Enam Puluh Tiga

2.7K 135 18
                                    

#Greta

Liburan berakhir. Ku tatap pantulan wajah di cermin. Jelas dapat kurasa, denyut jantung yang memacu lebih cepat dari biasa. Sungguh ini adalah hari yang paling kutunggu sekaligus paling ku takuti. Pertemuan pertamaku dengan Krisan setelah berpisah dengan cara yang sungguh tak menyenangkan.

Ku hembuskan napas dengan kasar. Dua hari ku habiskan waktu untuk bersiap akan semua kemungkinan, yang akan terjadi saat bertemu Krisan lagi. Sudah ku tata dengan rapi mental ini. Dan semua berantakan begitu saja hanya beberapa puluh menit sebelum pertemuan. Bahkan aku sendiri pun tak yakin akan adanya pertemuan tanpa janji ini.

Aku takut. Semua kata penjelasan, penyesalan, sekaligus permohonan maaf, yang sudah ku rangkai dalam ingatan, hilang entah ke mana. Pikiranku kosong. Aku butuh penguat. Aku butuh Queen.

...


Krisan berdiam lama di belakang kemudi. Mobilnya sudah terparkir rapi di pelataran parkir Aryathama. Namun, gadis itu tak jua beranjak. Seolah kedua kakinya mendadak lumpuh. Seolah ingatannya hilang, hingga lupa akan tujuannya semula.

"Mau sekolah enggak sih? Kalau mau bolos kenapa enggak dari pas di rumah aja sih? Kalau mau bolos sekarang, sudah susah, Bego!!!" Dandelion mencubit gemas lengan kiri Krisan. "Buruan turun!!!" Sedikit didorongnya tubuh Krisan.

"Iya, Bawel!!!" rutuk Krisan dengan nada kesal. Didorongnya pintu mobil dengan terpaksa. Berdiam di tempatnya. Kembali ragu.

Dandelion berdecak. Berputar dan menarik paksa Krisan meninggalkan pelataran parkir.

...


"Gugup?" Queen bertanya seraya menatap wajah sedikit pucat milik Greta. Disentuhnya pipi kanan Greta, mengusapnya lembut. "Tenang. Lo tegang banget sampai lumayan pucat gitu." Dilepasnya pipi Greta. Memakaikan helm, kebiasaan yang cukup lama hilang. Tersenyum.

Greta menghela napas. Bersiap duduk di belakang Queen. Memeluk tubuh sahabatnya tanpa canggung. Ketenangan sedikit banyak merayapi hatinya.

Queen tersenyum. Putri Kupu-Kupunya telah kembali. Ya, walaupun dengan cara menyakiti hati yang lain.

...


Greta memasuki kelas dengan kepala sedikit menunduk. Namun kedua matanya siaga. Mencari kehadiran Krisan. Tak ada tanda bahwa mantan kekasihnya itu telah tiba. Greta melangkahkan kaki menuju bangkunya dengan gamang. Entah apa yang sesungguhnya dirasakan gadis berwajah polos itu.

"Pagi, Gre. Tumben agak siang," sapa Lyna, yang sudah lebih dahulu datang. Memutar tubuh menghadap Greta, yang duduk di belakangnya. "Muka lo pucat. Lo sakit?" Tangan kanannya terulur ke arah dahi Greta. "Kok dingin? Muka lo pucat, kulit lo dingin, lo masih jadi manusia bernyawa kan, Gre?"

Greta menepis tangan usil Lyna. Berdecak kesal. "Masih pagi udah garing aja sih. Enggak tahu apa, kalau gue tuh lagi enggak jelas. Krisan belum datang?"

"Kayaknya sih sudah cuma belum masuk kelas aja. Dia kayaknya lagi ke ruang kepsek dulu deh."

Dahi Greta berkerut. "Mau apa?"

"Lo enggak dikasih tahu? Dia sama Dandelion mau pindah. Yang lain udah pada tahu. Masa lo enggak dikasih tahu sih? Lo enggak buka grup kelas?"

Greta menggelengkan kepala. "Enggak. Gue sengaja enggak buka grup. Gue malas dengan pertanyaan yang pastinya akan muncul. Apalagi Kris udah hapus semua foto gue dan dia."

"Dia mau pindah ke luar. Hari ini dia ngurus pindahan. Lo masih ada waktu buat ketemu dia, Gre." Lyna menepuk bahu Greta. Pelan. Berusaha memberi semangat pada sahabatnya.

Queen Greta Oto (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang