[4]. Simulasi Sakit Hati

578 136 4
                                    

~Simulation

"Orang yang kuat bukan mereka yang selalu menang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Orang yang kuat bukan mereka yang selalu menang. Melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh." -Khalil Gibran [1883-1931]

Ruang terbuka itu dicat serba putih, hanya seperempatnya saja yang punya tembok pembatas, sedangkan sisanya menjadi area terbuka dengan tiang pancang yang kokoh di tiap celahnya. Marhan akan selalu memilih Sarimi Isi 2 ketika berkunjung ke sini, sama seperti pertama kali dia melihat pegawai kantin serabutan yang menjaga salah satu bidang jagaannya.

"Mie terus." Itu yang ditegur oleh gadis penjaga salah satu warung kantin saat lihat kode Marhan menganggukkan kepala. "Kamu ke sini cuma buat makan mie?" tanyanya lagi.

Marhan mengiyakan. "Gue ke sini juga tak tiap hari, Mir. Jadi makan mie pas ke sini doang, suer deh," ujarnya.

Ingat perempuan yang kemarin Hendri bawa? Dialah Miranda. Seseorang yang Marhan kenal sebagai tempatnya memesan mie kalau ke kantin Fakultas Kedokteran. Makanya kemarin saat melihat keberadaan Miranda, Marhan tak habis pikir kenapa bisa gadis itu mau-maunya diseret oleh Hendri dalam permainan mereka.

"Teh es?" Pertanyaan itu membuat Marhan mengangguk, lalu mereka tidak dalam satu komunikasi lagi karena Miranda fokus membuatkan pesanan, sedangkan Marhan bergerak ke salah satu meja makan yang masih kosong di dekat situ

Kalau dibilang salah pilih tempat, katakan memang Marhan lagi bodoh-bodohnya sekarang ini. Sudah tahu lagi hujan, tahu juga dingin dan bertempias, lantas dia memilih ke dekat area terbuka yang dindingnya cuma setinggi bahunya. Setelah itu dia melamun, dalam posisi tangan terlipat di depan perut, lalu mata fokus pada semut yang berjajar di dinding dekatnya.

"Kalo bisa, lo semua bawa cewek. Jadi, pas gue nembak Misha, dia bakal terima gue. Lo semua 'kan tau kalo Misha tuh melihat kita secara horizontal dan vertikalnya di sudut yang merata. Bisa ya, sekali aja, habis itu mau lo apain juga ceweknya terserah."

Urat kepala Marhan terasa menjepit, dia mengerutkan kening dan menutup mata sampai tertunduk. Rasa agak sakit, namun itu bukan apa-apanya ketimbang suasana bersepah di dalam hatinya sana. Kalau dipikir, sakit kepala bisa diatasi dengan Fresh Care atau obat Paracetamol, tapi sakit hati, mau dia mendatangi dokter spesialis penyakit dalam pun tidak mungkin bisa disembuhkan.

Sebenarnya yang terjadi, rasa sakit di antara dua objek itu dihasilkan oleh alasan yang berbeda. Pertama, kepalanya sakit untuk menyetujui ide Lukman yang terbilang lebih sulit daripada memasang alat kateter pada manusia. Dia saja lupa wajah gadis yang diseretnya beberapa hari lalu, jadi pilihan yang harus dia pertimbangkan adalah, mencari gadis itu atau mencari yang baru?

Kedua, hatinya sakit kalau harus merelakan Misha secepat ini. Apa dia yang salah karena jatuh begitu dalam? Munafik tampaknya kalau Marhan harus bodo amat dengan semua yang terjadi, sebab hubungan sosialnya sangat sempit dan merekat kuat kalau dihadapi dengan cuma-cuma.

ZELOFOBIA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang