16 [the night]

1.1K 94 14
                                    

Di sebuah ruangan terlihat beberapa orang berpakaian hitam sedang berkumpul, di kursi depan Arnold berdiri duduk dengan wajah khawatir, ia nampak ragu dengan apa yang akan ia lakukan malam ini.

"tolong lakukan sesuai perintah, lakukan dengan rapih. sebelum itu bereskan dulu cctv sekitar rumah Jihyuk dan apapun yang nanti dapat menjadi barang bukti"

"baik tuan" seluruh anak buah Arnold berdiri dan membungkuk kearahnya dengan bersamaan.

"baiklah kerjakan sekarang!" Setelah semua anak buahnya keluar Arnold berjalan kearah kamar Lucas.

Wajahnya memang tidak menunjukan ekspersi apapun tapi, Arnold tahu kalau Lucas sangat bahagia.

Dari kecil Lucas belum pernah mendapatkan kasih sayang sedikitpun, ayahnya sering menyiksa Lucas dan ibunya, tapi ibunya hanya diam tidak bisa berbuat apapun.

Dan sekarang adalah waktunya Lucas mendapatkan kebahagiaan yang belum pernah ia dapatkan itu, dengan Lea disisinya sudah cukup membuat Lucas bahagia, walaupun semua ini tidak boleh dilakukan, ini salah.

Arnold melihat Lucas yang sedang duduk dipingguran kasur memerhatikan sebuah foto sambil tersenyum kecil.

Lucas yang menyadari ada yang memperhatikannya langsung melihat kearah pintu dimana Arnold berdiri. "terimakasih paman, ini hal yang paling indah selama hidupku, aku bahagia walaupun aku belum tahu apakah ini akan berhasil, tapi aku yakin ini pasti berhasil"

Arnold mengangguk "kamu sudah siap? mereka sudah dijalan"

"ya, aku sudah siap"

••••

Mata kecil Lea terbuka perlahan karena suara berisik yang terdengar dari luar kamarnya, terdengar suara beberapa barang yang jatuh dan suara seperti tembakan mungkin? Lea tidak tahu.

Lea menggosok gosok matanya dengan tangannya lalu kedua kakinya bersiap untuk turun dari kasurnya perlahan. Lea pun berjalan kearah pintu sambil sesekali menguap karena masih mengantuk.

Lea melihat kearah kanan dimana kamar orang tuanya berada tapi tidak ada apa apa disana namun saat melihat kekiri Lea melihat ibunya yang sedang dibawa oleh beberapa orang berpakaian hitam.

"MOM!" Lea berteriak dari depan pintu.

Claretta berbalik dan melihat putri kecilnya menangis ketakutan. Ia mencoba melepaskan cekalan orang orang tak dikenal yang tiba tiba masuk kerumahnya tapi tidak bisa.

"LEA MASUK DAN KUNCI KAMAR KAMU SEKARANG!" Claretta terus meronta ronta agar mengulur waktu untuk berbicara dengan Lea.

Sedangkan Lea masih menangis histeris, dia berlari mengejar ibunya dengan ketakutan. "JANGAN LEA MASUK KAMAR KAMU SEKARANG! PATUHI PERINTAH MOM LEA!"

Lea berhenti berlari dan melihat wajah ibunya yang terlihat sangat khawatir dan sesekali mennggeleng gelengkan kepalanya. Lea memutar balikan arah larinya menuju kamarnya.

Claretta tersenyum melihat Lea yang menuruti perintahnya, melupakan rasa sakit dikakinya akibat tembakan saat tadi dia berniat kabur. "anak pintar" gumamnya.

Lea mengunci pintu kamarnya sambil menangis dan tangannya yang bergetar ketakutan. Tiba tiba ada seseorang yang memukul mukul pintu kamarnya membuat Lea semakin ketakutan dalam hatinya ia selalu memanggil kedua orang tuanya.

Lea masuk kedalam lemari pakaiannya dan bersembunyi dibalik tumpukan baju bajunya, dia membekap mulutnya dengan tangan mungilnya agar tidak bersuara karena ia tidak bisa berhenti menangis dari tadi.

Suara dobrakan pintu itu masih terus berbunyi bahkan tambah kencang sampai akhirnya pintu itu terbuka. Keadaan menjadi hening, jantung Lea semakin berdebar kencang ditambah keheningan yang tiba tiba terjadi.

Sampai beberapa menit tidak terjadi apa apa, Lea berinisiatif untuk keluar karena dia pikir ini sudah aman tapi ternyata saat membuka pintu ia melihat Lucas yang berdiri di depan lemari dengan senyuman yang terpampang diwajahnya.

