Empat Puluh Empat

2.5K 220 14
                                    

#Greta

Kutatap langit yang menua. Senja mulai menyapa. Indah lembayung memenuhi pandanganku, tapi pikiranku melayang ke waktu yang lain. Waktu yang telah ku lalui. Helaan napas mengiringi gerakan punggungku, yang bersandar ke dinding balkon kamar. Kedua tanganku melipat di depan dada.

"Ah ... kenapa keingat terus sih? Ingat, Greta ... lo itu sudah punya Krisan. Dia baik. Dia sayang sama lo. Dia tulus. Dia yang selalu ada setiap kali lo terjatuh. Kurang apa sih dia? Apa salahnya lo belajar menerima keberadaan dia? Buang jauh-jauh deh perasaan lo untuk Qyu. Dia bukan untuk lo. Dia sudah sering nyakitin lo!!!"

Greta mengarahkan wajah tepat ke langit senja.

...

#Greta

Aku masih di sini. Duduk berlima dengan kedua sahabatku, pacarku, dan saudari kembar pacarku. Aku berusaha mengikuti obrolan walaupun kedua mataku sesekali tertuju kepada Queen dan Dandelion, yang terlihat mulai dekat walau dengan kekakuan pada diri Dandelion. Queen memang paling pandai melelehkan gunung es. Dan seolah hanya sudi menanggapi obrolan yang diajukan Queen.

Sungguh jengah aku memperhatikan mereka berdua. Entah ide gila dari mana, sangat kuat keinginanku untuk bertukar tempat dengan Dandelion sekarang. Ada rasa tak rela dalam hatiku melihat kedekatan mereka.

"Eh, Dan, lo kalau makan itu yang benar kenapa sih. Kayak anak kecil aja, makan sampai belepotan begitu." Queen bergumam seraya terus menatap Dandelion. Tangan kanannya meraih selembar tisu, yang memang tersedia di setiap meja kantin. Menyodorkannya pada Dandelion, yang berterima kasih dan mulai membersihkan sekitaran bibirnya.

Aku mendengus. Mengalihkan pandangan ke arah Krisan. Berusaha untuk mengalihkan perhatian.

"Ya ampun ... sudah besar, bersihin begitu saja enggak betul. Dan ... Dan ...." Suara Queen kembali terdengar. Refleks, aku menoleh ke arahnya. Seketika tubuhku kaku. Tepat di depan kedua mataku, Queen mengulurkan tangan kanannya, membersihkan ujung bibir Dandelion, yang tercoreng saus kacang. Dadaku seketika menyesak. Kedua mataku memanas. Aku muak. Tanpa pikir panjang, aku bangkit dan meninggalkan kantin. Aku hanya ingin menjauh dari pemandangan menyiksa mata.

...

"Lo yakin masih mau bertahan dengan Greta?" tanya Lyna. Melirik wanita maskulin di sebelahnya. Mereka berdua tengah duduk di teras belakang rumah Krisan.

Krisan menghela napas. Mengangkat kedua bahunya sekilas. "Enggak tahu. Gue enggak bisa begitu saja melepaskan Greta. Lo tahu kan, perjuangan gue untuk menjadikan dia pacar seperti apa?"

"Tapi ... emangnya lo enggak sakit, ya, lihat kejadian kayak tadi? Greta cemburu berat loh sama kembaran lo. Saking cemburunya, dia main kabur gitu saja. Dia bahkan lupa dengan keberadaan lo." Lyna mengingatkan teman barunya itu.

Krisan tercenung sesaat. Mengulang peristiwa di kantin tadi siang dalam benaknya. "Kalau boleh jujur, gue sedikit sakit dengan sikap Greta tadi. Tapi, ya ... wajar saja sih kalau sikap dia begitu. Dia baru belajar move on dari Qyu."

Lyna berdecak. "Lo manusia apa malaikat, kok bisa sih baik banget begini?"

Krisan tertawa sekilas. "Gue enggak sebaik yang lo pikirin kok. Gue juga pernah nyakitin orang yang gue sayang."

"Lo jangan coba-coba nyakitin Greta, ya!!! Habis lo nanti!!!" Lyna menatap dengan tatapan penuh ancaman.

"Pukuli saja kalau gue sampai nyakitin dia," jawab Krisan dengan santainya.

Dan berdiri di belakang pintu. Jarak yang cukup untuk mendengar percakapan saudari kembarnya dengan Lyna. Jadi ... Greta dan Qyu saling suka, tapi Greta justru pacaran dengan Kris? Oke!!! Enggak akan gue biarkan Greta nyakitin Krisan.

Queen Greta Oto (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang