Queen Greta Oto #08

4.7K 363 11
                                    

#Greta

Sudah satu jam, aku berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Sejak terbangun dari tidur, hal pertama yang kulakukan adalah mengecek gawai pintar milikku, sayabgnya ... apa yang aku tunggu ternyata tak juga muncul.

Aku terus berjalan mengitari kamar dengan gelisah. Sesekali kedua mataku tertarik ke arah benda pipih berwarna putih, yang bertengger manis di nakas samping tempat tidur, yang tak kunjung berbunyi.

"Si Kampret ke mana sih? Dari kemarin susah banget dihubungi."

Aku mulai kesal. Sejak pulang sekolah, Queen memang belum memberikan kabar padaku. Tak seperti biasanya, yang setiap menitnya terlewati dengan semua laporannya saat berkegiatan apapun. Bahkan, buang air pun dia selalu mengabariku.

Dan setelah sekian lama bergerak gelisah, kembali ku raih gawai milikku.

Eh, Kampret. Lu ke mana saja sih?
Susah banget d hubungi
dari kemarin!!!

Aku menggeram saat kulihat hanya satu tanda centang abu di layar gawai pintarku.

"Qyu, Kampret!!! Pasti deh, enggak aktif handphonenya. Kebiasaan banget memang! Kalau sudah pacaran sama Mey, suka lupa ke gue!!! Senang banget bikin orang jadi nunggu!!!" makiku dengan nada geram. Tanganku meremas kesal gawai tak bersalah itu, sebagai pelampiasan rasa geram. Kulempar benda pipih itu ke atas tempat tidur.

Kuputuskan untuk keluar kamar. Berjalan dengan membanting kaki sebagai pelampiasan. Kedua tangan sengaja kulipat di depan dada.

"Pagi, Yah ... Bun ...." Ku sapa Tuan dan Nyonya Bara, orang tuaku, yang sudah duduk menanti di meja makan. Sudah bersiap untuk sarapan.

"Kamu kenapa, Gre?" tanya Bunda seraya menyendokan nasi goreng ke piring. "Berantem dengan Qyu?" lanjut Beliau seraya menyendokan lauk. Disodorkannya piring itu ke arahku.

Aku menggelengkan kepala sekilas, "enggak kok, Bun. Gre cuma lagi kesal saja sama Qyu. Dari kemarin, sejak jalan sama Mey, dia susah dihubungi dan enggak ngasih kabar ke Gre," jawabku dengan nada ketus lalu menerima piring, yang disodorkan Bunda. Mulai kusendok nasi goreng dan kawan-kawannya. Malas sekali aku sarapan pagi ini.

"Kenapa kamu yang kesal, Gre? Jangan-jangan kamu cemburu lagi dengan Mey?" Ayah meledekku dari balik koran, yang tengah dibacanya. Menanti Bunda menyiapkan sarapan untuknya.

Uhuk ... uhuk ... Nasi goreng, yang lumayan pedas itu seketika tertolak oleh tenggorokanku. Aku tersedak karena ledekan Ayah. Segera kutenggak air putih. Hidungku perih begitu juga tenggorokanku. "Ayah apaan sih???" protesku dengan nada kesal. "Enggak ada ceritanya ya, Gre cemburu," lanjutku membela diri, walau jantungku berdetak cepat dan ada rasa malu dalam hati.

Bunda tertawa. "Kalian tuh ya, dari kecil memang paling susah kalau pisah lama, selalu saling mencari satu sama lain. Bunda harap, sampai tua nanti kalian tetap bersahabat seperti ini, ya, Gre. Bunda enggak mau kehilangan Qyu dan kedua kakaknya. Mereka itu amanat untuk Bunda."

Ucapan Bunda membuatku termenung. Membuatku terharu sekaligus takut. Apa bisa selamanya kami bersahabat?

...

#Queen

Aku terbangun dari tidurku. Kedua mataku masih rapat terpejam walau kesadaran telah menguasaiku. Kurasakan sebuah lengan memeluk pinggangku. Kebas mulai terasa menggigiti lengan kiriku. Perlahan kedua mataku mulai terbuka. Sedikit terkejut saat melihat sebuah tangan melingkari perutku. Kutolehkan kepala ke arah kiri. Mey tertidur dengan pulasnya. Senyuman seketika mengembang di wajahku. Dengan tangan kanan, kuusap lembut wajah wanitaku itu. Ini pertama kalinya sejak dua tahun, aku tidur bersamanya. Kudaratkan sebuah kecupan di keningnya.

Queen Greta Oto (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang