Dua Puluh Delapan

2.9K 237 30
                                    

Pintu bioskop kembali dibuka. Para penonton berjalan santai keluar begitu juga ketiga pasangan, yang tengah kencan ganda itu. Mey masih bergelayut di lengan kiri Queen. Greta berjalan sejajar dengan Kris, yang masih sedikit kesal karena kepolosan Greta tadi. Lyna merapat erat pada Edo.

Greta melirik ke arah Mey dan Queen, sebuah senyuman masam terukir secara refleks. Nempel terus mirip cicak-cicak di dinding aja sih itu cewek!!!, keluhnya dalam hati.

Krisan melirik. Mengikuti arah pandang Greta. "Kenapa? Lo mau gandeng Qyu juga apa lo ngiri karena lo jones?" bisiknya di telinga kanan Greta.

Greta terlonjak. Refleks menoleh ke arah Krisan. "Apa sih? Bisik-bisik di telinga segala!? Udah kayak setan, yang lagi ngehasut manusia aja sih!!! Bikin kaget orang aja!!!" protesnya sengit. Kedua matanya melebar. "Gue enggak mau juga gelendotan begitu!!! Mirip monyet main di pohon aja!!!" bisiknya dengan ketus. Gadis itu melangkah menjauhi Krisan. Wajahnya berubah masam.

Queen, yang sejak tadi memperhatikan Greta, tersentak saat melihat Putri Kupu-Kupunya melangkah lebih dahulu meninggalkan mereka berlima. Dilepaskannya rangkulan Mey, yang setia bergelayut di lengan kirinya. "Sebentar, ya. Sepertinya Greta ada masalah dengan Krisan. Aku susul dulu dia, oke." Tanpa menunggu jawaban Mey, Queen bergegas melesat menyusul Greta.

Mey menghela napas. Kesal. Merasa tak dipentingkan, tak menjadi prioritas. Dilipatnya kedua tangan di depan dada. Mengutuk Queen dalam hati.

"Masih mau pura-pura enggak sadar, Rose?" Sebuah suara setengah berbisik membuat Mey terlonjak dan menoleh. Krisan menatap dingin sosok cantik di hadapannya.

Mey mendengus. Menatap balik Krisan. Sama dinginnya. "Apa yang harus gue sadari? Enggak ada!" jawab Mey dengan intonasi datar.

Krisan tersenyum sinis, "yakin? Lo masih mau melakukan hal yang sama? Memaksa orang, yang sebenarnya enggak cinta sama lo untuk terus bersama lo? Mau mengulang kejadian di masa lalu lo? Masih bangga dengan julukan ulat bulu, yang merusak tanaman bunga milik orang lain?" Kedua alis Krisan terangkat penuh arti.

Mey mengatupkan rahang. Berusaha menahan amarahnya. "Gue enggak pernah jadi ulat bulu!!! Gue enggak pernah merebut Viera dari lo, Krisan!!! Viera sendiri yang terima cinta gue!!! Tanpa paksaan!!! Kalau lo kehilangan dia, itu karena kesalahan lo sendiri!!! Jangan pernah ikut campur urusan gue dan Qyu!!!" Mey menahan diri untuk tak berteriak memaki Krisan. Tangan kanannya gatal ingin melayangkan salam tempel ke pipi mulus Krisan.

Krisan mendekatkan wajahnya pada Mey. "Gue enggak akan mengganggu lo dan Qyu. Gue juga ada hal penting, yang harus gue perjuangkan." Krisan meninggalkan Mey, yang hanya diam terpaku di tempatnya.

...

"Lo kenapa sih?" tanya Queen begitu menemukan Greta. Mencekal lengan kiri Putri Kupu-Kupunya. Memaksa Greta untuk berhenti. "Si Krisan kurang ngajar sama lo?"

Greta berhenti dan menghadap ke arah Queen. Menggelengkan kepalan. "Enggak kok. Dia ngeledek gue terus makanya gue kesal. Yang lain mana?" tanya Greta. Memandang dan mencari sosok-sosok lain di balik punggung Queen.

"Masih di belakang. Gue duluan ngejar lo. Takut lo kabur gitu aja. Nanti gue kena omel Mamah," jelas Queen.

Greta mendelik. "Lo pikir gue tukang ngadu apa!?"

"Emang iya. Lo kan, tukang ngadu paling wahid kalau udah diisengi orang lain selain gue, Sayang." Tangan Queen terangkat dan mencubit gemas kedua pipi Greta. Melepasnya lalu beralih mengusap lembut rambut hitam nan tebal Greta.

Greta tertegun. Diam. Menatap Queen dalam kebisuan. Sayang? Tadi dia manggil gue Sayang? Apa enggak salah dengar nih kuping gue?, tanya gadis itu dalam hati. Masih menatap Queen. Semburat merah menghiasi wajah imutnya.

Queen Greta Oto (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang