Epilog

2.7K 110 2
                                    

"Kita mau ke mana?" tanya Greta pada Queen, yang berjalan di sisi kanannya. Tangan keduanya bertautan erat. Menyusuri trotoar. Melewati beberapa toko tua. Queen hanya tersenyum sebagai jawaban. "Bikin penasaran. Kita mau ke mana sih?" desaknya.

Queen tersenyum lagi. "Sudah deh ikut aja. Nanti juga tahu sendiri. Ini kejutan." Gadis cantik setengah tampan itu mengusap puncak kepala Greta. Sekilas. "Tangan gue kesemutan," ujarnya tanpa terduga.

Greta menatap dengan pandangan polosnya. "Kok bisa?"

"Udah dua jam tangan kita kayak gini,"  jawab Queen dengan nada lembut. Mengangkat sedikit tangan kirinya, yang bertautan erat dengan telapak tangan Greta.

"Lo enggak suka kita kayak gini?" tuduh Greta dengan nada ketus. Menyentak lepas pegangan mereka. Berjalan lebih cepat. Meninggalkan Queen.

"Yah, malah ngambek." Queen tersenyum lagi. "Hei, mau ke mana? Jalan duluan kayak tahu aja tujuan kita ke mana," serunya sedikit keras.

Greta menghentikan langkah. Menoleh dan menjulurkan lidah ke arah Queen, yang berjalan mendekat. Ditepisnya tangan kiri Queen, yang berusaha menggenggam kembali tangan kanannya.

Queen mencubit gemas pipi kekasihnya, "udah ah, enggak usah ngambek gitu. Gemes gue jadinya. Lo mau gue gigit, ya?" bujuknya setengah mengancam. Meraih kembali telapak tangan kanan Greta dan menggenggamnya.

"Kita mau ke mana sih?" Greta mengulang pertanyaannya.

"Udah ikut aja. Tenang. Enggak akan gue culik kok. Bentar lagi sampai kok. Lo udah capek? Mau gue gendong?" tanya Queen sambil tersenyum misterius. Greta mendelik. Menggeleng cepat. "Belokan depan kita sampai kok. Sabar ya, Sayangku."

Keduanya berbelok. Berjalan beberapa meter ke depan hingga akhirnya Queen menghentikan langkahnya.

"Rumah sakit?" Greta menatap bingung bangunan berdominasi warna putih di depan sana. "Kita mau jengukin siapa?" tanyanya lagi tanpa menoleh pada Queen.

"Lo lupa ini tempat apa?"

Greta menoleh pada Queen. Memperlihatkan wajah polosnya. Menggelengkan kepala. "Emang tempat apa? Rumah sakit, kan? Tempat orang sakit berobat?"

Queen mendelik. "Ini tempat kita pertama ketemu."

Greta kembali menatap gedung rumah sakit. Berusaha mengingat. "Ohhhhh iya. Terus ngapain kita ke sini?"

Queen berdecak. "Kita kencan di sini. Sekalian nostalgia pertama kita ketemu. Gimana?"

Greta menoleh. Menatap Queen dan tersenyum. Mengangguk antusias. Queen kembali tersenyum. Dieratkannya genggaman dan melangkah memasuki halaman rumah sakit. Senyuman tak lepas dari wajahnya. Kembali berulang kisah pertemuan mereka dalam ingatannya. Senyuman kian melebar. Tatapannya beralih pada genggaman tangan mereka. Aku tak pernah tahu, sampai kapan kita bisa saling menggenggam seperti ini, yang kutahu saat ini aku merasakan kebahagiaan yang begitu besar.

Queen menoleh ke arah gadisnya. Senyuman terukir saat melihat betapa kebahagiaan terpancar jelas di wajah manis Greta. Ditatapnya penuh kasih. Tak ada harapan yang begitu besar selain bisa terus bersamamu. Takkan ada janji muluk yang akan ku beri. Saat ini, aku hanya mampu berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan kita.

Greta mengangkat wajah. Tersenyum saat mendapati Queen tengah menatapnya. "Jangan dilihatin terus, gue bukan kuntilanak yang bisa tiba-tiba menghilang, Putri Padi."

Senyuman Queen seketika menghilang. Decak kesal terdengar. "Apaan sih?! Kita lagi di rumah sakit nih!!! Jangan ngomong yang aneh-aneh kenapa sih! Mau apa, pulang nanti kita diikutin?"

Greta mencibir. "Gue enggak takut selama ada lo. Muka lo kan, lebih nyeremin daripada setan."

Queen melepas genggaman mereka. Berjalan cepat meninggalkan kekasihnya.

...

Queen Greta Oto (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang