambil dua." Dedi bicara.
"Gue juga dua," lanjut Marhan.
"Okeh, berarti gue empa ...."
"Dua!" Gertakan itu mengagetkan semuanya. Mulai dari sendok Marhan melayang ke belakang, Lukman hampir menjatuhkan piring yang disangga oleh telapak kirinya, sampai dengan Dedi yang tersedak daging ayam hingga disodorkan gelas oleh Misha. Sementara yang barusan teriak sudah duduk manis di sebelah Dedi dan menenteng piring dengan isian tempe yang masih lengkap di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELOFOBIA✓
Teen Fiction[R E - P U B L I S H | ft. Mark Lee] Fobia terhadap rasa cemburu. ❝Ada satu kalimat tantangan berinisial kata romansa yang berujung nestapa.❞ ©tata2021