Lima Puluh Sembilan

2.2K 124 12
                                    

Queen menghindar dari lemparan kulit pisang Greta. Gadis itu menenggak tegukan terakhir air putihnya. Mendorong piring yang telah kosong. Duduk bersandar pada kursinya. Menatap lekat gadis di hadapannya, yang masih menikmati sarapan dengan wajah kesal. Tersenyum tanpa sadar. Gue enggak nyangka kalau gue bisa punya rasa lebih sama lo, Gre. Kenapa sih, gue enggak sadar dari dulu kalau rasa gue untuk lo itu lebih dari sahabat, gumamnya dalam hati.

Greta mengangkat wajah. Pandangannya tertuju pada kedua mata tajam Queen, yang menatapnya lekat. "Kenapa?" tanya gadis itu dengan nada heran. Kedua alis tebalnya sedikit terangkat. "Kalau udah selesai makan, piring dan temannya dicuci dong. Sengaja ya, mau nyuruh gue cuciin sekalian."

Queen mencibir. "Bukan. Justru gue nunggu lo selesai makan, supaya bisa sekalian gue cuciin bekas makan lo."

Greta mengangguk. Kembali menyendok suapan terakhir sarapannya. Menaruh sendok di atas piring kosong miliknya. Meraih gelas dan menenggak air putih di dalamnya. Diangkutnya piring dan kawanannya menuju dapur. Tak memperdulikan Queen. "Gue bisa nyuci sendiri kali."

Queen tertegun karena ditinggal begitu saja oleh Putri Kupu-Kupunya. Segera menyusul Greta. "Ya udah, sekalian aja nih cuciin punya gue, ya."

Greta menoleh sekilas dan mengangguk. Menerima sodoran piring dkk. dari tangan Queen. Mulai sibuk dengan sabun cuci piring.

Queen berdiri bersandar di sebelah wastafel. Mengamati pergerakan Greta. Tersenyum. "Serasa rumah kita berdua, ya. Kalau begini gue ngerasa kita tuh lagi pacaran," ujarnya tanpa sadar.

Gerakan Greta berhenti seketika. Menoleh ke arah Queen dengan sebelah alis terangkat. "Lo masih tidur, ya? Kok ngelindur sih?" Menggelengkan kepala dan kembali melanjutkan acara cuci piringnya.

Queen mendengus. Beranjak ke arah belakang Greta. Mengulurkan kedua tangan. Bergerak mendekat seiring kedua tangannya yang mendekap pinggang ramping Greta. "Diam sebentar, ya. Gue pengen meluk lo sebentar aja," pintanya dalam bisikan saat merasakan sedikit berontakan dari Greta. Ditempelkannya dagu pada pundak sahabatnya itu.

...


#Greta

Tubuhku seketika menenggang saat kurasa sepasang tangan memeluk pinggangku, serta sebuah tubuh mendekat lekat di punggungku. Tentu saja, hanya Queen yang berani melakukan itu. Refleks, tubuhku melakukan gerakan kecil penolakan.

"Diam sebentar, ya. Gue pengen meluk lo sebentar aja." Jelas terdengar suara, yang tepat berbisik di telinga kananku. Hembusan napas Queen terasa jelas dan sedikit berhembus panas. Membuat gerakan ku kian jadi kaku. Sekuat tenaga ku cengkeram piring agar tak tergelincir dari tanganku, yang berbusa.

Ku putuskan untuk berusaha bersikap wajar. Queen menempelkan dagunya di pundak kananku. Kedua telapak tangan itu menempel di perut rampingku. Jantungku berdegup kencang.

"Aku sayang kamu, Greta Oto. Bahkan rasaku untuk kamu jauh lebih besar dari rasaku untuk Mey dulu." Dalam bisikan, Queen mengutarakan isi hatinya. Masih dalam bisikan.

Aku hanya terdiam. Jantungku yang sempat terhenti karena pengakuan Queen, kembali berdetak lebih cepat. Otakku membuntu untuk sekedar merespon pernyataan Queen.

...


#Queen

"Aku sayang kamu, Greta Oto. Bahkan rasaku untuk kamu jauh lebih besar dari rasaku untuk Mey dulu." Entah keberanian darimana yang muncul. Tanpa bisa kucegah, sebuah pengakuan keluar begitu saja.

Napasku tertahan. Menunggu jawaban seorang Greta Oto. Walau kutahu, sebuah penolakan yang akan kuterima. Tapi sungguh aku tak begitu peduli. Setidaknya, jawaban Greta bisa menjadi tolak ukur untukku. Seperti apa seharusnya aku bersikap.

Putri Kupu-Kupuku terdiam. Namun dapat kurasakan detak jantungnya yang berirama lebih cepat. Sama persis dengan derap jantungku sendiri. "Bukan jawaban ya atau tidak yang gue mau, Gre. Gue cuma mau lo tahu kalau rasa gue sebesar ini. Lo bisa merasakan sendiri kan, betapa jantung gue tidak bisa menahan diri. Asal lo tahu, susah untuk gue mengendalikan amarah setiap kali melihat lo dengan Krisan. Sakit. Sangat sakit. Tapi di sisi lain gue harus terima ini semua sebagai hukuman karena sudah membuat lo kecewa."

Kurasakan kedua bahu Greta sedikit terangkat saat menghela napas panjang. Entah apa yang dipikirkannya. Entah apa yang dirasakannya. Andai saja aku bisa membaca isi pikiran gadis mungil ini.

...


Queen melepas pelukannya. Mundur selangkah dan membalikkan tubuh mungil Greta. Ditatapnya wajah gadis, yang justru dengan tatapan berani, balik menatapnya. "Gue akan selalu menunggu lo. Gue akan selalu bersedia jadi tempat lo pulang. Kapanpun lo ingin pulang. Gue juga yang akan setia menjaga lo. Hal yang mungkin enggak akan pernah bisa Krisan atau siapapun lakukan."

Greta membuang wajah. Tak terlalu kuat untuk melihat pancaran rasa di kedua mata Queen. "Tapi ... gue sekarang ada Krisan. Gue enggak mungkin meninggalkan dia hanya karena mengikuti keinginan hati gue, yang sebenarnya masih tertuju ke lo, Qyu. Lagipula, gue takut, kalau suatu saat nanti, kejadian kemarin terulang lagi, karena gue tahu, gue tidak hanya akan kehilangan pacar tapi juga sahabat terbaik gue."

Queen menghela napas. Ada kecewa akan ketidak-beranian Greta. "Gue enggak bisa menjanjikan kalau kita akan bersama-sama untuk selamanya, tapi gue akan berusaha untuk selalu ada buat lo. Setidaknya sampai lo bertemu cowok yang bisa gue percaya untuk melanjutkan tugas gue menjaga lo, Gre." Diraihnya kedua bahu Greta. Menggenggamnya hangat.

Greta menghela napas. Kembali ditatapnya wajah Queen. "Gue enggak bisa meninggalkan Krisan, Qyu." Dilepasnya kedua tangan Queen dari bahunya. Meninggalkan Queen dan sisa piring, yang belum sempat dibilasnya.

...


Krisan berdiri tegang di balik pintu samping rumah, yang berada tak jauh dari wastafel cuci piring. Ditelannya ludah. Rahangnya terkatup rapat. Kedua telapak tangan mengepal erat. "Apa ini saatnya untuk melepas kamu dan kembali sudi berteman dengan luka? Tapi Aku belum ingin melepaskanmu, Greta Oto. Cinta dan rasa egoisku masih terlalu kuat untuk aku lawan. Tolong, biarkan aku bahagia denganmu, walaupun itu hanya sekejap," ujarnya dalam bisikan.

"Krisan?"

Krisan menoleh. Greta, yang baru saja membuka pintu, tertegun melihatnya. Gadis tampan itu mengurai senyuman. Ekspresinya seketika berubah. "Hai, Sayang. Maaf, ya, aku ninggalin kamu pergi ke pasar." Dikecupnya dengan singkat dahi Greta.

Greta tersenyum. Gadis itu meraih lengan Krisan dan memeluk manja. Diubahnya ekspresi seolah tengah merajuk. "Ih, jahat deh. Aku kan, mau jajan kue pasar. Harusnya kamu bangunin aku, Kris."

Krisan tersenyum lagi. Tangan kirinya terangkat. Memamerkan kantung plastik bening berisikan beraneka macam jajanan tradisional. "Aku enggak mungkin lupa kalau gadisku yang imut ini sangat suka dengan jajanan pasar."

Kedua mata Greta berbinar. Ditatapnya kantung plastik itu penuh kerinduan. "Ah ... terima kasih, Sayang." Greta mendaratkan kecupan ringan di pipi kanan Krisan.

...


Queen menghela napas. Jelas baginya untuk jadi penonton adegan manis sepasang kekasih itu. "Apa rasa kamu untukku sudah berubah, Gre? Apa tempatku sudah tergantikan oleh Krisan? Apa semua sudah benar-benar terlambat?"

...

Queen Greta Oto (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang