Kamu adalah Samudra. Yang tenangnya adalah tipuan. Menutupi segala gemuruh lara di dalam sana.
Mereka bilang, menatapmu hanya akan membawa kembali perih yang memang tak pernah hilang.
Hadirmu tak di inginkan. Namun, hilangmu menjadi luka yang tak...
Semua tampak menawan di matanya. Berteman segelas americano yang dia buat beberapa saat yang lalu, lelaki itu duduk di sana. Berusaha menikmati gemerlap kota Seoul di malam hari dari dalam apartemen miliknya. Arnesh tidak tahu alasan mengapa dirinya memilih tempat ini sebagai tempat melarikan diri. Pikirannya yang kacau tiga tahun lalu tidak bisa diajak bekerja sama untuk berpikir jernih.
Namun, cara yang sekian lama selalu dia gunakan untuk menenangkan diri itu, sepertinya tidak bekerja hari ini. Tepat setelah Om nya yang berada Indonesia memberikan kabar duka yang berhasil membuat jantungnya seakan berhenti berdetak saat itu juga. Diam-diam Arnesh mempertanyakan, kenapa dirinya selalu di pertemukan dengan kehilangan. Seakan takdir tidak memberinya waktu yang cukup untuk sekedar belajar kembali bernafas dengan benar.
Amarah, sakit hati dan kecewa yang dia bawa pergi ke kota ini bahkan belum melebur dengan sempurna. Seakan semua usaha telah dia lakukan untuk merelakan masa lalu selalu berujung dengan sia-sia. Maka ketika Om Surya menyuruhnya pulang ke tanah air beberapa jam yang lalu, hanya ada keraguan yang menyertainya.
Arnesh tak ingin jadi anak durhaka, terlebih dia sangat menyayangi Bundanya, tak ada keraguan akan hal itu. Namun, hatinya masih berat untuk kembali. Pulang, berarti membuatnya harus bertemu dengan seseorang yang sangat ia hindari sampai waktu yang tak dapat dia prediksikan. Seseorang yang selalu dia anggap sebagai penyebab luka terdalam dalam hidupnya.
Rasa sayang kepada Bunda akhirnya mengalahkan keraguan. Terlebih lagi, ini merupakan bentuk rasa baktinya kepada Bunda yang telah kembali ke pangkuan Sang Maha Kuasa. Maka, setelah berdebat dengan pikiran dan hatinya sendiri, lelaki dua puluh tujuh tahun itu memutuskan untuk kembali menelfon Om nya. Meminta waktu beberapa hari untuk mengurus beberapa hal sebelum kembali ke tanah air.
"Halo, Om." Ucapnya setelah bunyi konstan dari ponselnya berganti dengan ucapan salam dari seberang.
"Arnesh, alhamdulillah kamu nelfon balik. Gimana nak?"
Arnesh dapat mendengar suara Om Surya di seberang yang sarat akan harapan dirinya berkenan untuk pulang.
"Arnesh akan pulang, tapi nggak sekarang. Mungkin beberapa hari lagi. Ada beberapa hal yang perlu aku urus di sini." Jawabnya.
Terdengar helaan nafas kasar di sana. Mungkin rasa lega yang bercampur dengan kekhawatiran Om Surya.
"Alhamdulillah, Om seneng banget dengernya. Setelah ini Om harap kamu akan kembali menetap di sini. Semua orang butuh kamu, Ar." Om Surya merespon dengan suara yang sungguh lembut. Namun, kalimat harapan dari Om Surya itu justru berhasil membuat denyutan aneh dalam dada lelaki itu.
"Iya Om, ya udah kalo gitu aku tutup dulu telfonnya, ya. Assalamu'alaikum." Jawabnya. Setelah jawaban salam terdengar dari seberang, Arnesh menekan tombol merah di layar dan melempar ponselnya asal ke atas meja.
Lelaki itu masih enggan meninggalkan kursi. Sesak dan denyut menyakitkan dalam dada membuatnya memejamkan mata. Berusaha mengosongkan pikiran yang sudah seperti benang kusut. Mengabaikan hingar bingar dan gemerlap kota Seoul yang tampak jelas dari jendela lebar apartemennya.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku perkenalkan dengan Arnesh Abidzar Alfarizi, lelaki dua puluh tujuh tahun yang sudah tiga tahun menetap di kota Seoul dengan tujuan lari dari rasa kehilangan. Namun, dia harus kembali ke tanah air karena salah satu orang tersayang nya telah pergi meninggalkan dunia. Dia pergi membawa luka, dan harus kembali untuk menjumpai lara.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai... Salam kenal semua 👋 Ini cerita pertama ku di sini... Semoga bisa dinikmati dengan baik dan dapat menghibur kalian semua ☺️