Awalnya ia kaget kenapa bisa Lucas bisa ada disini namun karena ketakutan ia langsung turun dan memeluk erat Lucas. "Lea jangan khawatir kakak bakal keluarin dari sini, Lea mau ikut sama kakak?" tanpa pikir panjang lagi Lea mengangguk dan kembali memeluk Lucas.

Lea sangat ketakutan sekarang wajahnya pucat dengan tubuh bergetar, orang yang Lea kenal disini hanya Lucas, ia tak yakin sebenarnya jika harus ikut atau tidak dengan Lucas.

Setelah beberapa menit Lea mulai tenang, napasnya mulai teratur. Lucas menguraikan pelukannya sedikit "Lea dengar kakak, Lea mau selamat?" Lea mengangguk.

"Lea harus ikut sama kakak kalau Lea mau selamat, kakak bakal jagain Lea"

"Mom and Dad? Lea mau sama mereka" tangan Lucas mengepal kuku kukunya memutih, mencoba menahan amarahnya.

"jangan khawatirkan mereka Lea, mereka akan selamat"

"benar?" Lucas mengangguk yakin.

Lucas memang tidak akan membunuh mereka mungkin hanya memberikan beberapa pelajaran jika mereka tidak patuh lagipula tujuan utamanya adalah mengambil Lea dan menjadikannya miliknya.

Lucas merentangkan tangannya meminta Lea untuk memeluknya. Lea pun mengikutinya, memeluk Lucas. Sekarang Lea juga sudah berhenti menangis. Lucas menggendong Lea lalu membawanya keluar.

Mereka keluar dari kamar Lea, satu tangan Lucas menutup mata Lea agar ia tidak melihat apa yang terjadi saat ini. Pelukan erat dari Lea sangat menenangkan baginya, sangat nyaman.

Dibawah sana, tepatnya diruang tamu terlihat kedua orang tua Lea dengan kain yang menutupi kedua mata mereka juga tangan yang terikat berada ditengah tengah para bawahan Arnold.

Lucas berjalan menuruni tangga bersama Lea dipelukannya. Suasana sunyi tidak ada suara lain selain suara tangisan Lea. Jihyuk dan Claretta ingin sekali bersuara memanggil dan menenangkan anaknya, namun tidak bisa karena salah satu bawahan Arnold mengancam kalau mereka bersuara maka mereka tak akan segan segan menembak Lea.

Tentu itu hanya sebuah gertakan, sangat tidak mungkin mereka menembak Lea, bahkan jika salah satu dari mereka terlihat memerhatikan Lea maka mereka akan mati saat itu juga. Lucas sangat tidak suka orang orang yang memerhatikan apalagi sampai mengagumi gadisnya.

Kedua anak tersebut berjalan keluar lewat pintu belakang. Tangisan Lea semakin kencang sekarang, Claretta yang mendengarnya tidak kuat dan memberanikan diri memanggil anaknya.

"LEAA"

Dor

Suara tembakan terdengar mengudara, bukan kearah Claretta ataupun Lea seperti ancaman anak buah Arnold tadi, peluru itu mengarah ke atap rumah.

"ja-ngan jangan tembak Lea t-tembak saya saja" lirih Claretta bahkan nyaris tidak terdengar.

Lea yang mendengar suara ibunya memberontak ingin turun dari pangkuan Lucas, ia ingin bertemu kedua orang tuanya. "MOM!! MOM DIMANA? Kakak, lepasin Lea, Lea pingin ketemu MOM"

"DIAM LEA! jangan pedulikan mereka, pikirkan dirimu sendiri, mengerti?" Tangan Lucas mengepal, rahangnya pun mengeras bahkan sejak Claretta dengan beraninya memanggil Lea.

Bukannya takut Lea malah terus berontak meminta dilepaskan, tangan mungilnya terus menerus memukul dada Lucas.

"Diam atau kubunuh mereka?" Ujar Lucas tepat ditelinga Lea, bahkan Lea bisa merasakan nafas Lucas yang memburu.

Lea membeku, orang yang ia kira baik itu ternyata sangat jahat, terlalu jahat untuk menjadi manusia. Dan bukannya diam Lea malah semakin memberontak "kakak jahat... Lea benci kakak..."

Karena sudah tersulut emosi Lucas mengeluarkan sebuah suntikan dari saku celananya dan menancapkannya tepat di leher Lea, yang membuat Lea tenang dan beberapa detik kemudian Lea sudah tak sadarkan diri.
Obat bius






••••






Vote

ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang