~Dr
Ucapan sahabat yang jujur lebih besar harganya daripada harta benda yang diwarisi nenek moyang || Ali bin Abi Thalib [599-661]
✿
Adalah musuh bertameng kardus di saat Hoya wajib turun berperang meski menggunakan Pedang Katana sekali pun. Padahal dia sangat bangga dengan modal itu, tapi tidak cukup bersemangat untuk kondisi tubuh yang kualitas kesehatannya semenjengkelkan buah kelapa yang masih di pohonnya.
Baru saja dia makan gorengan yang mengandung zat udang karena diproses dalam satu wajan yang sama, Hoya harus merasakan penderitaan sulit bernapas dan ruam selama satu minggu lebih. Tidak dengan udang, sekali lagi, itu hanya minyak goreng sehabis menggoreng makanan laut tersebut.
Bahkan si Gadis Surai Lembayung sudah mulai muak dengan warna cat rumah sakit, bosan dengan makanan yang hambar, dan juga berisiknya pasien-pasien lain yang ada di bangsal umum untuk tiga orang pasien di situ. Hoya benar-benar ingin pulang, namun biring guam yang menempeli kulit putihnya masih saja tampak meradang di bagian lehernya.
Kemakan apa sih? Perasaan yang dimakan cuma makanan rumah sakit. Dia tidak memastikan kalau ini adalah keluhan yang terakhir, soalnya lima menit yang lalu, Hoya juga baru saja mengarahkan bidikan kamera ponselnya ke bagian leher yang terasa gatal. Dan ini merupakan penilaian yang kepuluhan kalinya untuk menghadapi layar yang sedang diacunya. Gila sih, alergi apalagi emang? Dia semakin bertanya-tanya.
"Hoya?" Tirai coklat yang mengelilingi kasurnya ditembus oleh seseorang yang juga sering main ke sini, dan Hoya agak terkejut karena dia datang ketika hari sudah malam. "Belum pulang? Kenapa gak kasih tau kalo kamu masih di sini?" Misha duduk pada satu kursi khusus yang disediakan dekat kasur tersebut, lalu dia memegang tangan Hoya yang terasa hangat.
"Kenapa Misha di sini?" Hoya tanya seraya melirik kresek hitam yang diletakkan Misha di atas nakas. "Bawa ape tuh? Hehe," rayunya.
Wajah Misha terdatar untuk menanggapinya, dia menghela sebentar, lalu memeriksa bagian tubuh Hoya yang tidak tertutupi kain seperti di area wajah dan leher. "Meradang lagi? Kenapa gak pakai salep?" tanyanya.
"Gue gak bisa cium bau salep apa pun," jawab Hoya, "Ya, paling bentar lagi sembuh. Misha ngapain harus ke sini sih? Kan gue gak sakit-sakit banget."
Misha mengangguk dan melepas tautan mereka. "Dedi sakit, jadi kami semua ada di sini," katanya.
"Eum? Sakit apa?"
"Sakit hati karena Rasya."
"Lah? Ppfftt! Apa-apaan!"
"Dia hampir mati, malah diketawain."
"Eh, duh! Gak gitu. Cuman ya ... agak gimana aja gitu ...."
Mereka terdiam sejenak tanpa pandang-pandangan, di situ Hoya lihat raut Misha yang dingin selain reaksi dari genggaman mereka sebelumnya. Ada yang aneh dengan gadis ini, dia terlihat marah. "Misha kenapa?" Makanya Hoya tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELOFOBIA✓
Teen Fiction[R E - P U B L I S H | ft. Mark Lee] Fobia terhadap rasa cemburu. ❝Ada satu kalimat tantangan berinisial kata romansa yang berujung nestapa.❞ ©tata2021