17 [Lucas room]

2K 137 24
                                    

"Kami akan membawa anak kalian bersama kami, jangan pernah mencoba melapor pada polisi atau siapapun itu, jika kalian melakukan itu--" salah satu bawahan Arnold- Maxence terkekeh sebentar "--kalian tahu pasti apa yang akan kami lakukan pada anakmu" mencengkram dagu Jihyuk lalu menghempaskannya dengan kasar.

"JANGAN jang-an ambil anak kami, ambil semua yang ada disini apapun itu kami akan kasih asal jangan anak kami"

"Kami tidak butuh itu semua, tuan kami hanya ingin anak kalian"

"SIAPA?! KATAKAN SIAPA TUAN---" Jihyuk terdiam ketika suara peluru yang ditembakan kembali terdengar.

"Kalian tidak perlu tahu siapa tuan kami cukup diam dan relakan anak kalian untuk tuan kami, hanya itu maka anak kalian akan selamat" mereka menyeringai mendengar ucapan Maxence. "Dan ingat ini 'kami akan selalu memantau kalian berdua"

"Saatnya kembali, kita pulang dan rayakan" instruksi dari Maxence setelah mengangkat telfon dari Arnold.

"TIDAKK JANGAN BAWA ANAK KAMI... kami mohon" lirihnya diakhir.

Mereka benar benar hanya membantu mengambil Lea dari kedua orang tuanya tidak ada satupun barang yang mereka ambil.

Jihyuk mencoba untuk membuka tali yang terikat ditangan dan kakinya. Setelah berhasil dia berlari keluar rumahnya berusaha mengejar mereka namun nihil tidak ada siapapun halamannya terlihat sangat sepi.

Ia kembali kedalam menghampiri istrinya dan membukakan tali yang terikat pada istrinya. Jihyuk memeluk istrinya yang menangis tersedu sedu.

"Kita pasti menemukannya kamu tenang saja" Jihyuk terus mengusap kepala dan punggung istrinya, berusaha menenangkannya.

•••

Yokohama, jepang

Lucas sudah berhasil membawa Lea bersamanya, bahkan sampai sekarang senyumnya tidak pernah hilang dari wajahnya.

Arnold dan para bawahannya sampai tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, bisa dibilang ini adalah pertama kalinya dalam hidup Lucas ia tersenyum tulus bukan suruhan Arnold.

Kamar Lucas, memang luas namun walaupun begitu tidak ada banyak barang disana hanya ada lemari, kasur yang besar dan meja belajar juga kamar mandi didalamnya.

Tidak ada lukisan atau pajangan yang ada di dinding, jendela kecil yang tidak bisa dibuka, lampunyapun remang remang. Kegelapan, itu yang menggambarkan seorang Lucas.

Lucas terus memandangi wajah cantik Lea ketika tertidur, bukan tertidur melainkan pingsan setelah Lucas menyuntikan obat bius.

"Akhirnya."

"Egghh.." Lea melenguh dalam tidurnya dan tiba tiba bergerak gelisah.

Senyum Lucas terbit kembali, ia mulai mengoyang goyangkan badan Lea dan satu tangannya lagi ia gunakan untuk menggenggam tangan Lea.

Mata hijau yang lentik itu terbuka, lalu terkejut saat melihat ada Lucas dihadapannya, tubuhnya membeku dan otaknya mendadak blank tidak tahu harus berbuat apa.

"Kenapa kamu melihat kakak seperti itu, hm?"

"Lea takut" Lea mulai beringsut menjauhi Lucas, Lucas langsung mencekal kaki Lea agar tidak menjauh "kenapa menjauh?"

Anak tiga tahun itupun menangis, ia ingin pergi dari sini dan berkumpul bersama ayah dan ibunya.

"Kakak nyakitin mom and dad, Lea benci kakak, pergi pergi" Lea terus memukul Lucas walaupun itu tidak berarti apa apa bagi Lucas.

Lucas harus bisa menahan emosinya saat ini ia tidak ingin Lea semakin membencinya karena ini baru awal. "Hei hei Lea dengar kakak, gak ada yang nyakitin orang tuamu, kakak gak mungkin nyakitin mereka bukan? bukannya kemarin kakak yang nyelamatin Lea?" Lucas menangkup wajah Lea yang basah karena air matanya.

ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang