Sembilan Belas

3.4K 260 15
                                    

#Mey

Aku memarkirkan dengan tepat mobilku di pelataran parkir Taman Mawar. Segera turun untuk menemui kekasih tersayang ku, Queen. Senyuman terus berkembang di wajahku, yang menurut orang-orang cantik. Terbukti dengan beberapa pasang mata lelaki, yang tak memalingkan pandangan mereka dariku, selama aku berjalan mencari Queen dan Greta.

Bukan sekali kami bertiga menghabiskan waktu bersama. Greta sudah seperti adikku sendiri karena aku memang terlahir sebagai anak terakhir dan begitu mendambakan sosok adik. Si manja Greta, membuatku bisa merasakan menjadi sosok kakak. Ya, walaupun terkadang aku sedikit risih dengan cara mereka berdua bersahabat, yang menurutku mereka sudah melebihi batas wajar sebuah persahabatan.

Segera kupercepat langkah saat melihat siluet tinggi semampai dan berambut pendek, tengah setengah membungkuk dan tampak kehabisan napas. Senyumanku kian melebar. Deg. Langkahku terhenti saat melihat Greta berlari mendekati kekasihku dan memeluknya dari belakang. Sesuatu menghantam ulu hatiku, menyesakkan napasku, membuat debar jantungku lebih cepat. Kedua mataku mendadak memanas. Kakiku kaku untuk sekedar mundur. Pandanganku mengabur. Dengan paksa, ku putar kembali tubuh.

"Kak Mey ...." Suara Greta menghentikan niatku untuk kabur dari mereka. Kuusap air mata, yang menggenang di pelupuk mata. Terdengar langkah mendekat. Sebuah tangan memeluk pinggangku. Seger aku menolehkan wajah. Queen dengan senyum manisnya. Kekesalanku lenyap begitu saja. Hilang entah ke mana.

"Kak Mey datang kapan? Kok enggak telepon aku atau Qyu?" Suara ramah Greta kembali meluluhkan kecemburuanku. Sungguh jahat jika aku cemburu pada sahabat kekasihku sejak kecil itu.

...

Queen mengajak kedua wanita cantik itu untuk makan bersama di salah satu sudut Taman Mawar, yang memang dikhususkan untuk area food court. Puluhan kedai menjajakan berbagai menu yang menggiurkan lidah. Menggoda iman para pelaku diet.

"Lo mau makan apa?" tanya Queen pada Greta. Tangan kirinya, yang bebas dari rangkulan Mey, mengusap pelan pucuk kepala Greta tanpa sadar. Tak sadar akan pandangan berbeda dari wanita di sebelah kanannya.

Greta mengusap dagu. Kedua matanya menjelajah. Mencari menu yang pas untuknya. "Gue mau bakso malang sama es pisang ijo aja deh. Gue ke sana dulu. Bye." Greta bergegas menuju dua kedai, yang kebetulan berdiri bertetangga itu.

"Kamu mau makan apa, Yang?" tanya Queen seraya mengusap lembut pipi kiri Mey, yang sejak tadi sedikit lebih pendiam.

"Apa aja deh. Kamu lagi mau makan apa?" tanya Mey balik. Melepas rangkulannya pada tangan kanan Queen, dan hanya menggenggam telapak tangan si wanita tampan setengah cantik itu.

"Aku mau batagor kuah dan es kepal ah. Penasaran sama rasa es kepal itu, " jawabnya lalu tersenyum. Menuntun Mey menuju kedai batagor kuah.

Tak lama, mereka bertiga berkumpul dengan menu pilihan masing-masing. Menu yang sama untuk Mey dan Queen. Mereka menuju salah satu meja, yang disediakan untuk para pengunjung menyantap makanan mereka.

Queen menatap penuh ingin ke arah es pisang ijo milik Greta. "Kayaknya enak tuh, Gre. Mau coba dong." Queen meletakkan nampan berisi batagor kuah dan es kepalnya lalu menunjuk mangkuk es pisang ijo Greta.

Greta melirik mangkoknya. Mengambil sendok dan menyendok es miliknya. Tanpa berpikir, mengarahkan sendok pada Queen. Menyuapi sahabatnya tanpa beban.

Mey menghela napas saat melihat adegan di depannya. Hatinya kembali nyeri. "Aku juga mau dong, Gre," ujarnya dengan nada manja. Greta tersenyum dan segera menyuapi Mey juga.

Queen diam. Sadar akan kehadiran Mey, yang sedikit diacuhkannya. Gadis itu sadar jika perhatiannya lebih tertuju pada Greta daripada Mey. Bahkan dengan tanpa beban menerima suapan Greta. Maaf, Mey, ujarnya dalam hati. Tanpa sadar, diraihnya tangan kiri Mey dan mengecupnya.

Greta mengatupkan rahang melihat itu semua. Diluapkannya kekesalan dengan menghabiskan bakso Malangnya, yang lumayan pedas itu. Kampret!!!, makinya dalam hati.

...

Mereka bertiga memutuskan untuk pulang setelah lelah menghabiskan waktu di Taman Mawar.

Greta tersenyum puas karena keinginannya untuk bermain dengan kupu-kupu dan bunga-bunga sudah terpenuhi. "Gue senang banget hari ini. Kak Mey ... Qyu ... terima kasih, ya ... udah mau mengasuhku," ujarnya seraya melempar senyuman ke pada sepasang kekasih itu.

Mey tersenyum dan mengangguk. Wajah polos dan senyuman Greta, menghilangkan dengan tuntas rasa cemburunya. Ah, tak sepantasnya gue cemburu dengan si polos ini. Enggak mungkin juga anak lugu seperti Greta berpikiran jahat dan merebut Qyu dari gue, ujarnya dalam hati. Mey mengangkat tangan kanannya. Mengusap lembut puncak kepala Greta, yang memang lebih mungil darinya. "Sama-sama, Greta Kecil. Senang bisa jadi pengasuh kamu."

Queen tersenyum melihat dua orang gadis kesayangannya terlihat akur. Tak mengeluarkan sepatah katapun.

Tak terasa, mereka sudah sampai di tempat parkir Taman Mawar. Greta segera menggandeng lengan kiri Queen. "Ayo kita pulang!!! Kak Mey, kita berdua pulang dulu, ya!!!"

Mey menatap ke arah lengan kiri kekasihnya. Ada wanita lain yang menyentuh kekasihnya. Rasa kesal kembali melandanya. Egoisnya sedikit mencuat. Ditatapnya Queen. "Kamu enggak mau antar aku pulang, Qyu?" tanya gadis itu dengan suara datar.

Queen bingung. Haduh ... siapa yang harus gue antar nih? Greta atau Mey? Kalau gue antar Mey, nanti pasti Mamah marah karena gue ninggalin Greta. Kalau gue antar Greta, kasihan juga sama Mey. Ditatapnya Mey dan Greta bergantian.

Greta sadar akan datarnya intonasi suara Mey. Segera dilepasnya rangkulan pada lengan kiri Queen. "Lo antar Kak Mey aja, Qyu. Gue bisa pulang sendiri." Sedikit menggeser posisinya. Menjaga jarak dari Queen. Huh, kenapa gue enggak bisa sadar diri sih? Jelas-jelas ada Mey, pacar Queen, kenapa gue masih bersikap seenaknya?, keluhnya dalam hati.

Mey melihat jelas kebingungan di wajah kekasihnya itu. Gadis itu menghela napas. "Ya udahlah, kamu antar aja Greta. Lagipula, aku bawa mobil sendiri kok. Kalau Greta pulang sendiri, pasti kamu khawatir kan, Qyu!?"

Greta menggaruk tengkuknya. Kian merasa tak enak hati. Ah, jadi enggak enak begini situasinya. Apa gue ngalah aja, ya, ujarnya dalam hati. "Enggak usah. Biar Qyu antar Kak Mey aja. Aku bisa kok pulang sendiri," tolaknya.

Mey tersenyum dingin. Menggelengkan kepala. "Enggak usah. Aku pulang duluan. Bye." Gadis itu melangkah menjauh. Rasa kesalnya sudah tak lagi dapat dibendung. Ada rasa kecewa dalam dirinya. Ternyata memang Greta lebih penting untuk kamu, Qyu. Kedua matanya berkaca-kaca.

Queen tertegun melihat kepergian Mey. Dihembuskannya napas. Maaf, Sayang. Tapi ... aku memang harus lebih mementingkan Greta untuk saat ini, sesalnya dalam hati.

Greta menatap Queen. "Maaf, Qyu. Gue udah buat Kak Mey cemburu," ujarnya penuh sesal dan menundukkan kepala.

Queen menoleh ke arah gadis mungil di sampingnya. Tersenyum. Diusapnya rambut Greta. "Enggak apa-apa. Lo itu emang tanggung jawab gue. Biar Mey yang ngalah. Nanti gue bisa jelasin semua ke dia kok."

Greta mengangkat wajahnya dan tersenyum.

...

Queen Greta Oto (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang