Lima Puluh Tujuh

2.9K 215 26
                                    

"Hoi, lagi apa?" tanya Queen pada Greta, yang tengah duduk sendiri setelah makan malam. Ditariknya rambut hitam Greta, yang dikepang dua.

"Sakit, Qyu. Dipikir tambang apa, main tarik aja." Greta mengerucutkan bibirnya. Tangan kanannya mengusap kepalanya, yang sedikit berdenyut akibat tarikan yang lumayan kuat itu.

Queen terkekeh. "Lagian, ngapain coba malam-malam ngelamun sendirian di teras? Enggak takut digodain genderuwo apa?" Diambilnya tempat di sebelah Greta.

"Gue lagi lihat bulan dan bintang." Greta menunjuk langit malam, yang bersih dari awan. Menyombongkan kerlip indah bintang-bintang. Bulan purnama penuh bertengger anggun, menyempurnakan lukisan alam. "Bagus banget, ya. Lo kenapa ke sini?"

"Nyari angin," jawab Queen singkat. Ikut menatap langit.

"Nyari angin ... belagu lo. Nanti giliran meriang masuk angin, merengek lagi." Greta mencibir.

Queen menolehkan wajah. Tangan kanannya kembali menarik kepangan Greta. "Malah ngedoain gue sakit lagi nih anak."

Greta mengusap kembali kepalanya. "Sudah lama, ya, kita enggak ngobrol kayak gini."

Queen mengangguk. "Enggak lama sih sebenarnya. Cuma, karena kita terbiasa ada untuk satu sama lain, waktu terasa lamban kalau kita berjauhan, Gre. Gue kangen kita yang dulu." Kembali dialihkannya pandangan ke langit. Menghela napas. Berat.

Greta menolehkan kepala, "kita balik kayak dulu lagi, yuk." Ditatapnya Queen. Tatapan yang penuh harap. Semoga masih ada kesempatan untuk kita kembali seperti dulu.

...


Krisan berdiri bersandar di pintu. Menatap gadisnya, yang masih duduk berdampingan dengan rivalnya. Tersenyum samar. Mendekat dalam langkah tanpa suara. Tangan kanannya terulur untuk merangkul bahu gadisnya. Seolah ingin menunjukkan hak kepemilikan. Tersenyum santai pada Queen. "Lagi pada ngapain?"

Greta mengalihkan pandangan dari Queen. Tersenyum hangat menyambut Krisan. "Hai, Sayang. Lagi ngobrol aja kok. Lagi berusaha mengembalikan keadaan kami supaya bisa balik seperti dulu." Disandarkannya tubuh pada tubuh Krisan.

Queen mencibir. "Dasar penganten baru!!! Bisa enggak sih, enggak bermesraan di depan mata jomblo kayak gue?" protesnya, yang disambut tawa oleh sepasang kekasih itu.

"Hoi, dicari-cari, tahunya pada ngobrol di sini. Nenek gue mau pergi nih." Lyna muncul bersama Nenek Mun. Di tangan kirinya, bergelayut sebuah tas yang cukup besar.

"Mau ke mana, Nek?" tanya Krisan. Melepas rangkulannya pada bahu Greta namun tak menjauhkan diri dari gadisnya.

Nenek Mun tersenyum. "Mau ke rumah tantenya Lyna. Sebentar lagi mau melahirkan, Kris. Jadi, Nenek harus ke sana. Kalian enggak apa-apa, kan, Nenek tinggal? Nanti ada Bu Rumi, yang urus kalian kok."

Queen menggeleng. "Enggak apa-apa kok, Nek. Maaf ya, kalau kita di sini merepotkan Nenek."

Nenek Mun tersenyum, "enggak kok, Queen. Nenek senang kalian di sini. Kalau kalian enggak liburan ke sini, cucu Nenek yang satu ini mana mungkin mau pulang ke kampung buat nengok Nenek." Diusapnya dengan penuh kasih kepala Lyna, yang hanya mampu memamerkan cengiran.

"Ya sudah, gue antar Nenek dulu. Pinjam mobil ya, Qyu." Lyna tersenyum seraya memamerkan kunci mobil Queen, yang hanya mengangguk tanda setuju. Lyna menuntun Nenek Mun menuju mobil.

"Yah ... Nenek pergi. Di sini cuma ada kita berenam," keluh Greta seraya menatap kepergian Lyna dan Nenek Mun. "Padahal masih pengen dengar cerita waktu muda Nenek dulu."

"Nah, kebetulan Nenek Mun pergi, lo enggak mau tukeran kamar sama gue? Lo bisa kok tidur sama Krisan. Biar gue tidur sama Bonnie." Queen tersenyum penuh arti ke arah Greta. Menaik-turunkan kedua alis lebatnya.

"Boleh tuh. Gimana, Yank? Mau?" tanya Krisan usil. Kembali merangkul bahu Greta.

Greta melebarkan kedua matanya. "Apaan sih???" Kedua tangannya terangkat untuk mencubit lengan kedua wanita tampan di dekatnya.

Queen dan Krisan terbahak. "Gue masuk dulu deh. Kalian pacaran saja dulu." Queen melangkah mundur dan berbalik untuk masuk. Dihembuskannya napas berat.

"Jalan, yuk. Keliling rumah aja. Mau enggak?" ajak Krisan. Mengulurkan tangan dan meraih telapak tangan Greta. Membantunya berdiri.

Greta mengangguk. Mengikuti setiap langkah Krisan, yang tak pernah melepas genggamannya.

...


Krisan dan Greta mengelilingi halaman rumah Nenek Mun yang cukup luas. Menikmati hembusan lembut angin malam. Bergandengan. Diam menikmati detik yang berjalan.

Krisan berhenti di dekat air terjun kecil buatan. Ditariknya dengan lembut tubuh Greta. Memeluk erat gadisnya. Mengecup lembut puncak kepalanya. "Aku sayang kamu, Gre. Jangan tinggalkan aku, ya." Tangan kanannya mengusap dengan penuh kasih rambut berkepang Greta. Jantungnya berdegup kencang.

Greta diam sejenak namun tetap membalas pelukan Krisan. Jelas dirasakannya degup jantung kekasihnya. "Aku sayang kamu juga, Kris." Disandarkannya kepala pada dada Krisan. Detak jantung Krisan kian jelas terdengar, seolah tengah berpacu cepat di dalam sana. Detak yang sama seperti yang dirasakannya saat itu. Walau tak secepat detak milik Krisan.

Krisan mengurai pelukan. Menatap Greta dalam. Tersenyum. Diraihnya kedua bahu Greta dalam genggaman lalu berpindah ke kedua pipi tembam gadisnya. Mendekatkan wajahnya perlahan.

Deg. Jantung Greta terhenti. Tubuhnya mendadak kaku dan tengang. Wajahnya memanas seiring jarak yang kian dikikis oleh Krisan. Ditahannya napas. Tubuhnya kian menegang. "Kamu mau ngapain, Kris?" tanyanya dengan suara bergetar. Terlintas wajah Queen dan ingatan saat Putri Padi itu melakukan hal yang sama dulu.

Krisan tak menjawab. Hanya tersenyum dan kian mengikis jarak. Masih menatap kedua mata Greta, yang memancarkan kegugupan.

Greta menundukkan sedikit wajahnya saat bibir Krisan nyaris menyentuh bibirnya. Membuat kecupan Krisan beralih ke keningnya.

Krisan terkejut dengan apa yang dilakukan gadisnya. Ada kecewa dalam hati atas penolakan gadisnya. Dihelanya napas. Dikecupnya dengan sepenuh hati kening Greta. Ternyata lo belum bisa menerima gue seutuhnya, Gre, keluhnya dalam hati. Gadis tampan itu menjauhkan tubuhnya. Mengurai kembali senyuman. Disentuhnya dagu Greta, mengangkat wajah Greta agar dapat dilihatnya.

Greta menatap Krisan. Ada rasa tak enak dalam hati karena penolakannya. "Maaf ... aku ... aku ..." Tak ditemukannya jawaban yang tepat untuk jadi alasan penolakannya.

Krisan tersenyum kian lebar. "Enggak apa-apa kok." Kembali diusapnya kepala gadisnya dengan penuh kasih. "Aku ngerti kalau kamu gugup dan takut. Aku maklum karena gadisku ini memang gadis polos."

Greta memajukan sedikit bibirnya. Tak suka dengan ucapan Krisan. "Ih, kamu itu ngomongnya seolah-olah aku tuh masih anak TK. Aku sudah besar, Krisan."

Krisan tertawa melihat tingkah menggemaskan kekasihnya. Gadis itu menggerakkan kepala dan mengecup singkat pipi kanan Greta, yang langsung memerah wajahnya.

...


Queen mengepalkan kedua tangannya. Berusaha menahan diri untuk tidak beranjak dari balik pohon mangga, yang jadi tempatnya bersembunyi. Menggeram halus. "Dia bukan siapa-siapa lo, Qyu!!! Enggak usah buang-buang tenaga lo untuk amarah yang enggak jelas!!!"

Gadis itu berbalik dan berjalan menjauh. Meneriakkan kembali ucapannya tadi dalam hati. Berkali-kali. Raut wajahnya kian mengeras.

...

#pojokauthor
Panas enggak? Panas enggak?

Selamat membaca!!!

Queen Greta Oto (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang