Tiga Puluh Lima

2.8K 233 63
                                    

Queen menghentikan laju motornya saat lampu lalu lintas berubah merah. Menyangga motor dengan kedua kaki, yang menjejak aspal. Mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Mendadak kedua matanya bertumpu pada sosok, yang tengah duduk di sebuah mobil berwarna hitam. Queen memicingkan kedua mata. Memperjelas pandangannya. "Mey?" gumamnya pelan.

Lampu berubah menjadi hijau. Queen segera mengarahkan motornya mengikuti mobil Mey. Menjaga jarak aman dari jangkauan kedua spion mobil hitam di depan sana. Jantungnya berdegup kencang.

Queen refleks menghentikan motornya saat mobil di depannya berhenti. Turun dari jok motornya saat melihat sosok Mey keluar dari mobil itu. Queen merogoh saku celananya. Meraih smartphone dan mengirimkan pesan pada Bonie.

...

"Eh, Gre, gue lihat-lihat nih ya, udah seminggu ini lo diantar-jemput terus sama si Kris. Emangnya si Qyu ke mana? Masih musuhan lo berdua? Bukannya kalian berdua udah baikan, ya?" Lyna bertanya seraya mencolek lengan kiri Greta saat mereka berganti seragam olahraga bersama.

Greta menarik sepatu olahraganya. Mulai memakainya. "Qyu ada kok. Gue juga enggak tahu, tiba-tiba dia ngasih izin gitu aja waktu gue bilang si Kris mau antar-jemput gue." Greta mulai menyimpulkan kedua tali sepatunya.

"Kok gue agak curiga, ya, dengan izin si Qyu. Secara, selama ini si Qyu tuh, selalu dan always bersikap keras pada semua orang yang nyoba deketin lo. Lagipula, awalnya kan, si Qyu nentang habis-habisan kalau si Kris deketin lo, kok sekarang dia dengan gampangnya ngasih izin Kris antar-jemput lo?!" jelas Lyna setengah berbisik. Melirik sekitarnya dengan waspada.

"Si Kris enggak akan dengar. Sejak kapan dia mau ganti baju bareng dengan cewek-cewek. Dia paling pakai toilet cewek di lantai dua." Greta merapikan kembali ikat rambutnya.

"Kenapa ya, dia anti banget ganti baju bareng kita? Sama-sama cewek ini ...."

Greta menepuk dahi Lyna dengan lumayan keras. "Harus ya, gue jelasin siapa si Krisan Athala itu? Qyu aja sejak kami berdua SD kelas enam, udah enggak mau mandi bareng atau ganti baju bareng." Greta bersiap. "Buruan kenapa? Lo mau dihukum apa sama Bu Inggrid?"

...

Queen meletakkan dirinya di atas bangku plastik, yang memang tersedia di luar sebuah kafe. Menutupi wajahnya dengan masker. Memperhatikan dua sosok di dalam kafe sana. Dua sosok, yang tengah bergandengan tangan menuju meja pemesanan. Senyum tipis mengukir di wajah Queen. "Lagi, Mey? Untuk yang kedua kalinya?" gumamnya dengan nada sinis. Masih menatap lekat kedua sosok di depan sana. Hatinya bergemuruh.

...

Queen beranjak dari tempatnya menunggu Greta, yang tengah mencari sepatu, di sebuah mall. Mulai pegal setelah menemani Putri Kupu-Kupunya berkeliling mencari gaun untuk ulang tahun perkawinan Tuan dan Nyonya Bara. "Lama amat sih. Dasar cewek, kalau belanja semua toko dimasukin. Diacak-acak cuma buat lihat-lihat tapi enggak beli," keluh Queen. Berniat untuk menyusul Greta. Mulai khawatir dengan kesendirian Putri Kupu-Kupunya.

Queen menghentikan langkahnya saat melihat sosok yang begitu dikenalinya, tengah berada di salah satu restoran cepat saji. Duduk sendiri. Queen membelokkan langkah. "Ketemu Mey dulu deh. Biar nanti si Greta nyusul aja ke sini. Lumayan bisa sambil ngemil kentang goreng," putusnya.

Queen melangkah penuh semangat. Hatinya berbunga. Seperti biasanya, jika seorang Mey berada di dekatnya. Jantungnya berdegup lebih cepat. Senyum mengembang di wajah tampan setengah cantiknya.

Langkah Queen mendadak terhenti saat melihat sosok lain, yang sudah lebih dahulu mendekati wanitanya. Memperhatikan sejenak sebelum melanjutkan langkahnya. Dahinya berkerut. Sosok asing yang tak dikenalinya sebagai salah satu dari gerombolan teman satu geng Mey. "Siapa tuh? Gue kok enggak kenal?"

Queen Greta Oto (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang