~Selfish
Orang egois tidak mampu mencintai orang lain, mereka juga tidak mampu mencintai diri mereka sendiri || Erich Fromm
✿
Lukman punya kesediaan yang tulus buat selalu ada di samping Misha, meski pria tersebut merasa kalau kesediaan Misha hanya harapan tabu yang diiyakan oleh hatinya. Bahkan tidak ada kehangatan yang membahagiakan di antara mereka, seakan semua terjadi seperti air yang pasrah terjun kalau ada turunan. Begitu juga dengan momen singkat ketika mereka jalan bersama dari satu rumah ke rumah yang lain, sangat kaku, meski Lukman bicara hal-hal seru yang direspon tawa manis dari kebiasaan gadisnya.
Namun semua kekakuan itu benar-benar menjadi rasa canggung akut ketika Misha bilang, "Nanti kita berdua ngomong ya, ada yang mau Misha tanya-tanya."
Lukman sempat menatap matanya yang punya makna tegas malam ini, tapi dia tidak mampu menyahut dengan sepatah kata pun. Makanya saat itu, kepalanya mengangguk sebelum memberi arahan pada Misha untuk segera masuk. Perpisahan mereka sangat menambahi pikiran, bahkan meski Lukman masuk ke kamar tempat teman-temannya berkumpul, dia sangat merasa hampa.
"Eh, ada yang lihat ponsel gue?" Pertanyaan Marhan pun tidak masuk ke telinga Lukman, jadi yang terlihat berpikir dan juga bergerak adalah dua temannya.
"Lo taruh di mana?" Hendri tanya.
"Ya kalo gue tau mana mungkin gue tanya," sahut Marhan.
"Tadi pas keluar ngambil-ngambil piring lo bawa," ujar Dedi.
Segera Marhan keluar sementara yang lain keliling-keliling dulu di dalam kamar tersebut. "Eh, Man. Ada lihat tak?" Hendri tanya pada yang sedang duduk di dekat pintu. "Lo kenapa, Bro?" Kemudian dia berjongkok dan dan memegang bahu Lukman.
"Apaan yang hilang?" Tidak ada jawaban terkait rasa penasaran Hendri, dia tiba-tiba bangkit.
"Ponsel Marhan," jawab Hendri.
"Oke." Dia keluar dengan raut yang memang sangat berbeda setelah datang kemari, tapi demi sesuatu yang Marhan rasa, malam itu mereka kerahkan tenaga untuk mencarinya.
Ditelpon aktif.
Dilacak tidak bisa karena GPS-nya diakui bermasalah. Biasalah ponsel kentang.
Maknanya bisa saja masih ada di rumah ini, mereka hanya perlu mencarinya seteliti mungkin. Meski tampaknya Marhan akan menghabiskan waktu malam lebih panjang ketimbang teman-temannya yang lain.
***
Satu-satunya tempat yang sudah lama 'tak Marhan datangi adalah kantin fakultas, begitu juga dengan sajian Amelia. Hari ini dia pesan dua porsi, sekalian membuang rasa stres yang sudah terjadi sejak dua hari hilangnya ponsel secara misterius. Naasnya, ponsel tersebut sudah tidak aktif lagi sejak kemarin, hal yang disayangkan Marhan adalah tugas-tugas kuliah yang mungkin sebagiannya ada di situ.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELOFOBIA✓
Teen Fiction[R E - P U B L I S H | ft. Mark Lee] Fobia terhadap rasa cemburu. ❝Ada satu kalimat tantangan berinisial kata romansa yang berujung nestapa.❞ ©tata2021